RIAU – Tradisi Baraan di Bengkalis merupakan perayaan budaya yang dilaksanakan setahun sekali, yaitu pada bulan Muharram dalam penanggalan Islam. Acara ini diadakan sebagai ajang silaturahmi antar masyarakat untuk saling memaafkan, juga menjadi momen penting dalam mengokohkan hubungan sosial dan kebersamaan antara sesama anggota komunitas.
Tradisi Baraan memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Bengkalis. Tradisi ini melambangkan penyucian diri dan membersihkan segala dosa dengan cara memasuki aliran sungai setempat dan memercikkan air sungai ke seluruh tubuh.
Perayaan Baraan dimulai dengan membersihkan rumah dan halaman rumah. Mereka juga mempersiapkan makanan khas seperti ketupat, rendang, dodol, dan aneka kue tradisional lainnya. Semua persiapan ini dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kekompakan.
Saat hari perayaan tiba, masyarakat Bengkalis berpakaian tradisional dengan penuh kebanggaan. Para pria mengenakan baju Melayu lengkap dengan sarung, sementara wanita mengenakan baju kurung atau kebaya dengan kain batik. Mereka juga mengenakan perhiasan tradisional seperti gelang, kalung, dan cincin emas. Dalam suasana keakraban dan kegembiraan, masyarakat berkumpul di masjid atau musala untuk melaksanakan shalat Idul Fitri.
Setelah shalat selesai, rangkaian acara Baraan dimulai. Masyarakat membentuk barisan yang dipimpin oleh seorang penghulu adat. Mereka akan saling mengunjungi antar rumah satu ke rumah lainnya dengan rombongan.
Salah satu masyarakat setempat, Amarudin mengatakan, Baraan merupakan kegiataan sekelompok masyarakat dalam satu lingkungan yang saling mengunjungi dari rumah ke rumah. Laki- laki yang berprofesi sebagai tenaga pendidik ini mengatakan, tradisi ini diikuti oleh semua masyarakat dari semua generasi. Mereka saling bermaafan dan mendoakan hibgga mencicipi hidangan yang pasti disediakan.
Keunikan dan Kesakralan Baraan Bengkalis
Sebelum Baraan Riau dimulai ada berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan, tradisi-tradisi Melayu yang mendalam masih dijalankan dengan penuh kebanggaan dan rasa hormat terhadap leluhur. Hal ini dapat dilihat dalam persiapan seperti gotong-royong dan ziarah ke makam leluhur.
Salah satu keunikan tradisi sebelum Baraan Riau, masyarakat Riau secara khusus mempersiapkan hidangan-hidangan lezat seperti ketupat, rendang, lemang, lontong, dan berbagai hidangan tradisional lainnya. Keahlian dalam memasak dan menyiapkan hidangan ini merupakan bagian penting dari persiapan menjelang bulan Ramadan.
Tradisi gotong-royong sebelum Baraan Riau adalah wujud solidaritas dan kebersamaan masyarakat. Mereka bekerja sama membersihkan dan memperindah lingkungan desa atau kampung mereka. Gotong-royong ini mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan, kebersamaan, dan rasa tanggung jawab sosial yang tinggi di kalangan masyarakat Riau.
Selanjutnya tradisi ziarah ke makam leluhur, masyarakat Riau sangat menjunjung tinggi ziarah makam-makam leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal. Bagi mereka ziarah ini dianggap penting untuk memperoleh berkah dan perlindungan dalam menjalani bulan Ramadan.
Tradisi Baraan Bengkalis sarat akan makna keagamaan yang kental. Salah satunya melalui shalat Idul Fitri, masyarakat juga mengadakan doa bersama dan zikir sebagai ungkapan syukur dan permohonan ampunan kepada Allah SWT. Mereka merenungkan makna dan pesan yang terkandung dalam tradisi ini, menjadikannya sebagai momen refleksi dan pembaharuan spiritual yang berharga.
“Meskipun tidak ada anjuran yang bersifat sepesifik dalam Al Quran dan Hadits, kegiatan baraan ini sarat dengan muatan nilai-nilai Islami,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bengkalis, Amrizal.
Keberlanjutan tradisi Baraan Bengkalis tidak hanya berarti mempertahankan perayaan yang sama setiap tahunnya, tetapi juga upaya untuk melestarikan nilai-nilai dan warisan budaya yang terkait dengannya. Melalui pengajaran dari generasi ke generasi, tradisi ini terus hidup dan menjadi bagian integral dari identitas masyarakat Bengkalis.
Dalam era modern yang serba canggih, tradisi Baraan Bengkalis tetap menjadi jati diri dan kekayaan budaya yang tak ternilai. Ini bukan hanya perayaan lokal, tetapi juga daya tarik wisata yang menarik minat orang-orang dari berbagai daerah. Melihat dan merasakan keunikan tradisi ini memberikan pengalaman yang tak terlupakan dan memperkaya pemahaman kita tentang keragaman budaya di Indonesia.
Editor: Ani