Unan-unan, Tradisi Unik Lima Tahunan Suku Tengger

Unan-unan, tradisi unik Suku Tengger yang digerla setiap lima tahun sekali. Sumber Foto: Twitter
Unan-unan, tradisi unik Suku Tengger yang digerla setiap lima tahun sekali. Sumber Foto: Twitter

Share This Post

LUMAJANGLumajang merupakan sanalah satu kabupaten di Jawa Timur yang kaya dengan tradisi dan budayanya khususnya daerah Argosari dan Ranu Pani. Salah satu tradisi yang baru-baru ini dilaksanakan yaitu Unan-unan. Unan-Unan, yang berasal dari kata “Una” yang artinya memperpanjang, tidak hanya merupakan ungkapan rasa syukur, tetapi juga merupakan upaya untuk memperpanjang durasi bulan dalam kalender tradisional Suku Tengger. Ini bukan sekadar ritual, tetapi juga simbol dari kesatuan mereka dengan alam dan langit. Dengan memperp anjang bulan, mereka tidak hanya menghormati siklus alamiah, tetapi juga menggambarkan keterikatan yang dalam dengan lingkungan sekitar dan kepercayaan akan harmoni antara manusia dan alam.

Tradisi Unan-unan adalah bagian penting dari warisan leluhur mereka dan dilaksanakan setiap lima tahun sekali menurut kalender Tengger biasanya mereka sebut sebagai ‘Landung’. Ritual ini adalah salah satu penanda penting dalam kalender tradisional mereka yang terdiri dari 13 bulan. Sistem waktu yang unik ini mencerminkan hubungan khusus Suku Tengger dengan alam dan siklus alaminya yang berbeda dari kalender Gregorian yang umum digunakan.

Unan-Unan diadakan dengan tujuan menetralisir energi negatif di bumi, sesuai dengan keyakinan Suku Tengger bahwa setiap dua bulan terdapat satu hari yang hilang dalam penanggalan mereka. Akibatnya, dalam periode lima tahun, terdapat 30 hari atau setara dengan satu bulan yang hilang. Melalui pelaksanaan Unan-Unan setiap lima tahun sekali, mereka berusaha untuk mengembalikan keseimbangan alam dan memperbaiki “kehilangan” tersebut, sehingga energi negatif dapat dinetralisir dan harmoni di bumi dapat dipulihkan. Ini menjadi bagian integral dari pemahaman mereka tentang siklus alam dan peran manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

“Tujuannya untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada, tidak hanya untuk masyarakat Tengger, ritual Unan-unan juga mendoakan seluruh alam semesta,” kata Romo Dukun Pinandhita Karioleh di Desa Argosari.

Unan-unan, Tradisi Unik Lima Tahunan Suku Tengger
Prosesi pelaksanaan tradisi Unan-unan oleh masyarakat Suku Tengger. Sumber Foto: Twitter

Pelaksanaan Tradisi Unan-unan Suku Tengger

Hari Pertama Unan-unan

Hari pertama dalam rangkaian acara tradisi Unan-Unan dimulai dengan ritual Mbeduduk. Ritual ini biasanya dilaksanakan pada pagi hari dengan tujuan untuk menyucikan roh hewan yang akan digunakan, yaitu satu ekor kerbau yang merupakan sasaji paling penting dalam perayaan Unan-Unan. Kerbau dipilih karena dianggap sebagai hewan yang paling kuat untuk menolak segala bentuk bencana.

Ritual Mbeduduk ditemani oleh tabuan pengiring yang menggunakan alat musik khas Tengger, yaitu Bale Ganjur atau Gamelan khas Tengger. Pada hari itu, semua sesaji yang akan dibawa ke Punden dipersiapkan dengan cermat. Kerbau yang sudah disiapkan kemudian disembelih. Adapun pelaksanaan penyembelihan hewan ternak, khususnya kerbau, setelah kerbau disembelih, bagian kepala, kulit, dan kakinya disimpan secara utuh untuk diarak pada saat pelaksanaan puncak Upacara Unan-Unan.

Sementara itu, bagian tubuh kerbau yang telah disembelih diolah menjadi sesaji berbentuk sate, yang juga akan diarak pada hari puncak pelaksanaan Upacara. Prosesi ini memperlihatkan penghormatan yang mendalam terhadap hewan yang dikurbankan dan menyatukan komunitas dalam persiapan untuk merayakan tradisi yang kuno dan berharga bagi Suku Tengger.

Semua sesaji disusun dengan cermat dan dijadikan persembahan kepada sang pencipta alam jagat raya beserta seluruh isinya. Semuanya tersusun rapi dalam jumlah seratus buah, mencerminkan kekayaan dan kebesaran penghormatan yang diberikan kepada alam dan penciptanya. Selain sesaji yang telah disebutkan sebelumnya, sesaji utama adalah kepala dan kulit kerbau, sementara daging kerbau sebagian diolah menjadi sate sebanyak seratus tusuk. Sebagian daging lainnya dimasak untuk disantap bersama oleh semua masyarakat Tengger.

Ada individu khusus yang bertanggung jawab atas penghiasan sesaji yang akan dibawa ke Punden, mereka disebut sebagai Mbok Legend dan Mbok Sepuh. Mereka dipilih karena keahlian dan ketelitian mereka dalam menghias ancak berisi sesaji yang akan dibawa. Pada malam sebelum perayaan Unan-Unan dimulai, seluruh masyarakat Tengger berkumpul di balai desa sebagai titik kumpul pertama pemberangkatan. Semua bersatu sambil menikmati hidangan yang disiapkan dengan rasa persaudaraan yang kuat, tanpa memandang perbedaan agama. Mereka duduk bersama dan bercengkrama sambil menantikan fajar pagi untuk memulai tradisi Unan-Unan.

Selain menyantap hidangan, masyarakat Tengger juga disuguhkan hiburan berupa tarian tradisional dan pertunjukan rakyat. Ini menjadi momen berkumpul dan berbagi kebahagiaan sebagai persiapan untuk perayaan besar yang akan datang.

Unan-unan, Tradisi Unik Lima Tahunan Suku Tengger
Prosesi pelaksanaan tradisi Unan-unan oleh masyarakat Suku Tengger. Sumber Foto: Twitter

Hari Kedua atau Hari Puncak Unan-unan

Pada hari kedua, momentum puncak dari pelaksanaan tradisi Unan-Unan, seluruh masyarakat Tengger berkumpul di balai desa sebagai titik awal perjalanan menuju tempat dilaksanakannya ritual, yaitu Punden. Arak-arakan menuju Punden dipenuhi dengan kegembiraan dan semangat, dengan semua orang mengenakan pakaian adat Tengger. Para perempuan memakai kebaya hitam sementara para lelaki mengenakan baju hitam lengkap dengan celana hitam dan udek di kepala.

Sesaji dan persembahan lainnya dibawa secara bergantian oleh masyarakat Tengger selama prosesi arak-arakan menuju Punden. Begitu tiba di Punden, dukun pandhita mengambil peran penting dengan membacakan doa kepada sang pencipta. Doa tersebut merangkum harapan dan permohonan keselamatan bagi seluruh alam jagat raya serta penolakan terhadap segala bencana yang mengancam di muka bumi.

Tradisi Unan-Unan juga merupakan simbol pembersihan desa, sehingga dimulai dari desa dan berakhir di Punden. Ini mencerminkan keinginan untuk membersihkan dan memperbaharui kekuatan spiritual serta hubungan antara manusia dengan alam dan penciptanya. Dengan demikian, Unan-Unan bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga suatu bentuk komitmen dan kepercayaan yang mendalam dalam menjaga keseimbangan alam dan keharmonisan antar sesama.

Editor: Mukhlis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya