Sumatera Utara – Di pedalaman Pegunungan Bukit Barisan Sumatera Utara, terdapat suku Batak Karo yang masih mempertahankan kebudayaan leluhur mereka dengan teguh. Salah satu aspek yang mencolok dari budaya mereka adalah ragam kuliner yang unik dan bahkan cenderung ekstrim. Dalam panorama kuliner suku Karo, terdapat satu hidangan yang menjadi ikon budaya mereka, yakni Terites.
Terites adalah kuliner ekstrim khas suku Karo yang telah menjadi daya tarik wisata kuliner bagi pengunjung yang ingin merasakan pengalaman kuliner yang berbeda. Meski telah memenuhi persyaratan sebagai daya tarik wisata, namun cita rasa dan penampilannya tidak lazim.
Terites biasanya terbuat dari rumput yang berasal dari lambung (rumen) sapi yang dicampur dengan daging babi atau kambing dan diolah dengan teknik khusus. Proses pengolahan ini sering kali melibatkan pemotongan daging secara halus dan penyimpanan dalam wadah yang terbuat dari bambu atau daun pisang. Daging kemudian difermentasi selama beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu, menghasilkan rasa dan aroma yang sangat khas.
Saat disajikan, Terites memiliki penampilan yang mungkin membingungkan bagi beberapa orang. Daging yang sudah difermentasi tersebut sering kali memiliki warna yang agak gelap dan terkadang terlihat tidak begitu menarik bagi lidah yang tidak terbiasa. Namun bagi mereka yang menghargai warisan budaya, mencicipi Terites adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
Bagi suku Karo, Terites bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol dari kekuatan budaya dan warisan nenek moyang mereka. Meskipun terkesan ekstrim bagi beberapa orang, Terites adalah bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner suku Karo yang masih hidup dan berkembang hingga saat ini.
“Terites ini masakan khas Karo dan sudah turun-temurun dari nenek moyang kita disajiakan saat kegiatan pesta maupun jadi makanan sehari-hari.” Kata Tenang Ginting salah satu warga penggemar kuliner Terites.
Keunikan kuliner Terites khas Karo
Terites, makanan khas yang berasal dari suku Karo, memperlihatkan keberanian dan keunikannya dengan menggunakan bahan yang tidak lazim dalam masakan pada umumnya. Hidangan ini terbuat dari rumput yang berasal dari lambung (rumen) sapi. Dalam proses pembuatannya, rumput tersebut mengalami perlakuan khusus hingga menjadi Terites yang siap disajikan.
Bagi orang-orang di luar suku Karo, Terites sering kali dianggap sebagai sesuatu yang aneh bahkan mungkin menjijikkan. Penggunaan rumput dari lambung sapi sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan menjadi hal yang tak lazim dan menimbulkan rasa skeptis bagi mereka yang belum terbiasa dengan budaya kuliner suku Karo. Namun, bagi suku Karo sendiri, Terites adalah bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner mereka yang unik dan berharga.
Meskipun Terites mungkin menimbulkan perasaan cemas atau ketidaknyamanan bagi beberapa orang, bagi suku Karo, hidangan ini adalah simbol dari keberanian untuk menjaga tradisi dan menghormati leluhur mereka. Keberanian untuk menjelajahi rasa dan tekstur yang tidak lazim dalam masakan adalah bagian integral dari identitas kuliner suku Karo, yang masih dijunjung tinggi hingga hari ini.
Cara pembuatan kuliner Terites khas suku Karo
Pembuatan Terites, hidangan khas suku Karo yang ekstrim namun lezat, melibatkan proses yang cukup rumit dan membutuhkan keterampilan khusus. Berikut adalah detail tentang cara pembuatannya:
Persiapan Bumbu-Bumbu: Bawang merah, bawang putih, cabai rawit hijau, kunyit, jahe, dan kemiri dihaluskan dengan menggunakan ulekan atau blender. Proses penghalusan ini penting untuk menciptakan tekstur dan citarasa yang meresap dalam Terites.
Pengolahan Terites: Terites kemudian diletakkan dalam baskom, di mana tambahan 0,5 liter air dituangkan, lalu diperas hingga airnya keluar. Ampas terites kemudian disisihkan, sedangkan air perasan terites disaring dengan saringan santan untuk mendapatkan sari terites yang murni.
Pemasakan Sari Terites: Sari terites yang sudah disaring kemudian dituangkan ke dalam panci dan dimasak dengan api yang tidak terlalu besar. Ini memungkinkan bumbu dan sari terites untuk menyatu dengan sempurna, menciptakan rasa yang khas dan lezat.
Penyatuan Daging Giling dan Tulang Sapi: Daging giling dan tulang sapi dimasukkan ke dalam panci yang berisi sari terites yang sedang dimasak. Kemudian, semua bahan tersebut diaduk dan dimasak sampai daging menjadi lunak dan bumbu meresap sepenuhnya.
Penyempurnaan Rasa: Bumbu yang telah dihaluskan bersama dengan daun jeruk, serai yang sudah dimemarkan, kulit batang sikam, lengkuas yang sudah dimemarkan, dan asam patikala yang sudah dimemarkan ditambahkan ke dalam panci. Garam dan gula juga ditambahkan sesuai dengan selera, lalu semua bahan diaduk hingga merata.
Penambahan Daun Singkong: Setelah bumbu matang dan tidak berbau langu, daun singkong dimasukkan bersama santan ke dalam panci. Proses ini memungkinkan daun singkong untuk menyerap semua rasa yang ada dalam Terites.
Pemasakan Akhir: Aduk terus menerus sambil melakukan gerakan menimba-nimba, sehingga santan tidak pecah. Proses memasak dilanjutkan hingga daun singkong empuk dan semua bahan matang sepenuhnya.
Penyajian: Setelah matang, Terites siap untuk disajikan. Hidangan ini bisa dinikmati bersama nasi hangat atau sebagai hidangan utama dalam hidangan makanan suku Karo yang khas dan lezat.
Dengan cara pembuatan yang teliti dan keterampilan khusus yang dibutuhkan, Terites menjadi bukti nyata dari warisan kuliner suku Karo yang berharga dan tak terlupakan.
Editor: Mukhlis