Mawar Merah, Komoditas Kekuatan Ekonomi Desa Karangpring

Mawar merah Desa Karangpring, menjadi kekuatan ekonomi baru untuk menggenjot kesejahteraan masyarakatnya. Di Desa ini mawar tidak hanya dijual dalam bentuk bunga segar. Namun diolah menjadi berbagai produk yang meningkatkan nilai jual mawar hingga dua kali lipat.
Ilustrasi Mawar. Sumber foto: Freepik
Ilustrasi Mawar. Sumber foto: Freepik

JEMBER – Bunga mawar telah menjadi salah satu penopang utama hasil pertanian di Karangpring. Di desa ini, para petani sudah melakukan budidaya mawar secara turun-temurun sejak puluhan tahun lalu.

 

Saat mengunjungi desa ini, mata kita akan takjub melihat puluhan hektar tanah milik warga yang ditanami mawar. Bila masuk ke tengah kebun, aroma wangi semerbak mawar akan langsung memanjakan hidung. Inilah “Surga” yang tercipta di tengah-tengah desa kecil yang berada di Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

 

“Ada lebih dari 100 petani yang menanam mawar,” ungkap Wahyudi, petani mawar Desa Karangpring.

 

Setidaknya ada 50 hektare lahan milik warga yang ditanami mawar. Keberadaan mawar telah menjadi identitas yang membuat harum nama desa dan Kabupaten Jember. Pada tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Jember, membangun monument bunga mawar yang diberi nama “Rose Monumen” di dekat pintu masuk desa.

 

Inovasi tersebut membawa Desa Karangpring menerima penghargaan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Timur sebagai Desa Prakarsa dan Inovatif terbaik di Provinsi Jatim pada bulan Oktober tahun 2018.

 

Diolah Jadi Teh Hingga Pomade

 

Mulanya warga Desa Karangpring menjual dalam bentuk bunga segar. Satu kantong plastik seharga Rp 10 ribu. Namun, seiring berjalannya waktu, warga terus melakukan inovasi dengan mengolah mawar menjadi berbagai macam produk.

 

Saat ini, Bunga Mawar di Desa Karangpring dikeringkan dan dijadikan berbagai macam olahan kuliner seperti teh bunga mawar, sirup, nugget, hingga pomade mawar.

Kebun Mawar Desa Karangpring, Kabupaten Jember. Sumber foto: Istimewa
Kebun Mawar Desa Karangpring, Kabupaten Jember. Sumber foto: Istimewa

 

Mengolah kelopak mawar menjadi teh, tidaklah sulit. Cukup dipetik, dipisahkan, dikeringkan, lalu di oven hingga berwarna kecoklatan seperti teh. Proses ini tak butuh waktu lama. Saat warna mawar menjadi kecoklatan, mawar dikeluarkan dari oven. Lalu teh siap untuk disajikan.

 

“Dijemur dulu sampai warnanya coklat, baru bisa diproses jadi teh,” kata Sukron, petani mawar di Desa Karangpring.

 

Teh mawar memiliki keunggulan tersendiri, karena mengandung senyawa antioksidan dan baik untuk pencernaan. Aromanya yang khas membuat teh ini disukai oleh konsumen. Satu kantong teh mawar, dibandrol seharga Rp 25 – Rp 50 ribu tergantung dari ukuran kemasan.

 

Inovasi produk teh mawar mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai pihak. Hingga menjadi produk unggulan desa. Produk ini mampu meningkatkan nilai jual mawar berkali lipat dibanding hanya dijual dalam bentuk bunga segar saja.

 

“Lalu mulai saya jual dan masuk ke pasar online,” imbuh Sukron.

 

Banyak pelanggan yang berminat untuk menyeduh teh ini. Pembeli datang dari berbagai daerah di Indonesia, hingga ke Malaysia hingga tahun 2021.

 

Ciptakan Inovasi Batik Mawar yang Unik

 

Limbah mawar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuat batik ecoprint. Paguyuban Wanita Cinta Karangpring atau Pawacika menghasilkan batik bermotif mawar merah sebagai salah satu produk unggulan desa. Melalui pendekatan arisan para ibu rumah tangga dikumpulkan untuk diberi pelatihan.

 

Usaha tersebut membuahkan hasil yang maksimal, kini kain batik hasil buah tangan  Pawacika menjadi seragam wajib siswa sekolah. Hingga membuat kelompok ini bisa semakin berkembang. Satu helai kain batik Pawacika dijual dengan harga Rp 150 ribu untuk ukuran dua meter.

 

Kelompok Pawacika saat ini mendapatkan pendampingan Program Hibah Dana Desa dari Universitas Jember dan Politeknik Negeri Jember serta Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Dinas Perkebunan Kabupaten Jember. Berbagai pendampingan ini untuk meningkatkan kualitas produk kelompok agar mereka semakin maju.

Rose Monument menjadi ikon bagi Desa Karangpring sebagai penghasil bunga mawar merah. Sumber foto: Istimewa
Rose Monument menjadi ikon bagi Desa Karangpring sebagai penghasil bunga mawar merah. Sumber foto: Istimewa

 

Tak hanya itu, Produk olahan bunga mawar juga mendapat dukungan dari pemerintah desa. Salah satunya yaitu dengan membangun monument mawar setinggi empat meter dan berada di tengah lapangan Dusun Karangpring. Di sisi monument tersebut terdapat stand-stand UMKM tempat menjajakan produk olahan dari mawar.

 

Program tersebut diharapkan bisa digunakan oleh para pelaku UMKM Karangpring untuk terus mengembangkan berbagai produk mawar hingga turunannya.

 

Editor: Ani

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya