Pertamina Bina Desa Energi Berdikari

Ikustrasi bio gas, Sumber foto: freepik. Com
Ikustrasi bio gas, Sumber foto: freepik. Com

KamparPT. Pertamina Hulu Rokan (PHR) membina masyarakat Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar menjadi Desa Energi Berdikari. Hal ini bertujuan untuk mengantisiasi krisis energi yang melanda dunian.

 

“Program ini merupakan bentuk bantuan CSR kepada masyarakat untuk memberikan nilai manfaat terhadap pemanfaatan kotoran sapi menjadi barang bernilai ekonomis, sebab dapat menghemat pengeluaran 25 persen dari pengeluaran biaya PLN,” kata Kepala Desa Mukti Sari Maryono saat kunjungan ke rumah salah seorang warga binaan yang telah memanfaatkan reaktor gas bantuan PT PHR, Rabu (06/7/2023).

 

Maryono mengatakam, Saat ini ada sembilan reaktor gas yang dibangun untuk masyarakat dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR) dalam mewaspadai krisis energi.

 

Dirinya menjelaskan, Dalam kunjungan itu, turut hadir tim dari PHR Sr Analyst Performance Delly Paramita, Analyst Media and Communication Ray Jordan, Sr Analyst Media and Communication Yulia Rintawati, Analyst Communication Riyan Nofitra, Supervisor Desa Energi Berdikari Irfan, dari Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Gaul.

 

“Desa Energi Berdikari ini merupakan tagline dari PT PHR yang dimulai sejak 2022 dan diluncurkan untuk mendorong kemandirian energi, di seluruh wilayah, masyarakat diberikan manfaat, pengetahuan dalam pengolahan hulu dan hilir dari program ini. Sengaja dipilih Desa Mukti Sari ini sebagai desa percontohan karena desa ini berdekatan dengan wilayah PT PHR,” ujar Delly Paramita.

 

Ia menejelaskan, reaktor bio gas itu merupakan bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang diawali dengan intervensi kepada masyarakat untuk melakukan budidaya sapi, yang kemudian disandingkan dengan sistem instalasi bio gas untuk menyalurkan gas sebagai sumber api dari kotoran sapi yang diolah.

 

Dirinya menambahkan, manfaat lain dari kotoran sapi yang diolah bukan saja berbentuk gas, akan tetapi bisa juga untuk pupuk tanaman masyarakat. Setidaknya dengan adanya pupuk yang dihasilkan dari urine dan kotoran sapi ini bisa memper ringan beban petani dalam pemupukan.

 

Menurut Maryono, saat memperkenalkan program ini kepada masyarakat tidak berjalan mulus dan gampang diterima oleh masyarakat, akan tetapi banyak tantangan yang perlu dilewati.

 

“Mereka ada yang berpendapat bahwa memakai sumber energi dari kotoran ternak itu najis, ada juga yang berpendapat lain memakai api dari sumber kotoran sapi itu bau busuk dan lainnya, namun dengan berbagai upaya akhirnya sudah ada 9 unit warga yang merasakan nilai manfaatnya,” ujarnya.

 

Penulis: Hafidus Syasmi

Editor: Rizal

Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *