Kolomdesa.com, Jember – Kawasan Jember Selatan, di Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember, Jawa Timur, Puluhan sapi ternak ditimpa penyakit kuku dan mulut sejak memasuki musim hujan.
Hal ini disampaikan Alif Rifki, Dokter Hewan Puskesmas Tempurejo, pada saat kejadian berawal sapi milik peternak di Dusun Mandiku, Desa Sidodadi, sakit selama dua hari, kemudian mati.
“Ketika mati, ternak tersebut langsung dikubur. Setelah beberapa hari pasca kejadian itu. Ternyata ternak milik tetangganya tertular dengan penyakit yang sama,” ujarnya, Selasa (17/12/2024).
Ia mengatakan, sekitar 50 ekor lebih sapi milik peternak desa setempat terjangkit penyakit kuku dan mulut, bahkan 25 ternak di antaranya mati. Setelah dicek oleh petugas kesehatan hewan, ternyata ada gejala penyakit itu yang bermula sapi ini tidak mau makan dan mulutnya mengeluarkan alir liur berlebihan.
“Mengeluarkan busa di mulut dan hidung. Kemudian di telapak kakinya ada bercak warna putih. Seperti gejala PMK dan mulutnya seperti terkena sariawan,” ulas Alif.
Kata Alif, sapi yang mati ketika terjangkit penyakit itu rata-rata peternaknya kurang telaten merawat ternaknya, serta tidak memperhatikan kebersihan kandang.
“Kalau peternaknya telaten dan mau menyuapi sapinya, jangan sampai tidak mau makan. Insyallah dua hingga tiga hari sudah enakkan sapinya,” ucapnya.
Alif juga menyampaikan, tibgkat keganasan penyakit ini dibandingkan kasus PMK 2022 yang lebih tinggi dari sekarang bahkan risiko kematiannya sangat besar.
“Kayaknya virusnya sudah bermutasi. Cuma tingkat penularannya lebih rendah ketimbang yang dulu. Hanya saja tingkat kematiannya lebih tinggi tahun ini, ketimbang yang dahulu,” tuturnya.
Alif mengungkapkan dampak dari kematian sapi tersebut rata-rata terpapar penyakit mulut dan kuku ini sebelumnya belum menerima suntikan vaksin, karna peternak ini tergolong baru.
“Sapi anakan, yang baru menjadi dara dan pejantan dan baru berumur 1 tahun hingga 1,5 tahun kebanyakan itu. Kalau yang sudah ter-vaksin, insyallah aman,” imbuhnya.
Saat ini Petugas kesehatan hewan di kawasan Kecamatan Tempurejo, hanya bisa memberikan edukasi kepada peternak agar melakukan langkah antisipasi.
“Dengan menjaga kebersihan kandang, mengatur pola makan sapi. Dan kalau sapinya ada gejala PMK untuk segera memanggil petugas kesehatan hewan setempat agar segera mendapatkan penanganan,” imbuh Alif.
Sementara di Kecamatan Ambulu, Jember, dikabarkan terdapat enam sapi yang dilaporkan terpapar penyakit kuku dan mulut. Rata-rata ternak ini juga belum menerima vaksin.
“Empat sapi di Desa Sumberejo, dan dua sapi di Desa Pontang. Rata-rata dipelihara oleh peternak-peternak baru,” kata Rencong Dwi Putra, dokter hewan Puskesmas Ambulu.
Ketua Komisi B DPRD Jember Candra Ary Fianto, menanggapi hal tersebut bahwa munculnya penyakit kuku dan mulut terhadap sapi tersebut dipicu faktor perubahan iklim dan cuaca.
“Seperti kita ketahui, akhir-akhir ini hujan terjadi terus menerus di Jember hingga terjadi genangan. Ditambah lagi kebersihan kandang yang kurang maksimal, khususnya tempat pembuangan limbah kotoran sapi,” tanggapnya.
Kata Candra bersama Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember, masih mendalami jenis penyakit kuku dan mulut yang menyerang sapi tersebut.
“Guna mencari solusi atas kasus ini. Supaya masyarakat tenang dan ternaknya tetap sehat. Agar pasokan daging menjelang Natal dan tahun baru tetap terjaga,” ucap Legislator Fraksi PDIP ini.
Penulis : Fais
Editor : Danu