JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) undang 11 desa wisata di Lombok untuk mengikuti acara Biannual Tourism Forum pada 14-15 Maret 2023. Acara tersebut adalah bentuk follow up dari Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 pada tahun 2022 yang saat ini bersiap masuk tahap pendampingan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan perlu adanya kolaborasi dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sejalan dengan hak tersebut, maka diselenggarakanlah Biannual Tourism Forum (BTF) sebagai forum yang mempertemukan penggerak desa wisata dengan para stakeholder.
“Kami mengajak mitra kolaborasi dari pemerintah, dunia usaha, swasta, komunitas dan media, institusi pendidikan, KKN-KKN, yang akan kita arahkan ke desa wisata untuk memastikan keberlanjutan dari program desa wisata ini,” jelas Sandiaga.
Dalam Biannual Tourism Forum perwakilan masing-masing desa wisata akan memaparkan progress perkembangan yang dilaksanakan di desanya. Desa Wisata berasal dari 4 wilayah, yakni Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, serta Lombok Barat.
Yani Aji Sujana, perwakilan Desa Sekotong Barat, Lombok Barat mengungkapkan pariwisata di daerahnya terhitung masih baru. Namun begitu, para pelaku wisata punya tekad kuat untuk mengembangkan wisata di daerahnya.
“Untuk daya tarik agar wisata datang, ada sport diving dan snorkeling di 3 gili. Selain itu, kami akan mengembangkan UMKM oleh-oleh khas dari limbah kulit kerang, yang paling unik, terdapat daya tarik wisata yang dikemas dengan pendekatan story telling yang dapat dijual sebagai penutup paket wisata ke 3 gili tersebut,” tuturnya.
Sedangkan untuk Lombok Tengah ada Desa Kuta Mandalika yang diwakili Malik Abdul Aziz. Ia menyampampaikan pihaknya memanfaatkan digital marketing sebagai sarana promosi desa wisatanya.
“Untuk jangka panjang yaitu Kampoeng Nelayan di Pantai Benjon dengan pasir menyerupai merica dan pepohonan di tepi pantai sebagai USP (unique selling point). Tentu kami akan menggandeng para travel agent di sana,” paparnya.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Martini M. Paham ingin program yang sudah dijalankan bisa tepat sasaran dan manfaatnya bisa dirasakan langsung. Martini menambahkan, sektor pariwisata merupakan sektor yang paling terdampak dari pandemi Covid-19 dan saat ini sektor pariwisata perlahan mulai bangkit.
“Kita harus bangkit bersama, lebih cepat, lebih kuat dengan mengedepankan adaptasi, inovasi dan kolaborasi,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf, Florida Pardosi menekankan kembali pentingnya membangun kolaborasi. Seluruh unsur pentahelix yang ada dalam ekosistem pengembangan desa wisata harus saling menjalin kerja sama agar pengembangan wisata bisa berjalan.
Penulis: Erdhi
Editor: Soleha.tn