Karapan Sapi, Atraksi Budaya Kebanggan Suku Madura

Tradisi Kerapan Sapi Madura Sumber Foto: Twitter Noor Sumanto
Tradisi Kerapan Sapi Madura Sumber Foto: Twitter Noor Sumanto

Share This Post

MADURA – Karapan sapi adalah sebuah tradisi khas Suku Madura. Kata ‘karapan’ merupakan istilah dalam bahasa Madura yang digunakan untuk merujuk pada perlombaan pacuan sapi. Karapan sapi dilaksanakan dengan dua ekor sapi yang ditarik oleh sebuah kereta kayu, lalu seorang joki berdiri dengan penuh keterampilan, untuk memacu adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lainnya. Jalur pacuannya memiliki panjang sekitar 100 meter. Lomba pacuan berlangsung sangat cepat, seringkali hanya memakan waktu sepuluh hingga lima belas detik saja.

 

Tradisi karapan sapi ini tidak hanya terbatas pada satu lokasi, sebagian besar kota di Madura menyelenggarakan perlombaan semacam ini pada bulan Agustus dan September setiap tahun. Tujuannya, untuk mencapai pertandingan final yang berlangsung pada akhir September atau Oktober. Perlombaan berlangsung di kota Pamekasan, di mana para peserta bersaing sengit demi meraih Piala Bergilir Presiden, sebuah penghargaan yang sangat bergengsi dalam dunia karapan sapi.

 

Ritual Sebelum Karapan Sapi Dimulai

 

Sebelum karapan dimulai, ritual awal yang dilakukaan adalah memasukan semua sapi ke area lapangan. Ini bukan hanya sebagai persiapan fisik sapi, tetapi juga menjadi sebuah arena pamer keindahan pakaian dan hiasan yang menghiasi sapi-sapi yang akan bersaing. Para pemilik sapi dengan bangga menunjukkan hiasan yang memperindah sapi-sapi mereka, menciptakan suatu tontonan yang indah bagi para penonton.

 

Setelah parade selesai, saatnya bagi peserta untuk mempersiapkan sapi-sapi mereka. Pakaian dan seluruh hiasan yang melekat pada sapi mulai dilepaskan, dengan pengecualian untuk pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa sapi benar-benar siap untuk berlomba dengan bebas.

 

Setelah semua persiapan selesai, lomba pertama pun dimulai. Ini adalah tahap awal dalam menentukan klasemen peserta, di mana sapi-sapi bersaing dengan tekun dan semangat untuk meraih prestasi dalam tradisi yang begitu berharga bagi masyarakat Madura.

Tradisi Kerapan Sapi Madura Sumber Foto: Twitter Noor Sumanto
Tradisi Kerapan Sapi Madura Sumber Foto: Twitter Noor Sumanto

 

Jenis-jenis Kerapan Sapi di Madura

 

Karapan sapi merupakan ciri khas orang Madura yang memiliki beragam jenis yang menarik sehingga tradisi ini berkelanjutan.

 

Pertama, Kerap Kenik (Kerapan Kecil), jenis karapan ini melibatkan peserta yang berasal dari satu kecamatan atau kewedanaan tertentu. Dalam kategori ini, lintasan yang harus ditempuh hanya sepanjang 110 meter, dan peserta menggunakan sapi-sapi kecil yang belum terlatih. Selain kecepatan, faktor penentu kemenangannya juga termasuk sejajar atau tidaknya sapi saat berlari. Sapi yang berhasil memenangkan perlombaan ini dapat berpartisipasi dalam jenis karapan yang lebih tinggi, yaitu Kerap Raja.

 

Kedua, Kerap Rajeh (Kerapan Besar), perlombaan ini, yang sering disebut sebagai Kerap Negara, biasanya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Panjang lintasannya sekitar 120 meter, dan pesertanya adalah para juara dari Kerap Keni.

 

Ketiga, Kerap Onjangan (Kerapan Undangan), kerap onjangan adalah jenis karapan khusus yang pesertanya diundang dari suatu kabupaten yang mengadakannya. Biasanya, jenis karapan ini digelar dalam rangka memperingati hari-hari besar tertentu.

 

Keempat, Kerap Karesidenen (Kerapan Tingkat Keresidenan), kerapan ini adalah jenis karapan besar yang melibatkan juara-juara dari empat kabupaten di Madura. Kerap Karesidenan diadakan di Kota Pamekasan pada hari Minggu, seringkali menjadi acara puncak yang mengakhiri musim karapan.

 

Kelima, Kerap Jer-ajeren (Kerapan Latihan), kerapan jar-ajeren adalah jenis karapan yang digunakan untuk melatih sapi-sapi pacuan sebelum mereka berkompetisi dalam perlombaan sebenarnya.

 

Komponen-komponen dalam Kerapan Sapi Madura

 

Permainan karapan sapi adalah salah satu jenis permainan rakyat yang melibatkan berbagai pihak dengan peran masing-masing yang penting, di antaranya:

 

Pemilik Sapi Pacuan: Merupakan individu atau kelompok yang memiliki sapi-sapi yang berpartisipasi dalam perlombaan. Mereka bertanggung jawab atas pelatihan dan perawatan sapi-sapi tersebut.

 

Tokang Tongkok: Orang yang memiliki tugas penting mengendalikan sapi pacuan yang berada di atas kereta kayu (kaleles) selama perlombaan. Mereka memainkan peran utama dalam mengarahkan sapi agar berlari dengan kecepatan maksimum.

 

Tokang Tambeng: Tokang tambeng bertugas menahan tali kekang sapi sebelum perlombaan dimulai. Mereka memastikan bahwa sapi-sapi siap untuk berlomba setelah dilepaskan.

 

Tokang Gettak: Tokang gettak memiliki tugas menggertak sapi-sapi sebelum perlombaan dimulai. Gertakan ini bertujuan untuk memotivasi sapi agar melesat dengan cepat saat diberikan aba-aba.

 

Tokang Tonja: Tokang tonja bertanggung jawab untuk menarik dan menuntun sapi menuju lintasan perlombaan, memastikan bahwa sapi berada di posisi yang tepat sebelum start.

 

Tokang Gubra: Tokang gubra adalah anggota rombongan yang berperan dalam memberi semangat kepada sapi pacuan dengan sorakan dan dukungan saat perlombaan berlangsung. Mereka menciptakan atmosfer yang memacu semangat dalam perlombaan.

Tradisi Kerapan Sapi Madura Sumber Foto: Twitter Heri Firdaus
Tradisi Kerapan Sapi Madura Sumber Foto: Twitter Heri Firdaus

Nilai Budaya yang ada di Kerapan Sapi Madura

 

Permainan kerapan sapi, jika diamati secara mendalam, mengandung sejumlah nilai budaya yang memberikan panduan berharga dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa nilai-nilai tersebut adalah:

 

Kerja Keras: Nilai kerja keras tercermin dalam proses pelatihan sapi pacuan. Untuk menghasilkan seekor sapi yang kuat, tangkas, dan mampu bersaing, dibutuhkan usaha dan dedikasi yang luar biasa. Pemilik sapi harus bersabar, tekun, dan bekerja keras dalam merawat serta melatih sapi-sapi tersebut. Nilai kerja keras ini mengajarkan bahwa hasil yang baik memerlukan upaya yang maksimal.

 

Kerja Sama: Karapan sapi melibatkan sejumlah pihak, termasuk pemilik sapi, tukang tongko, tukang tambeng, tukang gettak, tukang tonja, dan tukang gubra. Semua pihak harus bekerja sama secara harmonis untuk mencapai kesuksesan dalam perlombaan. Kerja sama ini mengajarkan pentingnya kolaborasi dan harmoni dalam mencapai tujuan bersama.

 

Persaingan: Nilai persaingan tercermin dalam perlombaan itu sendiri. Para sapi bersaing secara sehat untuk menjadi yang terbaik. Persaingan yang adil dan sportif adalah bagian integral dari budaya karapan sapi. Ini mengajarkan bahwa persaingan dapat mendorong kemajuan dan prestasi.

 

Ketertiban: Perlombaan karapan sapi memerlukan tingkat ketertiban yang tinggi. Mulai dari prosesi awal hingga pelaksanaan perlombaan, segala sesuatunya harus berjalan sesuai aturan dan jadwal. Ketertiban ini mencerminkan pentingnya menjaga disiplin dalam segala aspek kehidupan.

 

Sportivitas: Sportivitas adalah nilai penting dalam karapan sapi. Para peserta dan pemilik sapi harus menerima hasil perlombaan dengan lapang dada, baik menang maupun kalah. Ini mengajarkan etika dan perilaku yang baik dalam menghadapi hasil kompetisi.

 

Dengan demikian, karapan sapi bukan sekadar hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya yang berharga yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari, seperti usaha keras, kerja sama, persaingan sehat, ketertiban, dan sportivitas.

 

Editor:  Ani

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya