BANYUWANGI – Sejumlah masyarakat di Desa Gambiran, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur memiliki cara tersendiri dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebuah tradisi unik yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat itu menjadi kegiatan rutin yang digelar setahun sekali. Masyarakat menyebut tradisi itu dengan istilah Ndog-Ndogan.
Tradisi Ndog-Ndogan merupakan rangkaian acara pawai diiringi srakalan (pembacaan asrokol atau sholawat Mahalul Qiyam). Seluruh lapisan masyarakat terlibat dalam kegiatan budaya ini. Mulai dari para pelajar desa yang mengendarai sepedah hias dan kereta, lalu setiap RT/RW mengeluarkan satu mobil hias dan terbangan (hadrah), dan judang (replika masjid yang digotong secara kelompok bersama-sama).
Semua berjalan beriring-iringan mengelilingi desa, dan disambut oleh warga di pinggir-pinggir jalan untuk menyaksikan meriahnya perayaan Maulid. Selain itu, pembacaan asrokol atau Mahalul Qiyam bergema di masjid mengiringi sepanjang pawai berlangsung.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh masyarakat Desa Gambiran ini diyakini menjadi salah satu simbol meresapnya nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial masyarakat. Karena selain pawai, atraksi budaya itu juga diiringi dengan kegiatan bagi-bagi makanan untuk semua masyarakat, dengan cara bertukar berkat (atau nasi kotak).
Adapun makna filosofis tradisi ini pertama, Kembang Ndog: Sebagai replika dari buah narasi pada saat kelahiran Nabi Muhammad, pohon-pohonan berbuah tidak seperti semestinya. Sehingga masyarakat memaknai dengan menghias pohon pisang dan ditancapi kembang ndog sebagai simbol representasi historis.
Kedua, Judang (Replika Masjid): Sebagai representasi akulturasi, karena judang memiliki kerangka yang hampir mirip dengan ogoh-ogoh yang berfungsi sebagai pegangan dan penyangganya. Kemudian dibawa dengan cara diangkat bersama-sama, hal ini menyiratkan sebuah makna kebersamaan serta kepaduan budaya yang harmonis.
Ketiga, Ketan Kebuli: Sebagai hidangan wajib di setiap rumah-rumah penduduk untuk diantar ke masjid dan dimakan bersama keluarga. Ketan kebuli sebagai potret budaya Timur Tengah, bentuknya sangat mirip dengan nasi kebuli, tetapi cita rasa rempah yang berbeda.Ketan kebuli diyakini sebagai simbol keterbukaan masyarakat dalam menerima budaya-budaya asing selama tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.