Kolomdesa.com, Pati – Desa Sampok Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati, yang berada di lereng Pegunungan Muria itu menjadi pembudidaya lebah, hingga setiap rumah di Sampok terdapat barisan kotak tempat budi daya lebah.
Kepala Desa Sampok, Warsito menyampaikan, sudah ada sekitar seratusan warganya yang menjadi peternak lebah, dibandingkan sejak waktu pandemi covid-19.
“Desa Sampok ini sentral pembudidaya lebah dan penghasil madu. Masih ada 100 lebih peternak lebah di Desa Sampok,” kata dia, Selasa (21/1/2025).
Lebih lanjut ia mengatakan, warga Sampok kebanyakan membudidayakan lebah yang jenisnya Apis Mellifera atau bisa di katakana lebah yang berpenghasilan madu.
“Kalau 1 peternak lebah punya 200 kotak, maka dalam satu tahun kurang itu kisaran 200 ton (madu yang dihasilkan, Red.). Itu bisa musim randu, rambutan, karet dan buah yang lain,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, tak hanya di Kabupaten Pati, madu yang dari desa tersebut sudah dikenal luas, hingga di pasarkan keluar Provinsi Jawa Tengah.
“Madu dari sini ada yang dikemas sendiri dan ada yang masuk pabrik di wilayah Jawa. Untuk pengiriman sampai Jawa Timur, Malang, Jakarta,” tuturnya.
Harga madu tersebut seperti fluktuatif dan bervariatif itu tergantung jenisnya, Itu pun perlu mengikuti hasil musyawarah Asosiasi Perlebahan Indonesia atau API.
“Untuk madu akasia carva kisaran Rp 45 sampai 50 ribu per kilogram. Sedangkan madu jenis randu dan rambutan sekitar Rp 60 sampai 65 ribu,” sebutnya.
Penulis : Fais
Editor : Danu