Tumpeng Klepon: Narasi dan Gerak Tari di Hari Jadi Desa Semboro ke-117

Jajaran pemerintah desa berpakaian adat memperingati Hari Jadi Semboro 117. Sumber: Dokumentasi Sashum.
Jajaran pemerintah desa berpakaian adat memperingati Hari Jadi Semboro 117. Sumber: Dokumentasi Sashum.

Share This Post

Kolomdesa.com, Jember – Desa Semboro, Kecamatan Semboro, beberapa waktu lalu usai merayakan peringatan hari jadi ke-117 pada tanggal 26 Mei 2024. Acara tersebut menjadi puncak peringatan dari berbagai rangkaian kegiatan yang telah dilakukan, dengan pementasan seni budaya sebagai salah satu sorotan utamanya.

Dalam peringatan hari jadi Desa Semboro, Sanggar Tari Gelar Budaya asuhan bapak Koni Kunariyono menampilkan sebuah sendra-tari yang terangkum dalam kirab “Tumpeng Klepon” bertajuk Sesaji Kidung Respati. Tarian/sendra-tari ini tidak saja sekedar sebagai hiburan, namun juga sarat dengan makna sejarah dan penghargaan terhadap identitas desa.

“Tumpeng Klepon” merupakan salah satu konsep tarian yang juga dibahas dalam FGD program pengabdian desa binaan Kelompok Riset dan Pengabdian Masyarakat Sastra Humaniora (Keris-Dimas SasHum) Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Jember.

FGD tersebut berlangsung di sanggar tari Gelar Budaya Desa Sidomekar, Semboro, asuhan Bapak Koni Kunariyono.

Tumpeng Klepon: Narasi dan Gerak Tari di Hari Jadi Desa Semboro ke-117
Para pemateri dan peserta FGD program pengabdian desa binaan Kelompok Riset dan Pengabdian Masyarakat Sastra Humaniora. Sumber: Dokumentasi Sashum.

Program bertajuk “Pendampingan Kreasi Seni” tersebut bertujuan menggali ide-ide kreatif dari masyarakat lokal dan memadukannya dengan sentuhan modern yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional. Hasilnya adalah pementasan sendra-tari “Tumpeng Klepon” yang menjadi simbol harmonisasi antara sejarah dan inovasi.

“Tumpeng Klepon” sendiri dimaknai sebagai penanda keseimbangan dan keharmonisan. Tumpeng melambangkan gunung yang merupakan simbol keseimbangan alam dan kehidupan. Bentuknya yang tinggi menunjukkan kemuliaan dan ketinggian, sementara Klepon melambangkan keberagaman, keharmonisan dan kesinambungan.

Dalam bentuk narasinya, sendra-tari “Tumpeng Klepon” mengisahkan kehidupan di suatu desa di mana terdapat banyak anak kecil yang sedang bermain dengan ceria. Tiba-tiba, muncul raksasa yang menyerang desa tersebut, sehingga desa tersebut menjadi hancur berantakan.

Lalu datang seorang ksatria yang dijuluki sebagai Manggala Yudho untuk membela desa tersebut dari ulah raksasa. Akhirnya, timbul pertengkaran antara kedua belah pihak (baik dan buruk).

Pada akhirnya, Manggala Yudho si ksatria-lah yang berhasil memenangkan pertarungan dan mengalahkan raksasa tersebut. Masyarakat yang senang kemudian merayakan hal tersebut dengan sebutan “Tumpeng Klepon” yang kemudian dipawai, sekaligus untuk mencegah agar kejadian (perpecahan) serupa tidak terulang lagi.

Tumpeng Klepon: Narasi dan Gerak Tari di Hari Jadi Desa Semboro ke-117
Sendra-tari “Sesaji Kidung Respati”. Sumber: Dokumentasi Sashum.
 

Pawai tumpeng merupakan bentuk ucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa masyarakat cinta damai, rukun, bergotong-royong, saling membantu sehingga tercipta syukuran berupa “Tumpeng Klepon”.

Arti Tumpeng yaitu rasa syukur dan klepon yaitu merekatkan. Jadi, tumpeng klepon bisa disimpulkan seperti bersama-sama mempererat tali persaudaraan. Klepon merupakan lambang kesederhanaan dan keutuhan, klepon mengadung nilai-nilai kebaikan, yang dapat dipelajari oleh semua orang. Cerita ini berasal dari kalangan masyarakat Semboro.

Tumpeng Klepon: Narasi dan Gerak Tari di Hari Jadi Desa Semboro ke-117
Kirab Tumpeng Klepon. Sumber: Dokumentasi Sashum.

Kepala Desa Semboro, Bapak Antoni, dalam sambutan penutupan panitia  mengungkapkan rasa bangganya terhadap pencapaian acara tersebut, sendra-tari dan kirab Tumpeng Klepon di hari desa Semboro yang ke-117 tahun.

“Hari ini kita bukan hanya merayakan usia Desa Semboro, tetapi juga merayakan semangat kebersamaan semua lini di masyarakat dan inovasi yang terus tumbuh di tengah-tengah kita. Pementasan tari dan kirab ‘Tumpeng Klepon’ bertajuk Sesaji Kidung Respati ini adalah contoh nyata dari bagaimana kita menghargai warisan budaya sambil terus melangkah maju,” ujarnya.

Pentas tari tersebut berhasil memikat ribuan penonton yang hadir, baik dari dalam maupun luar desa. Keindahan gerak tari yang disajikan oleh para penari dari sanggar Gelar Budaya mendapatkan apresiasi yang luar biasa.

Para penonton terlihat antusias dan terpukau oleh cerita yang disampaikan melalui gerak dan musik yang harmonis. Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan lainnya seperti lomba kuliner klepon tradisional, dan bazar produk lokal yang turut menampilkan kekayaan budaya serta potensi ekonomi Desa Semboro.

Semua kegiatan ini menunjukkan semangat gotong royong dan kebersamaan warga desa dalam memajukan dan menjaga tradisi mereka. Peringatan Hari Jadi Desa Semboro ke-117 ini bukan hanya menjadi ajang untuk mengenang masa lalu, tetapi juga untuk menyongsong masa depan dengan penuh optimisme. Melalui kolaborasi dan inovasi, Desa Semboro terus berkomitmen untuk menjadi desa yang maju tanpa melupakan akar budayanya.


Kontributor: Abu Bakar RM, SS., MA. (Ketua Pengabdian Keris Dimas-SasHum/Pengajar di Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember)

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya