Kolomdesa.com, Barito Kuala – Desa Cahaya Baru, yang terletak di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang dibentuk melalui program transmigrasi pemerintah Indonesia. Desa ini adalah gambaran nyata dari harapan besar yang ditanamkan dalam upaya mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Bali, dengan memberikan lahan baru di pulau-pulau lain yang lebih jarang penduduknya. Namun, Desa Cahaya Baru menghadapi tantangan alam yang unik, dimana desa ini sering kali terlihat seperti “kampung tenggelam” akibat kondisinya yang rawan banjir.
Desa Cahaya Baru berdiri pada era 1980-an, sebagai bagian dari program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah. Para pendatang dari berbagai daerah di Jawa dan Bali diberikan lahan untuk diolah, dengan harapan mereka bisa meningkatkan taraf hidup di tanah yang baru. Program transmigrasi ini bertujuan untuk meratakan populasi dan mendistribusikan pembangunan ke seluruh wilayah Indonesia, dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengelola lahan yang lebih luas dan meningkatkan kesejahteraan.
Namun, seiring waktu, Desa Cahaya Baru harus menghadapi kenyataan yang berat. Kondisi geografis desa ini, yang berada di kawasan rawa tanpa perbukitan, membuatnya sangat rentan terhadap banjir. Saat musim hujan tiba, seluruh desa sering kali terendam air, menciptakan fenomena “kampung tenggelam.” Air yang menggenangi wilayah ini bisa mencapai sepinggang orang dewasa, mengakibatkan rumah-rumah penduduk dan lahan pertanian terendam secara berkepanjangan.
Pesona dan Tantangan Kampung Tenggelam
Meskipun kondisi tersebut memberikan tantangan besar, Desa Cahaya Baru juga menyimpan pesona tersendiri. Keindahan alam yang masih alami, dengan pemandangan desa yang tampak seperti “terapung” di atas air, menciptakan daya tarik unik bagi mereka yang tertarik dengan pengalaman eksotis. Potensi ini bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata alam, di mana wisatawan dapat menjelajahi desa dengan perahu atau rakit, menikmati keindahan yang tak biasa sambil merasakan sensasi petualangan di “kampung tenggelam.”
Namun, di balik pesona tersebut, tantangan yang dihadapi masyarakat Desa Cahaya Baru sangat nyata. Mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani, khususnya petani jeruk, mengalami kerugian besar karena lahan pertanian mereka sering kali terendam. Tanaman jeruk yang membutuhkan tanah kering dan drainase yang baik tidak bisa bertahan dalam kondisi seperti ini, menyebabkan banyak tanaman mati dan ekonomi masyarakat terganggu.
Keterpaduan Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan
Fenomena ini menunjukkan pentingnya perencanaan yang matang dan terintegrasi antara program transmigrasi dengan kondisi geografis dan lingkungan setempat. Tanpa perencanaan yang tepat, tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bisa terhambat oleh tantangan alam yang ada. Pemerintah, melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, perlu mempertimbangkan solusi komprehensif untuk mengatasi masalah banjir dan genangan air di desa ini.
Langkah-langkah seperti pembangunan sistem drainase yang lebih baik, pemilihan jenis tanaman yang tahan terhadap kondisi basah, serta penyediaan fasilitas penunjang, seperti tangki air dan alat pengering, harus menjadi prioritas dalam perencanaan ke depan. Selain itu, pendidikan dan pelatihan bagi petani untuk mengadaptasi teknik pertanian yang sesuai dengan kondisi lingkungan sangat diperlukan.
Potensi Wisata dan Pengembangan Berkelanjutan
Terlepas dari tantangan yang dihadapi, kondisi “kampung tenggelam” ini juga membuka peluang untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan. Desa Cahaya Baru bisa menjadi destinasi wisata unik yang menawarkan pengalaman berbeda bagi wisatawan. Pengembangan wisata air, seperti perahu wisata atau rakit, dapat menjadi daya tarik utama, dimana pengunjung bisa menikmati keindahan desa yang “terapung” sambil menyusuri sungai dan rawa.
Selain itu, genangan air yang melanda desa ini bisa dimanfaatkan untuk pengembangan tambak dan budidaya perikanan. Kondisi lahan yang sering terendam air sangat cocok untuk budidaya ikan air tawar seperti lele, nila, atau patin. Dengan teknik budidaya yang tepat, masyarakat Desa Cahaya Baru dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui sektor perikanan.
Masa Depan Desa Cahaya Baru
Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan intervensi yang serius dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Perbaikan sistem drainase dan pengelolaan air yang lebih baik adalah solusi yang mendesak. Selain itu, bantuan teknis dan pelatihan bagi para petani untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang menantang ini sangat diperlukan.
Dengan perencanaan yang tepat dan keterpaduan dalam pelaksanaan program transmigrasi, Desa Cahaya Baru memiliki potensi untuk berkembang menjadi komunitas yang tangguh dan berdaya saing. Meski berada di bawah bayang-bayang tantangan alam yang berat, desa ini bisa menjadi contoh sukses dari bagaimana sebuah “kampung tenggelam” bisa berubah menjadi destinasi wisata yang menarik dan sumber penghidupan yang berkelanjutan.
Penulis: Putra Alam