Beda dari yang Lain, Inilah Keunikan Dawet Goreng Asal Purworejo

Dawet Goreng khas Desa Wisata Pandanrejo (Dewa Pandan). Sumber: Jadesta
Dawet Goreng khas Desa Wisata Pandanrejo (Dewa Pandan). Sumber: Jadesta

Share This Post

Kolomdesa.com, Purworejo – Selain memiliki destinasi wisata yang memukau, Kabupaten Purworejo yang terletak di Provinsi Jawa Tengah seakan memiliki pesona alam dan warisan budaya yang tak pernah pudar. Tak hanya itu, Purworejo yang dikenal sebagai Kota Pejuang ini, ternyata juga menawarkan beragam wisata kuliner yang unik dan legendaris.

Salah satunya adalah minuman khas, dawet. Namun, apa yang terlintas di pikiran anda ketika mendengar kata “dawet”. Tepat sekali, minuman ini memang paling cocok dinikmati saat cuaca panas untuk menghilangkan dahaga. Namun, bagaimana jadinya jika dawet diolah menjadi hidangan pengganti nasi, lengkap dengan sayuran dan lauk-pauknya.

Di Kabupaten Purworejo terdapat makanan yang cukup unik bernama dawet goreng. Makanan khas masyarakat Padukuhan Pendem, Desa Pandanrejo, Kecamatan Keligesing ini mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang.

Nama Dawet Goreng sebenarnya bukan karena dawetnya digoreng, melainkan bumbu dan bahan pelengkapnya yang digoreng. Nama ini terus digunakan dan menjadi populer hingga kini. Mendengar namanya saja sudah membuat banyak orang penasaran dengan cita rasa makanan ini.

Keunikan hidangan ini terletak pada proses pembuatannya yang masih sangat tradisional. Selain menggunakan bahan-bahan sederhana, perpaduan rasa manis, gurih, pedas, dan tekstur kenyalnya membuat para penikmat kuliner ini terus ingin mencicipinya kembali.

“Rasanya manis, pedes, gurih, kenyal, enak pokonya. Isinya itu ada cendol, ada kecambahnya, ada tahu gorengnya ada sambalnya, ada bawang gorengnya terus pakai gula nira gak pakai santen,” kata Nurul Hidayah, salah seorang warga Kabupaten Purworejo saat diwawancarai Kolom Desa pada Jumat (1/11/2024).

Dawet goreng ini menggunakan dawet sebagai pengganti nasi, dilengkapi dengan sayur dan lauk sebagai pelengkap. Meskipun jarang ditemui, Dawet Goreng sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan pembuatannya diwariskan dari generasi ke generasi.

Waktu penjualan kuliner ini pun tergolong unik, karena hanya tersedia dua kali dalam seminggu. Makanan tersebut dijajakan sesuai hari pasaran Jawa, yaitu hanya pada hari yang jatuh pada pasaran Legi dan Pon. Hal ini didasari oleh kepercayaan masyarakat setempat bahwa hari-hari tersebut dianggap baik untuk berdagang.

“Dawet ini umumnya dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional seperti Pasar Pandanwangi dan Pasar Kaligesing. Biasanya, dawet ini mulai dijual sekitar pukul 04.00 WIB dan sudah laris terjual sebelum pukul 07.00 WIB,” ujar Nurul.

Beda dari yang Lain, Inilah Keunikan Dawet Goreng Asal Purworejo
Seorang Ibu sedang meracik Dawet Goreng. Sumber: Warga Jogja
Awal Munculnya Kuliner Dawet Goreng Pandanrejo

Dilansir dari akun Instagram @purworejoku, Dawet Goreng yang kini sangat disukai oleh para wisatawan di Gunung Gajah Pandanrejo berawal dari pengalaman masa kecil Bu Juminah yang sering membeli dawet goreng di pasar Jonggranga. Pada tahun 2016, Bu Juminah mulai belajar cara membuat cendol sendiri dengan menggunakan tepung ganyong sebagai bahan dasar.

Setelah berhasil membuat dawet goreng, ia mencoba untuk menjualnya di wisata alam Gunung Gajah. Pada awalnya, ia merasa ragu, namun dugaan tersebut terbukti salah karena ternyata mendapat sambutan positif dari konsumen.

Banyak orang yang datang dari jauh ke wisata alam Gunung Gajah hanya untuk menikmati dawet goreng sambil menikmati pemandangan alam, atau mereka juga bisa memesan langsung ke rumahnya. Pesanan biasanya dikemas dalam cup berukuran 10 oz dengan harga jual Rp 3000 per cup.

Di Purworejo, penjual dawet goreng masih sangat sedikit, sehingga Bu Juminah memproduksinya untuk dijual di pasar. Sedangkan bahan baku untuk membuat dawet goreng sangat mudah ditemukan di pasaran dengan harga yang cukup terjangkau,” dilansir dari akun Instagram Info Purworejo.

Beda dari yang Lain, Inilah Keunikan Dawet Goreng Asal Purworejo
Dawet Goreng khas Desa Wisata Pandanrejo (Dewa Pandan). Sumber: Situs resmi Pemprov Jateng
Proses Pembuatan Dawet Goreng

Seporsi dawet goreng terdiri dari dawet, tauge, timun, potongan tahu yang digoreng, sambal ijo, bawang goreng, air nira kelapa (yang bisa juga diganti dengan gula merah cair), dan kerupuk. Proses pembuatan dawet goreng tergolong cukup mudah.

Cendol yang digunakan terbuat dari bahan utama tepung aren, yang juga dikenal sebagai pati gelang. Pertama-tama, tepung pati gelang disaring, kemudian direbus bersama air secukupnya selama beberapa menit sebelum dicetak menjadi cendol.

Tepung aren memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh karena mengandung berbagai nutrisi, seperti kalori, protein, karbohidrat, zat besi, dan vitamin B1. Sementara itu, isi dari Dawet Goreng terdiri dari bawang goreng, taburan seledri, dan disiram dengan juruh atau air nira aren yang telah dimasak.

Selanjutnya, terdapat bahan pelengkap yang disajikan di atas cendol, seperti tahu putih yang dimasak dengan bumbu bacem, kemudian digoreng dan dipotong kecil-kecil. Selain itu, ada tauge yang direbus sebagai topping tambahan, yang dapat diparut seperti keju, ditambah dengan bawang goreng, sambal ijo, dan kerupuk.

“Kemudian disiram dengan juruh. Jangan lupa untuk menambahkan kerupuk di atasnya. Rasanya pun tak perlu diragukan, karena berbagai cita rasa berpadu menjadi satu dalam kuliner yang unik dan khas ini,” jelas Nurul.

Editor: Mukhlis

Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya