SOLO – Serabi Notosuman merupakan kuliner khas Solo yang begitu ternama, memikat hati banyak orang dengan keunikan dan kelezatannya. Meskipun nama “serabi” terdengar umum dan dikenal di berbagai daerah, Serabi Notosuman memiliki daya tariknya sendiri yang membuatnya menjadi ikon kuliner Solo yang melegenda.
Keunikan pertama Serabi Notosuman terletak pada namanya, yang diambil dari Jalan Notosuman, yang kini dikenal sebagai Jalan Moh. Yamin. Nama tersebut mengandung nilai historis, mengingatkan pada sejarah panjangnya yang telah berlangsung puluhan tahun. Meskipun nama jalan tersebut telah berubah, hal ini justru menjadi bukti pemaknaan sejarah yang erat.
“Karena mungkin Jogja sudah dengan budaya dan tempat-tempat wisatanya, kalau di Solo justru di kulinernya yang orang carinya ke sini,” kata dia.
Di kota asalnya, Solo, Serabi Notosuman memperoleh kepopulerannya melalui dua tempat yang berbeda, yaitu Serabi Notosuman Ny. Lidia dan Serabi Notosuman Ny. Handayani. Kedua tempat ini menjadi pilihan para penikmat kuliner untuk menikmati sajian yang lezat dan khas Solo ini.
Serabi Notosuman Ny. Lidia dan Serabi Notosuman Ny. Handayani masing-masing menawarkan pengalaman kuliner yang unik dengan cita rasa yang autentik. Setiap tempat memiliki keistimewaan sendiri dalam penyajian dan resep rahasia yang membuat serabi mereka begitu istimewa. Serabi yang lembut dengan tekstur yang pas, disajikan dengan berbagai pilihan topping yang melengkapi kenikmatannya.
Proses Pembuatan Serabi Notosuman
Serabi Notosuman merupakan makanan tradisional yang terbuat dari campuran tepung beras, santan, garam, gula, dan pewangi alami berupa daun pandan. Proses pembuatannya dimulai dengan mencampurkan bahan-bahan tersebut hingga membentuk adonan kental. Selanjutnya, adonan ini dimasak dengan menggunakan tungku yang terbuat dari tanah liat, menciptakan nuansa tradisional dalam proses memasak.
Keistimewaan lain dari Serabi Notosuman terletak pada penggunaan bahan bakar arang kayu selama proses memasak. Penggunaan arang kayu tidak hanya memberikan rasa khas pada serabi, tetapi juga menambah aroma yang khas dan memberikan kesan otentik pada hidangan ini.
Setelah adonan serabi dituangkan di atas wajan yang biasanya juga terbuat dari tanah liat, langkah selanjutnya adalah menutup wajan menggunakan penutup dari bahan tanah liat. Penutup ini berfungsi untuk menjaga suhu dan memastikan proses pemanggangan berlangsung dengan sempurna. Selama proses pemanggangan, adonan serabi akan mengalami sedikit pembengkakan dan akhirnya mencapai tingkat kematangan yang diinginkan.
Dengan kombinasi teknik tradisional, bahan-bahan alami, dan peralatan dari bahan tanah liat, Serabi Notosuman tidak hanya menjadi sajian lezat tetapi juga mempertahankan keaslian dan keunikannya dalam dunia kuliner tradisional Jawa.
Keunikan Cita Rasa dan Kemasan dari Serabi Notosuman
Sejak awal pembuatannya hingga saat ini, Serabi Notosuman telah mempertahankan konsistensi dalam menawarkan dua varian rasa utama: original dan coklat. Pemilik kedai dengan sengaja memilih untuk tidak mengikuti tren zaman dengan menambahkan varian rasa seperti keju, strawberry, pandan, atau durian. Keputusan ini diambil dengan tujuan yang jelas, yaitu memelihara keaslian dan konsistensi cita rasa dari resep serabi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
“Untuk rasa ada original dan coklat. Santan polos dan ada taburan coklat di atasnya, ditaburi meses coklat. Yang original cuma santan. Cara bikin dipanggang di wajan besi,” kata Seorang pegawai Toko Serabi Notosuman, Benyamin.
Meskipun ada godaan untuk mengeksplorasi variasi rasa, pemilik Serabi Notosuman memilih untuk tetap setia pada cita rasa orisinal dan coklat sebagai identitas unik dari kuliner mereka. Pengalaman mencoba menambahkan rasa nangka menjadi pelajaran berharga, di mana dominasi rasa nangka justru mengurangi keautentikan rasa khas serabi. Oleh karena itu, keputusan bijak diambil untuk tidak melibatkan varian rasa tambahan.
Serabi Notosuman tidak hanya dikenal dengan cita rasa khasnya, tetapi juga dengan inovasi dalam pengemasannya. Dalam upaya untuk memberikan sentuhan unik pada sajian mereka, serabi dibungkus menggunakan daun pisang. Keputusan ini tidak hanya memberikan aroma yang lebih sedap pada serabi, tetapi juga mempermudah konsumen dalam menyantapnya tanpa kotoran pada tangan.
Dengan pengemasan menggunakan daun pisang, Serabi Notosuman memberikan pengalaman yang lebih praktis dan bersih bagi para penikmatnya. Inovasi ini menjadi nilai tambah yang membuat Serabi Notosuman tetap eksklusif dan menarik bagi mereka yang menghargai tradisi kuliner khas Solo yang dijaga dengan cermat.
Editor: Ani