Kolomdesa.com, Bangkalan – Taman Kanak-Kanak (TK) di Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan ini mempunyai metode mengajar yang unik. Guru dan pendamping tidak hanya mengajarkan metode pembelajaran di ruang kelas, mereka mengajak peserta didik untuk belajar berkebun.
TK Kebun Lestari, Taman Kanak-Kanak ini berdiri sejak 2021. Diinisiasi oleh Muhammad Alfiyan Syah, mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura.
Lembaga pendidikan ini menerapkan konsep sekolah alam model pendidikan holistik yang menggunakan alam sebagai media pembelajaran utama untuk anak-anak.

Dalam sekolah alam, anak-anak belajar tidak hanya melalui buku teks, tetapi juga melalui pengalaman langsung dengan alam.
Mahasiswa asal Gresik tersebut mengatakan, ia ingin mengembangkan potensi Desa Kebun sesuai dengan bidangnya. Menurutnya, anak-anak perlu belajar memahami bahwa pertanian itu menyenangkan dan bukanlah sesuatu yang dianggap kotor.
“Kami juga ingin mengenalkan dan menerapkan nilai-nilai pertanian terpadu terutama di Pulau Madura,” ungkap Alan–panggilan akrabnya pada Kolomdesa.com, Selasa (28/8/2024).
Kebun Lestari menjadi satu-satunya wisata agro di Pulau Madura yang berfasilitas animal feeding. Wisata ini menawarkan wisata petik di kebun buah dan sayur, hidroponik bebas pestisida.
“Kami juga menawarkan berbagai pendidikan lingkungan hidup dan pelestarian alam dengan tema pelatihan yang beragam, seperti berkebun, belajar tentang hewan dan banyak lagi. Kami menyelenggarakan pelatihan dengan anak-anak sekolah, mahasiswa, komunitas dan masyarakat umum,” katanya.
Pilih Anak-Anak untuk Kenali Tanaman

Alan bercerita, Kebun Lestari lahir dari keresahannya melihat fenomena belakangan ini. Anak muda di sekitarnya enggan menggeluti dunia pertanian dan memilih menjadi masyarakat urban dengan bekerja di kantor-kantor.
“Saya lahir sebagai anak petani. Bapak ibu saya petani. Saya hidup sampai saat ini juga berkat hasil pertanian,” ungkapnya.
Menurutnya, pengenalan dunia pertanian perlu dimulai sejak dini. Anak-anak PAUD harus tahu dari mana makanan yang selalu mereka konsumsi setiap harinya.
“Kami ajarkan proses budidayanya, dari perawatan sampai panen. Dengan begitu mereka dapat lebih menghargai makanan yang mereka makan dan khususnya menghargai kerja keras seorang petani,” ungkapnya.
Saat ini, TK Kebun Lestari didampingi oleh 5 tim lainnya. Semuanya merupakan mahasiswa Universitas Trunojoyo.
“dari prodi Agroteknologi dua, prodi manajemen satu, prodi pendidikan PAUD satu dan Pendidikan PBSI satu,” terangnya.
Desa Jadi Lebih Produktif
Sejak adanya Kebun Lestari, produktivitas Desa Kebun bisa dibilang meningkat. Dari kegiatan kolaborasi antara desa hingga masyarakat yang datang berkunjung untuk menikmati wisata petik melon.
“Banyak wisatawan lokal yang kemudian berkunjung ke desa ini, untuk memetik dan membeli buahnya,” jelasnya.

Kegiatan kolaborasi tersebut dapat berupa kunjungan tim pengajar TK Kebun Lestari ke lembaga pendidikan setara lainnya di Bangkalan. Tujuannya, sekolah-sekolah lain dapat mengambil contoh dengan melakukan metode pendidikan di luar ruangan, sesuai dengan konsep sekolah alam milik TK Kebun Lestari.
“Kami sering melakukan kunjungan ke TK atau RA (Raudlotul Atfal). Juga sebaliknya, banyak lembaga yang kunjungan ke sini untuk outbond wisata petik melon,” jelas dia.
Alan mengungkapkan, kegiatan di TK Kebun Lestari hingga saat ini mencakup sekolah alam, event lomba mewarnai, hingga wisata petik melon premium.
“Mahasiswa juga banyak yang melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) dan pengabdian universitas ke masyarakat sekitar,” bebernya.

Sinergitas Pemerintah Desa
Pemerintah Desa Kebun, kata Alan, cukup berkontribusi pada pembangunan TK Kebun Lestari. Mereka menyambut baik ide dari mahasiswa sejak awal.
Pemerintah desa menyediakan dana dan sarana prasarana di TK Kebun Lestari.
“Pemerintah Desa kebun juga punya impian yang sama dengan kami. untuk pertanian di pulau madura lebih maju dan untuk membranding potensi desa dengan edukasi pertanian dengan budidaya melon premium,” katanya.
Dengan tawaran metode pembelajaran yang bisa dibilang baru di Desa Kebun, masyarakat desa turut berpartisipasi dengan menyekolahkan anaknya di TK tersebut.
“Alhamdulillah respon masyarakat di sini baik,” katanya.
Saat ini, TK Kebun Lestari juga mampu menyerao tenaga kerja lokal untuk membantu mengurus tanaman melon. Mereka merekrut pemuda lokal.
“Sekarang ada 5 pemuda lokal yang ikut membantu kami mengurus Kebun Lestari, alhamdulillah setidaknya kami dapat memberi peluang pekerjaan,” katanya.
Alan berharap, dukungan pemerintah Kabupaten turut menyentuh programnya tersebut. Kolaborasi-kolaborasi ke depan setidaknya bukan hanya dengan lembaga pemerintah saja, namun dengan komunitas pemuda, terutama yang fokus pada pendidikan dan pertanian.
“Potensi desa ini setidaknya menjadi salah satu pembuktian dalam mimpi besar pembangunan nasional,” pungkasnya.
Editor: Rizal K