BUM Desa Watuata Berhasil Kembangkan Potensi Desa Lewat Unit Usaha Kopi

BUM Desa Watuata di Desa Wawowae, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada sukses memanfaatkan potensi desa melalui unit usaha yang dikembangkan. Salah satu unit usaha yang berhasil dan menyedot perhatian adalah unit usaha kopi.
Kepala Desa Wawowae saat menerima penghargaan sebagai Desa Potensial Wilayah Tengah. Sumber foto: website resmi keuangannews.id
Kepala Desa Wawowae saat menerima penghargaan sebagai Desa Potensial Wilayah Tengah. Sumber foto: website resmi keuangannews.id

Kolomdesa.com, Ngada – Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Watuata di Desa Wawowae, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada sukses memanfaatkan potensi desa melalui unit usaha yang dikembangkan. Salah satu unit usaha yang berhasil dan menyedot perhatian adalah unit usaha kopi.

BUM Desa Watuata berdiri pada tanggal 12 Desember tahun 2018, berdasarkan Peraturan Desa Wawowae Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pembentukan Badan Usana Milik Desa (BUM Desa) Watuata.

Direktur BUM Desa Watuata Hendrikus Bhaga mengungkapkan bahwa tujuan dari pembentukan BUM Desa ini untuk meningkatkan ekonomi warga dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.

“Pendirian BUM Desa ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga dan membuka lapangan pekerjaan yang luas,” ungkap Hendrikus.

Tak hanya memiliki unit usaha wisata, BUM Desa Watuata juga mempunyai unit usaha perkreditan dan jasa keuangan, usaha penyewaan alat perlengkapan, unit usaha perdagangan, dan unit usaha pamdesa. 

Sekilas Potensi Desa Wawowae

Berada di ketinggian 750-1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) membuat Desa Wawowae, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki potensi alam yang berlimpah. Beragam tanaman tumbuh subur di desa seluas 675 ha tersebut.

BUM Desa Watuata Berhasil Kembangkan Potensi Desa Lewat Unit Usaha Kopi
Kampung adat Bena di Flores salah satu desa adat yang masih menjaga tata nilai leluhurnya. Desa ini juga menghasilkan kopi dengan cita rasa unik dan menjadi sajian bagi wisatawan.  Sumber foto: Kemendikbud.

Kopi menjadi primadona hasil bumi yang paling banyak dihasilkan. Tak ayal, mayoritas penduduk di Wawowae merupakan petani kopi dengan jumlah mencapai 685 dari total penduduk 1.680 jiwa.

Dengan luas lahan sekitar 156 ha, perkebunan kopi di Wawowae dapat menghasilkan sekitar 200 ton biji kopi jenis Arabika setiap tahun. Populer dikenal dengan kopi Flores Arabika Bajawa.

Sadar akan potensi besar itu, pemerintah desa beserta warga berinovasi dan bertransformasi sebagai salah satu desa penghasil kopi dari NTT. Selain untuk memopulerkan keunggulan cita rasa kopi khas NTT, inovasi juga dilakukan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa.

Kepala Desa Wawowae Leonardus Seso mengaku bahwa kopi merupakan produk unggulan yang sangat potensial dari wilayahnya. Bahkan, ia mengklaim kopi Flores Bajawa sudah dikenal hingga penjuru Nusantara hingga dunia.

“Karena kami yakin kualitas kopi kami tidak kalah dengan daerah lain. Makanya, kami bersama masyarakat berinovasi agar hasil kopi desa kami juga diminati banyak pencinta kopi. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke negara lain,” ungkap Leonardus.

BUM Desa Watuata Berhasil Kembangkan Potensi Desa Lewat Unit Usaha Kopi
Kopi Flores Bajawa menjadi minuman sajian khas bagi peserta KTT ke-42 di Labuan Bajo. Sumber foto: Kemenlu.

Selain kopi, masyarakat desa juga memanfaatkan lahan suburnya untuk menanam jahe, rempah-rempah, hingga tanaman pangan dan hortikultura. Dengan luas lahan sekitar 50 ha, produktivitas hasil perkebunan ini mencapai 5 ton per tahun.

Untuk semakin mengembangkan potensi besar itu, Pemerintah Desa Wawowae kemudian mengembangkan usaha pengolahan kopi bubuk, kopi biji, dan teh Aksara yang dikelola oleh BUM Desa Watuata. Di dalam unit usaha ini, terdapat kelompok tani masyarakat yang fokus bekerja untuk menghasilkan kopi yang berkualitas tinggi.

“Mulai dari penanaman, panen, hingga pengolahan kopi juga harus memenuhi standar. Pupuk yang digunakan juga bukan pupuk kimia, melainkan pupuk lokal atau alami,” jelas Leonardus.

Kehadiran unit usaha ini dilatarbelakangi oleh banyak petani yang kesulitan mengolah kopi hasil sendiri. Pada saat panen raya, kopi justru dibeli para tengkulak dengan harga lebih murah. Karena itu, BUM Desa Watuata bergerak cepat membentuk wadah usaha untuk membantu menyerap dan mengolah sendiri hasil kopi Desa Wawowae.

Direktur BUM Desa Watuata Hendrikus Bhaga Lalu mengatakan, tantangan saat ini adalah jangkauan pasar. Karena itu, BUM Desa bergerak aktif membantu dari aspek pemasaran.

“Mulai dari perbaikan kemasan hingga rebranding agar pasar semakin tertarik dengan hasil kopi Desa Wawowae. Sekarang, kemasannya juga lebih bagus karena sudah didesain ulang,” ujar Hendrikus.

Pengembangan Potensi Desa Melalui Program Desa BRILian 2023

Desa Wawowae adalah salah satu desa yang terpilih mengikuti Program Desa BRIlian dan berhasil meraih penghargaan dari BRI sebagai Desa Potensial di Wilayah Tengah. Selama mengikuti program tersebut, tentunya setiap desa dapat merasakan manfaatnya, mulai dari mendapat pelatihan online gratis, meningkatan kapasitas serta kapabilitas manajemen desa, penyediaan konsultasi, serta kesempatan untuk mendapatkan berbagai penghargaan.

“Selama 11 (sebelas) hari kami mengikuti pelatihan yang diberikan BRI. Kegiatan yang bermanfaat adalah tentang cara memasarkan produk di media sosial dan melalui aplikasi. Kami juga diedukasi mengenai sistem pelaporan keuangan karena selama ini tidak ada teman-teman yang basic-nya keuangan, jadi semua berjalan otodidak. Bagi kami ini adalah pembelajaran yang luar biasa,” ungkap Edi, salah satu pemilik UMKM binaan BRI.

Selain itu, hal yang menggembirakan lagi, produk Kopi Arabika Flores Bajawa (AFB) Fullwash itu dire-branding dari BRI. Masih ada lagi, berkat usaha dan kerja keras memajukan perekonomian masyarakat, Desa Wawowae menerima apresiasi dari BRI untuk pengembangan sarana dan prasarana pengembangan desa.

“Apresiasi itu akan kami gunakan untuk pengembangan potensi unggulan, dalam hal ini pengembangan mesin untuk pengolahan kopi, seperti mesin sortir, rak jemur, dan lainnya,” ujar Edi.

Dengan adanya Program Desa BRILiaN ini, Edi berharap edukasi dari BRI terus berlanjut di desanya. Dia juga berharap agar BRI dapat menjadi distributor utama untuk produk AFB.

Pada kesempatan terpisah, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menambahkan, Desa BRILiaN merupakan program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa yang diinisiasi BRI sebagai bentuk agent of development dalam mengembangkan desa. Hingga akhir tahun 2023, tercatat terdapat 3.178 desa yang telah mendapatkan pemberdayaan Desa BRILiaN.

“Program Desa BRILiaN ini adalah contoh nyata komitmen BRI sebagai perusahaan BUMN dalam menerapkan economic value dan social value secara bersamaan, sehingga tidak perlu dipertentangkan, dengan kemampuan BRI menavigasi tantangan dengan baik maka tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik,” tegasnya.

Modal dan Pendapatan BUM Desa Watuata

Penyertaan modal awal BUM Desa Watuata ini berasal dari dana desa (DD). Dana tersebut kemudian dikembangkan untuk unit usaha kopi, perkreditan dan jasa keuangan, usaha penyewaan alat perlengkapan, usaha perdagangan, dan usaha pamdesa. 

Pendapatan BUM Desa Watuata mengalami kenaikan signifikan pertahunnya, hal ini didukung oleh berbagai unit usaha yang dikelolanya. Omzetnya diperkirakan sebesar Rp60 juta. Selain itu, BUM Desa Watuata telah menyumbang PADes sebesar Rp 10 juta pertahunnya.

Peningkatan Lapangan Pekerjaan

BUM Desa Watuata mampu meningkatkan perekonomian masyarakat melalui unit usaha yang dikembangkannya. Untuk saat ini ada 15 tenaga kerja lokal terserap dan untuk saat ini BUM Desa Watuata telah bekerja sama dengan para petani di Desa Wawowae.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya