Kolomdesa.com, Lamongan – Lahan tidur di Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan berhasil disulap menjadi lahan produktif. Lahan yang dibiarkan kosong selama puluhan tahun ini kini menjadi ladang tambah penghasilan kas Desa Turi.
Lahan tersebut dijadikan green house Sejahtera yang ditanami melon dengan dua varian jenis, yaitu melon jenis ceria dan golden kinanti. Melon yang ditanam menggunakan metode polybag tersebut tumbuh subur memenuhi lahan seluas 550 meter persegi itu.
“Kami mendirikan green house melihat adanya potensi di lahan itu, lahannya udah mati 20 tahunan. Sedangkan kami masih belum menganggarkan APBDes kami ke mana. Kebetulan ada kenalan yang ngelola green house, jadi kami adopsi budidayanya,” ujar Kasi Pemerintahan Desa Turi, Khunaini Salim pada Kolomdesa.com, Selasa (27/08/2024).
Suhu rata-rata yang cocok untuk budidaya melon berkisar 25-30oC dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Kualitas buah melon akan semakin baik apabila terdapat perbedaan suhu siang dan malam cukup signifikan. Pemilihan budidaya melon ini cenderung cocok di wilayah Desa Turi.
Green House Sejahtera dikonsep menjadi wisata petik melon. Ide tersebut dirancang pada tahun 2022 kemudian direalisasikan pada pertengahan tahun 2023. Sejak awal dibuka, banyak warga desa setempat berkunjung untuk membeli melon dan berswafoto.
“Banyak masyarakat yang tertarik dengan green house ini. Datangnya gratis, kalau mau beli melonnya tinggal metik lalu ditimbang,” kata Khunaini.
Kedua jenis melon tersebut dibanderol dengan harga yang relatif murah. Masyarakat dapat menikmati melon segar dengan membayar 15 ribu rupiah per kilonya.
Kas Desa Meningkat
Khunaini mengaku, sejak green house beroperasi, Pendapatan Asli Desa (PADes) lumayan meningkat. Pengelola green house tersebut menyebutkan kas Desa Turi dapat tercover dengan hasil penjualan wisata petik melon itu.
Pemerintah Desa Turi mengeluarkan modal awal sekitar 65 juta rupiah. Pada panen perdana, BUM Desa meraup untung sekitar 23 juta rupiah.
Meski sempat terkendala hama kutu kebul, Khunaini bersama pengelola lain akhirnya dapat mengatasinya dengan menambah suplai insektisida. Mereka juga mendapat omset lebih besar dari yang sebelumnya.
“Alhamdulillah kami sudah panen ketiga kalinya,” katanya.
Menurut Khunaini, masa tanam melon di green housenya membutuhkan sekitar 70 hari dari masa semai. Jika memungkinkan, melon dapat dipanen pada hari ke-60.
Nyaris Diborong Tengkulak
Setelah kesuksesan green house Sejahtera ini, Khunaini mengaku banyak tengkulak buah datang untuk menawarkan kerja sama. Selain harga murah, kualitas melon di green house ini cukup kompetitif.
“Ya alhamdulillah gak sampai 1 minggu itu udah habis. Dengan populasi 1400 buah,” beber dia.
Namun, Khunaini mengatakan, Kebijakan Pemerintah Desa tetap mempertahankan green house sebagai wisata petik saja. Menurutnya, keberadaan green house saat ini juga sebagai kesempatan edukasi bagi masyarakat setempat.
“Untuk sementara dipetikkan dulu biar masyarakat bisa mengetahui dan merasakan serta menikmati hasil kebun sendiri dan kedepannya bisa dijual ke tengkulak,” katanya.
Khunaini berharap nantinya ada petani-petani milenial yang lahir di desanya. Sehingga mampu lebih mengembangkan usaha kebun melon ini.
“Semoga ke depan, di desa ini akan mampu melahirkan petani-petani milenial sehingga akan mampu lebih mengembangkan usaha kebun melon hidroponik ini sebagai bagian dari upaya penguatan sektor ekonomi lokal yang dampaknya akan bisa dirasakan oleh warga,” urainya.