Rumah Adat Besemah, Simbol Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana

Rumah Adat Besemah. Sumber : Facebook/ Ananda Yongki

Share This Post

Rumah adat selalu dikategorikan oleh masyarakat sebagai bentuk bangunan masa lampau yang jauh dari kata modern. Namun beberapa konstruk bangunan adat dinilai mampu menghadapi bencana alam, seperti gempa bumi. Salah satunya bangunan adat dari masyarakat adat Besemah. Rumah adat besemah merupakan salah satu warisan budaya masyarakat di Indonesia yang dinilai mampu bertahan dari bencana alam.

Bencana alam merupakan fenomena alam terjadi kerana berbagai macam faktor, sederhananya dapat dikategorikan berdasarkan murni secara alamiah dan campur tangan manusia. Berdasarkan rekaman sejarah, manusia selalu berhadapan dengan bencana alam, kerugian jiwa dan materil tidak terhindarkan. Maka dari itu manusia selalu belajar dari pengalaman-pengalaman lampau dan mempersiapkan segala kemungkinan kedepannya. Antisipasi ini berlaku juga dengan bencana alam yang akan dihadapi sewaktu – waktu.

Konteks sosial budaya masyarakat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan, dimana dua elemen ini berdampingan satu sama lain. Sehingga ketika kita lihat ada beberapa wujud kultural yang merepresentasikan keadaan alam dan sosialnya. Hal ini berlaku dengan bencana alam, manusia juga beradaptasi dengan bencana selama hidupnya. Beberapa wujud kultural seperti konstruksi bangunan memiliki fungsi  sebagai bangunan yang secara khusus bertahan terhadap bencana alam.

Seperti yang akan kita bahas, rumah adat Besemah atau biasa disebut sebagai rumah Baghi, sebuah simbol kearifan lokal dalam bentuk arsitektur tradisional, tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi masyarakat Suku Besemah, tetapi juga menjadi wujud ketangguhan dan kearifan lokal dalam menghadapi gempa bumi. Kebanyakan rumah tradisional ini terletak di desa Pelang Kenidai, kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan. Rumah-rumah ini merupakan contoh yang menakjubkan dari bagaimana konstruksi tradisional menyesuaikan terhadap lingkungan dan kearifan lokal.

Salah satu ciri khas rumah adat Besemah adalah konstruksinya yang terinspirasi oleh lingkungan sekitarnya. Desain rumah yang menghadap matahari terbit dan menghadap gunung Dempo seakan menjadi sebuah desain konstruksi berkesesuaian dengan alam. Penggunaan jendela kecil memungkinkan pencahayaan yang optimal pada pagi hari dan menampilkan pemandangan indah gunung Dempo sebagai latar belakang.

Hal ini seperti diungkapkan Ketua Lembaga Adat Besemah Haji Akhmad Amran yang mengatakan, “rumah baghi yang diukir disebut sebagai rumah tatahan (ukiran), sementara rumah yang tak diukir disebut rumah ghilapan. Kualitas kayu rumah yang diukir juga jauh lebih baik dibandingkan dengan rumah yang tak memiliki ukiran.”

Tidak hanya itu, rumah Baghi juga mencerminkan kehidupan masyarakat petani yang menggantungkan hidup dari hasil pertanian dan perkebunan. Setiap rumah dilengkapi dengan lumbung padi dan dapur terpisah untuk menyimpan hasil panen, seperti kopi dan sayuran, menunjukkan integrasi yang harmonis antara kehidupan sehari-hari dan struktur rumah yang dibangun.

Rumah Adat Besemah, Simbol Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana
Rumah Baghi memiliki konstruk tahan gempa. Sumber Foto : Facebook/ Ananda Yongki

Salah satu aspek yang menarik dari konstruksi rumah Baghi adalah penggunaan pondasi umpak yang terbuat dari kayu rimau. Pondasi ini tidak hanya memperkuat struktur rumah, tetapi juga melindungi tiang dari kelembaban tanah yang dapat merusak kayu. Penggunaan kayu sebagai bahan utama konstruksi juga memberikan keunggulan dalam mereduksi getaran dan goncangan saat terjadi gempa.

Keunikan lainnya adalah sistem konstruksi knockdown atau bongkar pasang tanpa paku dan pasak. Meskipun terlihat sederhana, sistem ini memiliki kekuatan dan kekokohan terhadap gangguan apapun. Seperti juga sambungan rumah yang dihubungkan dengan metode jepit dan tekan memberikan elastisitas yang sangat diperlukan saat terjadi gempa bumi.

Rumah Baghi telah membuktikan ketahanannya terhadap gempa-gempa di masa lampau sampai hari ini, bahkan yang memiliki magnitudo besar sekalipun. Analisis konstruksi rumah ini menunjukkan kesesuaian dengan prinsip-prinsip rumah tahan gempa yang ada saat ini. Dengan demikian, rumah Baghi dapat dianggap sebagai salah satu konstruksi tahan gempa yang unik dan efektif.

Dalam konteks mitigasi bencana, Rumah Baghi di desa Pelang Kenidai bukan hanya merupakan contoh arsitektur tradisional yang unik, tetapi juga merupakan bagian penting dari upaya mitigasi bencana yang dilakukan oleh masyarakat Suku Besemah. Dengan konstruksi yang telah terbukti tangguh dan tahan gempa selama berabad-abad, rumah-rumah ini menjadi tempat perlindungan yang aman bagi penduduk setempat saat terjadi gempa bumi. Penggunaan bahan-bahan lokal seperti kayu rimau dan sistem konstruksi yang efektif membuat rumah Baghi mampu mereduksi risiko kerusakan akibat gempa, mengurangi potensi kerugian manusia dan harta benda.

Selain itu, kearifan lokal dalam membangun rumah Baghi juga menerapkan pengetahuan tentang kondisi lingkungan sekitar, seperti pemanfaatan arah matahari terbit dan keindahan alam gunung Dempo, sehingga membantu dalam memaksimalkan sumber daya alam yang tersedia sambil mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang penting.

Dengan demikian, Rumah Baghi tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya yang mempesona, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam mitigasi bencana, membuktikan bahwa kearifan lokal dapat menjadi sumber refrensi dalam menghadapi tantangan alam.

Penulis : Lukacs Lazuardi

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya