SAWAHLUNTO – Desa wisata Rantih terletak di Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Desa ini memiliki topografi perbukitan dan dihuni sekitar 670 jiwa. Luasnya mencapai 6,11 Ha.
Sekretaris Desa Rantih sekaligus mantan pengelola Pokdarwis Rantih, Ikrar Mustaqim mengatakan, 90% masyarakat di desa Ratih berprofesi sebagai pertani dan pengelola kebun.
“Desa wisata Rantih didirikan oleh kelompok bernama LDW (Lembaga Desa Wisata) pada awal tahun 2011 kemudian ditetapkan secara resmi sebagai Desa Wisata pada 12 April 2011 oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto,” tutur Ikrar.
Karakteristik Masyarakat Desa Wisata Rantih
Mayoritas masyarakatnya adalah muslim. Masyarakat Desa Rantih dikenal cukup religius dan taat akan syariat agama. Rencana pendirian desa wisata sempat menuai kontra dari para pemuka agama.
Ikrar mengatakan, para tokoh agama dan pemangku adat menganggap bahwa adanya desa wisata hanya akan mengundang kemaksiatan semakin banyak. Selain itu, Ikrar juga menceritakan bahwa para pemuka agama dan pemuka adat memiliki anggapan bahwa adanya wisata dikhawatirkan dapat menggerus tradisi dan kearifan lokal desa Rantih.
“Para pemuka agama dan pemuka adat banyak yang menolak, karena mereka masih punya anggap bahwa wisata identik dengan kemaksiatan,” jelasnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, para pemangku agama dan pemangku adat pun memberikan lampu hijau. Hal ini tak lepas dari upaya para penggagas desa wisata yang terus melakukan pendekatan secara persuasif.
Kerap Menjadi Tuan Rumah Festival Nasional dan Internasional
Kawasan wisata alam Desa Rantih ditetapkan sebagai salah satu wisata unggulan Kota Sawahlunto. Desa ini memiliki potensi besar yang dapat dikembangkan seiring dengan festival di tingkat daerah hingga provinsi.
Pada tahun 2012 Desa Ratih menjadi tuan rumah Festival Pencak Silat Internasional. Pada tahun yang sama juga diadakan forum homestay Indonesia di Kawasan Landu, Desa Wisata Rantih.
Ikrar mengatakan, adanya festival budaya pencak silat yang dilakukan secara rutin membuat desa wisata Rantih banyak memiliki talenta pesilat Randai yang cukup handal.
Ragam Destinasi Wisata dan Fasilitasnya
Desa wisata Ratih terus berbenah dan mengeksplorasi potensi yang ada. Apalagi setelah ditetapkannya menjadi desa wisata oleh Kemenparekraf pada 23 Februari 2023.
Hingga saat ini, Desa Wisata Ratih memiliki wisata unggulan berupa panorama perbukitan, tujuh wisata air terjun, wisata arus sungai. Beberapa destinasi itu ditunjang dengan fasilitas yang cukup memadai, yakni adanya area WiFi, balai pertemuan, homestay, bumi perkemahan dan lainnya.
Tak hanya destinasi wisata yang menarik, desa Ratih juga menawarkan adanya atraksi budaya yang cukup fantastis, yakni ‘Mangodou’. Atraksi budaya menangkap ikan yang tak lain adalah tradisi masyarakat setempat.
Hasil tangkapan ini akan dibagi dengan proporsional dan sebagian dijual ke wisatawan sebagai pemasukan buat perekonomian Desa Wisata Rantih.
Mangodou Sebagai Atraksi Budaya yang Banyak Menyeret Pengunjung
Ikrar mengatakan bahwa di desa wisata Rantih memiliki tradisi ‘Mangodou’. ‘Mangodou’ biasanya dilakukan secara bersama-sama yang dipimpin oleh pemangku adat.
“Diawali dengan mencari dan menganyam janur enau yang dilakukan dua hari sebelum perhelatan. Tidak semua orang bisa untuk menganyam pucuk enau dan hanya orang-orang ahli yang dapat membuat sepanjang sekitar 30 meter itu,” jelasnya.
Ketika upacara berlangsung, seluruh masyarakat dan wisatawan yang telah mendapat tiket seharga Rp 5 Ribu berjejer di sepanjang sungai ombilin yang ada di Desa Ratih. Tujuannya yaitu untuk melihat keseruan ikan bergerombolan dihalau dari hulu ke hilir dengan anyaman janur. Sementara janur pada bagian hilir hanya menunggu sehingga terbentuklah perkumpulan ikan.
“Di sinilah para penjala ikan beraksi dengan menjala banyak arah dari atas perahu. Dengan mudahnya ikan didapatkan dan dikumpulkan dalam perahu khusus tempat ikan. Keseruan ini yang sangat dinanti dan wisatawan dapat mencobanya untuk merasakan tradisi unik ini tanpa biaya tambahan,” terangnya.
Ikrar menambahkan, keseruan ini bukan tanpa alasan, karena ikan yang terangkat naik adalah ikan khas bernama “Gariang”. Memiliki ukuran besar hingga pernah mencapai 20 kg per ekornya.
Selain itu, Ikrar juga menceritakan bahwa ada juga tradisi bernama ‘Batanam’. Tradisi ini diawali dengan maroncah dan menggaris petak sawah menggunakan alat khusus dengan cara ditarik. Setelah itu wisatawan mencabut padi bibit untuk seterusnya ditanam.
“Pada saat penanaman semua aktivitas dilakukan bersama dan penuh canda tawa, biasanya para pekerja dan wisatawan akan disuguhkan jajanan khas yang merupakan sumbangan dari masyarakat, seperti kare-kare, pinyaram, karambia mudo, hingga yang paling istimewa adalah makan bersama dengan menu gulai ayam talanjo yang sangat menggugah selera,” terangnya.
Setelah semuanya selesai, biasanya akan diadakan duduk bersama membahas dimana ‘Batanam’ akan diadakan selanjutnya.
Tarif, Omset dan Trafik Pengunjung Desa Wisata Rantih
Sebagai kategori desa wisata maju Jaringan Desa Wisata Kemenparekraf, jumlah pengunjung atau wisatawan desa wisata Rantih terhitung stabil dalam data empat bulan terakhir.
Harga Tiket Reguler: Rp.5000 / Org
Harga Paket Wisata: Rp.100.000-Rp.180.000 / org
Harga Homestay: Rp.100.000-Rp.150.000 / org / Hari
Total pengunjung mencapai 1677 wisatawan dan omset mencapai total 46.975.000 rupiah, Berikut rinciannya:
Trafik Pengunjung Desa Wisata Rantih
dalam empat bulan terakhir
No Data Found
Omset Desa Wisata Rantih
dalam empat bulan terakhir
No Data Found
Akses Menuju Desa Wisata Rantih