Manfaatkan Minyak Jelantah Sebagai Campuran Bahan Bakar Solar

Pada tahun 2014 Pemdes Panggungharjo membuat inovasi dengan memanfaatkan minyak jelantah sebagai campuran bahan bakar solar. Inovasi ini mampu meningkatkan pendapatan pada tahun 2016, yakni sebesar 1,5 Miliar. Selain itu juga dapat mengurangi pencemaran limbah minyak di sungai.
Ilustrasi minyak jelantah. Sumber foto: Freepik
Ilustrasi minyak jelantah. Sumber foto: Freepik

PANGGUNGHARJO – Siapa sangka minyak jelantah yang menjadi sumber pencemaran lingkungan ternyata menjadi komoditas berharga bagi masyarakat desa Panggungharjo di Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta. Masyarakat memanfaatkan minyak jelantah menjadi bahan campuran bahan bakar solar penggerak mesin blower atau pembersih galon.


Ide inovasi ini bermula ketika masyarakat setempat resah dengan sampah dan limbah Desa Panggungharjo yang makin menggunung, seiring dengan makin banyaknya pemukiman. Banyaknya warga yang membuang limbah minyak goreng sembarangan. Imbasnya, pencemaran sungai pun kian masif. Padahal limbah- limbah itu dapat didaur ulang dan dapat meningkatkan pendapat masyarakat.

Pemanfaatan minyak jelantah menjadi campuran bahan bakar solar. Sumber foto: Istimewa.
Pemanfaatan minyak jelantah menjadi campuran bahan bakar solar. Sumber foto: Istimewa.

Sebelumnya, telah ada penelitian yang dilakukan oleh Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi. Ia membuat penelitian biji buah Nyamplung sebagai bahan bakar biodiesel. Selanjutnya Pemerintah Desa Panggungharjo dan BUMDesa Panggung Lestari bekerja sama dengan PT. Tirta Investama atau Danone Aqua untuk memasok olahan limbah minyak goreng sebagai campuran bahan bakar solar penggerak mesin blower (pembersih galon).


Menurut Wahyudi pengelolaan sampah di Desa Panggungharjo dapat meningkatkan kesehatan lingkungan sekaligus sebagai tambahan pendapatan untuk warga. Selain itu, program ini juga mengurangi peredaran minyak jelantah yang agar tidak dipergunakan ulang untuk konsumsi rumah tangga mengingat dampaknya sangat membahayakan kesehatan.


“Pengelolaan sampah mempunyai beragam potensi yang jika dikelola secara optimal dapat menghasilkan manfaat ekonomi sekaligus lingkungan hidup,” tuturnya.


Pengumpulan Minyak Goreng Bekas Melalui Bank Tigor


Untuk mengumpulkan minyak goreng dari masyarakat maupun pabrik­-pabrik tahu dan restoran, BUMDesa membentuk Bank Tigor (tilasan gorengan). Terdapat 11 Bank Tigor yang mengurusi pengumpulan minyak goreng di desa Panggungharjo. Bank Tigor ini membeli minyak goreng bekas dari warga seharga Rp 2.000 per liter.


Selanjutnya Pemdes Panggungharjo bekerja sama dengan bengkel untuk membuat mesin filterisasi limbah minyak goreng. Adapun cara kerja mesin tersebut sebagai berikut:

  1. 1. Minyak goreng bekas dimasukkan ke bak penampung awal lalu dipompa dan dipanaskan
  2. 2. Selanjutnya minyak goreng bekas tersebut masuk ke alat penyaring dan dialirkan ke jerigen-jerigen penampung
  3. 3. Pompa digerakan dengan diesel
  4. 4. Hasil pengolahan limbah minyak goreng memiliki tingkat kejernihan hingga 0,5 milimikron

Dongkrak Pendapatan Masyarakat Hingga Raih Penghargaan ASEAN Leadership Award


Inovasi minyak jelantah sebagai bahan campuran solar mampu meningkatkan penghasilan warga. Setiap bulan sekitar 5.000 liter limbah minyak goreng bisa diserap dari warga, pabrik tahu, maupun restoran. Pemerintah desa bersama BUMDes Panggung Lestari memasok olahan minyak goreng bekas sebanyak 32 ribu ton dengan harga jual Rp 8.600 per liter.


Hal ini memberikan sumbangsih besar pada pendapatan desa, terbukti pada tahun 2016 naik menjadi Rp 1,5 miliar dari Rp 700 juta pada tahun 2015. Selain itu, inovasi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dan kini tidak ada lagi limbah minyak goreng mengotori sungai.

Kades Wahyudi terima penghargaan ASEAN Leadership Award di Myanmar. Sumber foto: kemendesa.go.id
Kades Wahyudi terima penghargaan ASEAN Leadership Award di Myanmar. Sumber foto: kemendesa.go.id
 

Keberhasilan Pengelolaan sampah di Desa Panggungharjo membawa desa ini sebagai penerima penghargaan The 4th ASEAN Rural Development and Poverty Eradication Leadership Award di Nay Pyi Taw, Myanmar pada November 2019. Hingga saat ini terdapat 1.700 kepala keluarga (KK) yang berpartisipasi dalam pengumpulan minyak jelantah tersebut.

 

Editor: Dian


Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya