MAKASSAR – Nasu Palekko merupakan kuliner khas suku Bugis. Makanan ini menjadi hidangan primadona bagi masyarakat suku Bugis. Mulanya makanan ini berasal dari Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap, lalu menyebar ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan.
Istilah Nasu Palekko berasal dari istilah likku yang memiliki arti lengkuas, rempah harum yang menjadi racikan utama dalam membuat kuliner ini. Sedangkan kata lekko memiliki arti proses perubahan dan pemecahan. Kuliner Nasu Paleko tidak hanya sekedar hidangan lezat, namun juga memberi arti jejak budaya yang membawa aromanya melintasi waktu.
“Bumbu yang digunakan sangat variatif serta memiliki cita rasa tersendiri,” kata pemilik rumah makan Palekko Pettalolo, Andis Haswan Sadade, beberapa tempo lalu.
Ia mengatakan, Nasu Palekko bagaikan media penghubung dari masa lalu hingga masa kini. Kuliner ini mengajak kita merenung tentang bagaimana sebuah kuliner dapat merangkai kisah dan mengabadikannya dalam selera dan kenangan.
Menilik Proses Pembuatan Nasu Palekko
Proses penciptaan Nasu Palekko dimulai dengan memilih bahan utama berupa daging ayam atau bebek. Kemudian dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil yang seragam. Usai dipotong, daging dicampur dengan rempah- rempah yang sudah diracik menjadi bumbu.
Perpaduan itu menjadi perpaduan rasa pedas, asam dan gurih. Perpaduan cita rasa pada Nasu Palekko mampu menciptakan harmoni rasa yang mengejutkan dan memanjakan lidah.
“Wah, luar biasa pedasnya sangat menantang. Semakin pedas terasa di lidah, nafsu makan semakin bertambah. Susah berhenti, dan keringatan,” kata salah satu penikmat Nasu Palekko, Evi.
Keahlian dalam memadukan berbagai rasa ini adalah ciri khas Nasu Palekko. Masyarakat suku Bugis menikmatinya sembari memaknainya dengan merasakan serpihan sejarah dan warisan leluhur dalam setiap hidangan.
Dalam kehangatan kabupaten-kabupaten asalnya, Nasu Palekko menjadi lebih dari sekadar hidangan. Kuliner itu adalah cerminan keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi, juga sebagai ikon dari persatuan suku Bugis. Makanan ini seolah mendeskripsikan kecintaan masyarakat suku Bugis pada rempah- rempah yang memiliki lambang semangat kebersamaan.
Editor: Ani