Malam 1000 Lilin Terangi Prosesi Unjungan Buyut Nyimas Ratu Ayu Kawunganten

Suasana tradisi Malam 1000 Lilin dalam Unjungan Buyut Nyimas Ratu Ayu Kawunganten ke-545. Sumber: Akun Facebook Gonjing
Suasana tradisi Malam 1000 Lilin dalam Unjungan Buyut Nyimas Ratu Ayu Kawunganten ke-545. Sumber: Akun Facebook Gonjing

Share This Post

Kolomdesa.com, Indramayu – Ribuan warga Desa Kedokan Bunder, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu, pada setiap tahunya melaksanakan kegiatan unik. Mereka beramai-ramai mendatangi makam untuk melaksanakan tradisi Malam 1000 Lilin di pusara Nyimas Ratu Ayu Kawunganten.

Hal yang menjadi daya tarik dalam acara tersebut yaitu di mana ribuan warga bersama-sama menyalakan lilin di setiap sudut makam keluarga di Tempat Pemakaman Umum (TPU). Sehingga, area pemakaman seluas satu hektar tersebut dipenuhi cahaya lilin saat berlangsungnya tradisi yang dikenal sebagai malam seribu lilin.

“Saya menjabat Kuwu/Kepala Desa sejak tahun 2021 dan tradisi ini telah ada sejak kebelakang.  Malam Seribu Lilin merupakan kearian lokal yang ada di Desa Kedokan Bunder. Acara ini menjadi salah satu dari serangkaian kegiatan Unjungan Nyimas Ratu Ayu Kawunganten yang dimulai dari sedekah bumi dan ditutup dengan kegiatan pengajian umum,” kata Waski, Kepala Desa Kedokan Bunder, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat saat diwawancarai Kolom Desa pada Jumat (25/10/2024).

Malam Seribu Lilin kembali digelar dan menjadi salah satu dalam kegiatan peringatan Unjungan ke-545 Buyut Nyimas Ratu Ayu Kawunganten, pada Kamis, 24 Oktober 2024 lalu. Nyimas Ratu Kawunganten merupakan sosok leluhur yang dihormati oleh masyarakat setempat. Tradisi tahunan ini menjadi momen berharga dalam budaya masyarakat Kedokan Bunder.

Selain menyalakan lilin, warga juga hadir untuk mendoakan anggota keluarga yang telah tiada, terutama bagi mereka yang memiliki kerabat atau saudara yang dimakamkan di TPU tersebut. Cahaya lilin yang menerangi area pemakaman menambah nuansa sakral dan menciptakan suasana khidmat penuh makna.

“Tujuanya hanya untuk melestarikan adat dan budaya agar para generasi tidak lupa dengan para leluhurnya,” jelas Waskim.

Tradisi Malam Seribu Lilin bukan hanya sekadar penghormatan kepada para leluhur, tetapi juga menjadi ajang kebersamaan yang kental dengan nilai-nilai spiritual dan budaya masyarakat Kedokan Bunder. Suasana dalam perayaan tersebut hampir menyerupai hari Lebaran, di mana semua kalangan masyarakat berpartisipasi tanpa memandang perbedaan status sosial.

Tradisi Malam 1000 Lilin adalah bagian dari rangkaian perayaan Unjungan Nyimas Ratu Ayu Kawunganten. Selain Malam 1000 Lilin, perayaan Unjungan juga diramaikan dengan berbagai acara adat tahunan, termasuk karnaval yang digelar beberapa hari sebelum acara puncak.

“Kegiatan ini dapat memacu perekonomian masyarakat sekitar yang di dalamnya adalah UMKM warga. Karena para tamu, pengunjung yang hadir berbelanja produk-produk yang dijual, dengan begitu kegiatan ini juga membantu perekonomian masyarakat,” jelasnya.

Malam 1000 Lilin Terangi Prosesi Unjungan Buyut Nyimas Ratu Ayu Kawunganten
Makbaroh Nyimas Ratu Ayu Kawunganten. Sumber: Akun Facebook 2alam cah kedokan bunder

Kisah Nyimas Ratu Ayu Kawunganten

Membahas tentang Kedokanbunder tentu tak bisa dilepaskan dari sosok yang satu ini, yaitu Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten. Beliau adalah putri Raja Banten yang dinikahi oleh Syarif Hidayatullah, yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Perannya sangat penting dalam terbentuknya dan keberadaan Kedokanbunder.Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten dikenal sebagai tokoh yang membuka hutan Lebak Sungsang, yang kini berkembang menjadi wilayah Kedokanbunder.

“Malam Seribu Lilin ini dilaksanakan oleh warga yang ada di Desa, terutama induk yaitu Desa Kedokan Bunder, Desa Kedokan Agung dan Desa Kedokan Bunder Wetan,” ujar Waskim.

Dimakamkan di Desa Kedokanbunder, Makam Nyi Mas Ratu Kawunganten selalu dipadati peziarah, baik dari wilayah lokal maupun luar Kabupaten Indramayu. Selain makam, lokasi ini juga memiliki situs Sumur Gede yang merupakan peninggalan Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten.

Sejak dahulu, sumur ini telah menjadi sumber penyelamat bagi penduduk untuk memenuhi kebutuhan air minum, mandi, berwudhu, bercocok tanam, dan kebutuhan lainnya saat musim kering datang. Di sekitar area sumur ini, masih terlihat jelas pohon-pohon besar yang merupakan peninggalan dari masa lalu, berdiri dengan kokoh.

Secara bertahap, makom Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten telah mengalami berbagai perbaikan dan penataan, sehingga tampak lebih indah dibandingkan sebelumnya. Saat musim ziarah, tempat ini sangat ramai, dengan rombongan yang jumlahnya bisa mencapai puluhan bus.

Malam 1000 Lilin Terangi Prosesi Unjungan Buyut Nyimas Ratu Ayu Kawunganten
Suasana Malam Seribu Lilin. Sumber: Akun Facebook Nur Rohmah

Makna Malam 1000 Lilin

Tradisi Malam Seribu Lilin tidak hanya berfungsi sebagai penghormatan kepada leluhur, tetapi juga menjadi kesempatan untuk mempererat kebersamaan yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan budaya masyarakat Kedokan Bunder. Kegiatan ini terus dilestarikan oleh warga Indramayu khususnya Desa Kedokan Bunder sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya nenek moyang.

“Tradisi Malam Seribu Lilin dapat menarik banyak wisatawan untuk wisata religi. Mereka  berasal dari Banten, Tangerang dan daerah lain. Mereka rata-rata adalah keturunan dari leluhur yang dimakamkan di pemakaman Kedokan Bunder. Dalam Malam Seribu Lilin mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk silaturrahmi dan ziarah mendoakan keluarganya yang telah meninggal,” kata Waskim.

Termasuk peziarah mukbaroh Nyimas Ratu Ayu Kawunganten yang telah menjadi pusat kegiatan kebudayaan dan spiritual bagi masyarakat Kedokan Bunder dan sekitarnya selama berabad-abad. Dalam momen ini, semua lapisan masyarakat ikut serta dan mendoakan para leluhur mereka.

Ribuan lilin yang menyala itu, menurut kepercayaan masyarakat setempat, dipercaya dapat menerangi baik orang yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun ini membuat masyarakat terikat dengan makna tradisi yang terkandung di dalamnya.

Salah satu elemen yang membentuk tradisi ini adalah keberadaan agama Islam yang menjadi keyakinan masyarakat lokal. Bagi masyarakat Jawa di Indramayu, tradisi memiliki sifat sakral, tetapi juga disajikan dengan cara yang populer, sehingga berpengaruh pada perkembangan sosial.

Editor: Mukhlis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya