Mengenal Kopi Bikla, Produk Kopi Pesantren Desa Tugusari Tembus Sampai Pasar Internasional

Pengenalan Kopi Bikla. Sumber: DIskop UKM-Jatim
Pengenalan Kopi Bikla. Sumber: DIskop UKM-Jatim

Share This Post

Pada tahun 2019, inisiatif budidaya produksi kopi muncul dari Pondok Pesantren Ihyaus Sunnah Al Hasani di Desa Tugusari, Jember, Jawa Timur. Diawali oleh Ustad Imam Bukhori, produksi kopi Bikla dimulai dengan produksi yang sangat minim, hanya sekitar 5 kilogram per minggu. Namun, kopi santri bernama Kopi Bikla ini berkembang pesat hingga mencapai produksi 2-5 ton per minggu dan berhasil menembus pasar internasional.

Nama Bikla merupakan singkatan dari Barokah Ibrahimy Kopi Lereng Argopuro. Ustad Imam Bukhori, sebagai alumni Pondok Pesantren Sukorejo, ingin mengangkat nama dan keberkahan dari pendiri pesantrennya, Ibrahimy. Selain itu, Lereng Argopuro diambil untuk menonjolkan identitas lokal dan kekayaan alam daerah tersebut. Sebelum adanya Bikla, kopi dari daerah ini dijual sebagai produk setengah jadi untuk diekspor dan diolah dengan merek luar, yang kemudian dijual kembali ke Indonesia dengan harga tinggi. Hal ini mendorong Ustad Bukhori untuk meningkatkan nilai tambah kopi lokal dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat setempat.

Transformasi Melalui Program OPOP

Mengenal Kopi Bikla, Produk Kopi Pesantren Desa Tugusari Tembus Sampai Pasar Internasional
Produk Kopi Bikla. Sumber: Facebook/Kopi Bikla

Pada tahun 2019, Pemerintah Provinsi Jawa Timur meluncurkan program One Pesantren One Product (OPOP) untuk memberdayakan ekonomi pesantren. Melalui program ini, Pondok Pesantren Ihyaus Sunnah AL Hasani mendapatkan pendampingan kelembagaan, peningkatan kualitas produk melalui fasilitasi halal dan merk, serta pemasaran digital. Pada tahun 2020, pondok pesantren ini menerima hibah sebesar 50 juta rupiah untuk pembelian alat produksi kopi.

Saat ini, sekitar 20 orang bekerja di produksi Kopi Bikla, termasuk masyarakat sekitar dan alumni pesantren. Pernah mencapai 30 tenaga kerja, Kopi Bikla terus berkembang dengan kerjasama pemasaran bersama tiga perusahaan besar. Hal ini memungkinkan Kopi Bikla menyerap lebih banyak tenaga kerja hingga 50 orang. Dengan membeli biji kopi masyarakat dengan harga 3.000 rupiah lebih mahal dari harga pasar, Kopi Bikla berhasil meningkatkan kesejahteraan petani. Harga yang kompetitif ini mendorong petani untuk meningkatkan kualitas produk mereka, menghindari sistem ijon yang merugikan.

Kopi Bikla tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga memberikan nilai tambah melalui produk khusus seperti kopi jantan (monokotil) yang dihargai lebih tinggi. Selain itu, dengan adanya logo OPOP, produk Kopi Bikla mendapat kepercayaan lebih dari konsumen dan pemilik perusahaan untuk memasarkan produknya. Kerjasama dengan PT. Barokah Ibrahimy Group, PT. Panser Academy Indonesia, dan PT. Bintang Sejati Indonesia membuka peluang pasar yang lebih luas.

Kopi Bikla telah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten Jember, serta berbagai pihak di sekitarnya. Desa Tugusari, tempat produksi Kopi Bikla, kini dikenal sebagai pusat produksi kopi yang berkualitas. Potensi kopi di Desa Tugusari, dengan luas lahan sekitar 1.500 hektar dan produksi rata-rata 1.000 ton per tahun, semakin terkelola dengan baik berkat inisiatif ini.

Ketua LMDH Wana Makmur mengakui bahwa Kopi Bikla memberikan dampak baik bagi petani. Dengan memisahkan biji kopi berkualitas, harga jual bisa mencapai 50.000 rupiah per kilogram. Kerjasama dengan BUMDES akan memperluas jangkauan pemasaran dan pengembangan wisata agro di desa tersebut.

Kopi Bikla adalah contoh sukses dari model pengembangan ekonomi berbasis pesantren melalui program OPOP. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal tetapi juga menempatkan Desa Tugusari dan Pondok Pesantren Ihyaus Sunnah AL Hasani sebagai produsen kopi berkualitas. Dengan komitmen untuk terus berkembang dan memberdayakan masyarakat, Kopi Bikla membawa harapan baru bagi perekonomian daerah dan masa depan pesantren yang mandiri.

Penulis: Lukacs Lazuardi

Editor: Muklis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya