JAKARTA – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melakukan kerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB). Hal ini terkait kerja sama penerapan teknologi tepat guna (TTG) di 30 desa wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
“Kami bersama ITB Bandung menerapkannya di 30 desa di Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara. Kategorinya terdiri atas 22 desa tertinggal dan 8 desa sangat tertinggal,” ungkap Kepala Pusat Penyusunan Keterpaduan Rencana Pembangunan Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi La Ode Muhajirin, dalam keterangan tertulis, Kamis (13/4/2023).
Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Ivanovich Agusta menuturkan dari kerjasama tersebut menyepakati bahwa kedua belah pihak akan melakukan monitoring langsung ke desa di wilayah 3T. Desa-desa tersebut lalu diseleksi untuk memilih lokus desa sesuai database Kemendesa PDTT.
“Kolaborasi bermanfaat bagi desa itu sendiri. ITB Bandung memiliki keunggulan, yaitu teknologi yang bisa dipraktekkan langsung di lapangan. Sementara, Kemendes PDTT unggul dengan mengetahui dan mengelola desa di seluruh Indonesia. Seluruh upaya ini ditujukan untuk menyejahterakan warga desa,” ungkap Ivanovich.
Ia menjabarkan lokasi desa tertinggal dan sangat tertinggal yang tercakup dalam kegiatan ini meliputi:
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kabupaten Alor sebanyak 8 desa
Kabupaten Rote Ndao sebanyak 5 desa
Kabupaten Belu sebanyak 3 desa
Kabupaten Timor Tengah Utara sebanyak 2 desa
Kabupaten Sabu Raijua sebanyak 2 Desa
Provinsi Maluku Utara
Kabupaten Pulau Morotai sebanyak 5 Desa
Kabupaten Kepulauan Sula sebanyak 5 Desa
Sementara itu, Sekretaris LPPM ITB, Denny Willy Junaidy menjelaskan tentang Desanesha buatan ITB Bandung. Melalui aplikasi ini, kepala desa yang sudah mendaftar dapat menyampaikan permasalahan yang ada di desa, kemudian permasalahan itu sampai kepada dosen ITB yang memiliki keahlian sesuai bidang permasalahan.
“Selanjutnya, dosen dan kepala desa berkoordinasi untuk menyelesaikan permasalahan melalui teknologi tepat guna buatan dosen yang bersangkutan,” pungkasnya.
Penulis: Erdhi
Editor: Soleha.tn