Suyati, Kerang Hitam dan Keunikan Warga Paseban Saat Mencarinya

Suyati saat mencari kerang hitam di Pantai Selatan. Sumber foto : Dok. Pribadi
Suyati saat mencari kerang hitam di Pantai Selatan. Sumber foto : Dok. Pribadi
Kerang Hitam banyak ditemukan di Pantai Selatan Jawa, tidak terkecuali di Pantai Paseban, Kecamatan Kencong, Jember. Kerang hitam oleh warga setempat banyak dimanfaatkan untuk olahan masakan dan dijual.

Kolomdesa.com, Jember – Warga Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengisi waktu luang dengan mencari hasil laut di Pantai Selatan, daerah setempat. Pantai Selatan, yang juga dikenal sebagai Pantai Paseban, tidak hanya memiliki daya tarik wisata, tetapi juga kaya akan hasil laut, salah satunya kerang hitam.

Kerang hitam, yang juga dikenal dengan sebutan ‘Kijing’, banyak ditemukan di sepanjang Pantai Selatan Jawa. Kerang dengan bentuk pipih ini mudah ditemukan, bahkan di bibir pantai terluar sekalipun.

Hal tersebut menjadi berkah tersendiri bagi warga Kencong, Suyati. Ia tekun mencari Kijing sebab memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

“Kijing laku dijual, banyak yang berminat untuk olahan makanan,” terang Suyati kepada Kolomdesa.com, Sabtu (06/07/2024).

Suyati, Kerang Hitam dan Keunikan Warga Paseban Saat Mencarinya
Pantai Selatan di Desa Paseban tempat Suyati mencari Kerang Hitam. Sumber foto : Dok. Pribadi.

Suyati mencari Kijing saat siang hingga sore hari. Selain sudah selesai dengan pekerjaan rumahnya, waktu ini juga dipilih karena ombak Pantai Selatan yang terkenal besar cenderung melandai, sehingga tidak sampai ke daratan.

Daratan yang waktu malam hingga pagi terendam air rob laut akan surut, sehingga Kijing banyak bersembunyi di bawah pasir pantai.Kondisi surutnya air laut itulah yang menjadi ladang bagi Suyati untuk mencari Kijing. Selain kerang mudah ditemukan.

“Biasanya saya mencari kerang saat siang, sepulang dari sawah. Kebetulan di jam ini juga airnya surut,” terang Suyati.

Suyati, Kerang Hitam dan Keunikan Warga Paseban Saat Mencarinya
Kerang Hitam hasil yang diperoleh Suyati. Sumber foto : Dok. Pribadi.

Saban hari, Suyati berangkat dari rumah menuju pantai Paseban bersama warga lain yang juga mencari Kijing. Rombongan, suyati dan teman-temannya menggunakan sepeda kayuh. Mereka akan melewati jalan gang, kemudian masuk ke Jalur Lintas Selatan (JLS), sebelum menuju lokasi pencarian Kijing.

Sesampainya di lokasi pencarian Kijing, Suyati dan teman-temannya akan berpencar agar mendapatkan lebih banyak kerang. Biasanya mereka menyebar di sepanjang bibir pantai.

“Sepanjang pantai ini orangnya banyak, kita akan berpencar agar tidak berebut saat mengais kerangnya,” kata Suyati.

Mencari Kerang dengan Menggunakan Batok Kelapa

Suyati, Kerang Hitam dan Keunikan Warga Paseban Saat Mencarinya
Batok Kelapa sebagai alat untuk mencari Kerang Hitam di Pantai Paseban. Sumber foto : Dok. Pribadi.

Suyati mencari Kijing secara tradisional dengan menggunakan batok kelapa. Suyati hanya perlu membawa batok kelapa yang sudah dipotong separuh, dengan ujung sisi yang dipipihkan untuk memudahkan mengais pasir pantai. Dengan alat sederhana itu, Suyati mengaduk pasir pantai sembari melihat kerang yang bersembunyi di bawahnya.

Pemilihan batok kelapa saat mencari Kijing diyakini Suyati dan teman-temannya sebagai cara yang efisien. Selain tidak memerlukan alat khusus, penggunaan batok kelapa juga tidak membutuhkan tenaga lebih karena bentuknya kecil dan ringan.

“Batok kelapa saya gunakan untuk mengais pasir, Kijingnya tidak terlalu dalam sehingga pakai alat ini sudah bisa untuk mencari kerang,” ucap ibu dua anak ini.

Setelah mendapat Kijing yang cukup, Suyati biasanya menjualnya ke warga sekitar atau pengepul. Kerang yang dijual bisa berupa kerang utuh atau daging kerang yang telah dipisah dari cangkang dan kotorannya.

Proses pembersihan Kijing tersebut melibatkan pemisahan daging dari kotoran. Daging yang bercampur dengan kotoran kerang kemudian dibersihkan dan diberikan ke hewan ternak.

Selain dijual, Suyati terkadang memanfaatkan hasil kerang untuk keperluan lauk saat makan malam. Olahan kerang yang dimasak oleh Suyati beragam, mulai dari rica-rica hingga sambal bajak. Kijing juga diolah menjadi berbagai makanan seperti cilok dan tempura kering.

“Kerangnya jika sudah bersih bisa dibuat apa saja, di oseng-oseng pakai bumbu, dibuat olahan juga bisa,” pungkas Suyati.

Editor: Rizal K

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *