PAMEKASAN – Warga Pulau Madura punya tradisi unik dalam memeriahkan perayaan lebaran ketupat. Tradisi tersebut digelar sebagai wujud syukur bagi umat islam yang menjalankan ibadah puasa sunnah selama enam hari pada bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi arung laut biasa digelar oleh masyarakat pesisir di Kabupaten Bangkalan. Sedangkan “Per-Peran” biasa digelar oleh masyarakat pesisir di Desa Ambat, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan.
Tradisi Arung Laut diselenggarakan di tiga lokasi berbeda di Bangkalan yaitu di Perairan Pantai Desa Bancaran, Sukolilo dan Desa Kwanyar. Masyarakat yang akan mengikuti tradisi Arung Laut sebelumnya akan menghias perahu masing-masing dan kemudian akan adu kecepatan di tengah laut.
Kegiatan yang rutin digelar setiap Hari Raya Ketupat tersebut awalnya dilakukan untuk mempererat jalinan silaturahmi antar nelayan di lingkungan Bancaran. Tetapi kemudian karena ingin suasana lebih ramai dan meriah, akhirnya dibuka untuk umum dan tanpa dikenakan biaya apa pun.
Selain arung laut, tradisi lain yang juga digelar masyarakat Madura dalam memeriahkan Lebaran Ketupat adalah menggelar tradisi “per-peran”. “Per-peran” merupakan tradisi masyarakat Pamekasan di pesisir Desa Kramat dan Desa Tanjung, yaitu naik andong dan becak keliling desa sehari setelah Lebaran dan pada Lebaran Ketupat atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi “per-peran” awalnya merupakan kegiatan rutin masyarakat pesisir dalam menjalin silaturahmi dengan mengendarai kendaraan tradisional andong. Namun, dalam perkembangannya ada juga kendaraan becak sehingga kendaraan yang digunakan masyarakat bukan hanya andong, akan tetapi juga becak.
Penulis: Erdhi
Editor: Soleha.tn