BALI – Untuk mengajak masyarakat tertib melakukan pengalolaan sampah secara kolektif bukanlah hal yang mudah. Seperti halnya yang dilakukan oleh Dusun Cemenggoan, Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, Bali.
Desa ini memiliki inovasi unik dalam membuat lingkungannya menjadi bersih dari sampah. Warga dusun Cemenggaon melakukan penanganan sampah dengan konsep ‘teba modern’. Teba modern adalah sebuah inovasi yang di khususkan untuk pengelolaan sampah organik.
Inovasi ini bermula dari inisiatif I Wayan Santi Adnyana, seorang pegiat lingkungan. Ia mengaku prihatin melihat sistem pengelolaan sampah konvensional, dimana sampah diangkut, kemudian dibawa ke TPA, dan ditimbun hingga menggunung.
“Sebenarnya kita semua sudah tahu, dari tahun ke tahun suhu bumi sudah meningkat dan para ahli telah memprediksi jika kita terus tidak melakukan apa-apa, maka bencana akan terjadi. Mengenai permasalahan sampah sepertinya belum menemui cara yang tepat sehingga yang terjadi saat ini ya begitu-begitu saja. Ditampung di TPA hingga menggunung,” ujar Santi
Melihat kondisi tersebut, di pilihlah suatu konsep pengelolaan sampah yaitu dengan teba modern. Teba modern adalah lubang besar yang sengaja digali untuk tempat pembuangan sampah di masing-masing rumah warga.
Seluruh warga kini memiliki sedikitnya satu sumur komposter di pekarangan rumahnya. Bahkan ada yang membuat sampai tiga lubang komposter khusus mengelola sampah organik menjadi kompos. Hal tersebut untuk mengurangi buangan sampah ke tempat pengelolaan sampah. Teba modern memanfaatkan bakteri untuk mempercepat proses penguraian sampah organik.
Inovasi teba bukan sekadar lubang besar di tanah belakang rumah, melainkan dimodifikasi menjadi sebuah meja atau bangku di halaman rumah yang dapat digunakan untuk nongkrong atau bercengkerama. Konsep ini juga dapat diterapkan di tempat-tempat umum dan sekolah.
Memadukan Kearifan Lokal
Konsep teba modern yang diusung Desa Adat Cemenggoan terinspirasi dari kearifan lokal Bali. Dalam arsitektur tradisional Bali, setiap rumah memiliki teba, yaitu bagian belakang rumah yang dikhususkan untuk bercocok tanam dan membuat kandang untuk hewan ternak.
Penanganan sampah melalui teba modern ini memadukan kearifan lokal Desa Adat dan Tri Hita Karana. Pola ini kemudian dituangkan dalam bentuk Perarem (keputusan melalui sebuah paruman/rapat adat). Sehingga diputuskan dalam program PESAN-PEDE (pengelolaan Sampah Mandiri Pedesaan).

Di Bali khususnya Desa Adat Cemenggaon terutama, sampah organik sangat mendominasi karena banyaknya tradisi yang memerlukan canang atau sesajen sehari-hari, yang biasanya terdiri atas bunga-bungaan dan tumbuhan.
“Dengan adanya teba modern, 60-70 persen sampah sudah tertangani,” ucap Ketua Badan Pengelolaan Sampah Desa Adat Cemenggoan, Wayan Balik Mustiana.
Balik mengungkapkan saat ini, terdapat 350 KK di Desa Cemenggaon yang memiliki teba modern di rumahnya. Hal tersebut membuat proses penguraian sampah organik lebih maksimal, karena jika satu lubang sudah penuh, warga dapat mengisi lubang yang lainnya. Sementara sampah anorganik seperti plastik, botol, logam, dan kertas diserahkan ke bank sampah desa untuk didaur ulang. Sementara itu, dari 350 KK itu sebanyak 290 KK sudah punya dua teba modern.
Prose Pembuatan Teba Modern
Proses pembuatan teba modern dari buis beton berdiameter 1 meter dengan kedalaman antara 1-2 meter, sesuai kebutuhan rumah tangga masing-masing. Kedalaman sumur komposter sekitar 200 cm. Bagian atasnya diletakkan buis beton, lalu di bawahnya tetap tanah untuk memudahkan bakteri pengurai organik ini hidup dan bekerja menghancurkan material organik, seperti daun hingga sisa limbah dapur.
Umumnya komposter ini ada yang tertanam merata dengan tanah. Ada juga di atas permukaan tanah (menjulang) yang lubangnya ada di bagian bawah. Biasanya, warga yang membuat sumur komposter model menjulang ini dijadikan sebagai meja seperti di taman dan di sekolah. Ada juga yang berbentuk kotak atau lingkaran dan tertanam di dalam tanah.

Bila sampah organik sudah penuh, akan difermentasi selama 5-6 bulan, kemudian dijadikan pupuk kompos. Selanjutnya pupuk akan dijual untuk keperluan tanaman hias. Adapun dana pembuatannya yaitu sekitar Rp500 ribu.
Selain dimanfaatkan sebagai kompos, teba modern dapat digunakan saat hujan deras terjadi agar rumah tidak pernah tergenang air. Caranya mudah, cukup buka, penutup teba dan air hujan akan terserap ke lubang biopori, sehingga air akan masuk ke tanah kembali dan dapat membuat cadangan air di tanah.
Editor: Dian