Swasembada Energi: Buah Karya Warga Desa Tamaila Utara

Masyarakat di Dusun Tumba, Desa Tamaila Utara, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo, mampu menciptakan teknologi pembangkit listrik sederhana dari sungai. Selain bermanfaat, inovasi ini tekan pengeluaran biaya rumah tangga.
Pembangkit Listrik Tenaga Air Di Dusun Tumba. Sumber: Tirto.id
Pembangkit Listrik Tenaga Air Di Dusun Tumba. Sumber: Tirto.id

Kolomdesa.com, Gorontalo – Warga Desa Tamalia, Kecamatan Tolangohula, Gorontalo berhasil memanfaatkan aliran sungai sebagai energi pembangkit listrik. Dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, inovasi ini mampu menekan pengeluaran masyarakat terutama di Dusun Tumba.

Program ini disambut baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah desa pun berkomitmen untuk melakukan pemerataan listrik di wilayahnya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dikelola oleh pemerintah Desa Tamaila. 

Dusun Tumba adalah salah satu dari 6 (enam) dusun yang berada di Desa Tamaila Utara, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Secara astronomis dusun ini berada pada koordinat N 0º49’23.3” E 122º32’08.5”. 

“Dengan listrik, masyarakat di sana bisa melakukan hal lain yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” ungkap Bukhari Boroma selaku Kepala Desa Tamaila Utara kepada Kolomdesa.com, Rabu (21/8/2024).

Tak hanya bisa menikmati listrik, masyarakat Dusun Tumba kini sudah bisa menyaksikan siaran televisi hingga menggunakan internet.

Swasembada Energi: Buah Karya Warga Desa Tamaila Utara

Pembangkit Listrik Tenaga Air Dusun Tumba. Sumber Dokumentasi: Kepala Desa Tamaila Utara

Manfaat Besar Untuk Dusun Tumba

Warga Dusun Tumba merasakan manfaat besar dari kehadiran PLTA ini. Aktivitas rumah tangga terbantu dan biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan juga ekonomis.

Kades Bukhari menjelaskan, sebelum adanya PLTA di Dusun Tumba penerangan di rumah- rumah warga masih memakai lampu sumbu berbahan bakar minyak tanah. 

“Ada listrik ini terbantu, karena melakukan aktivitas apapun kita kalau tidak ada lampu tentu sangat kesulitan,” ujarnya.

Untuk biaya iuran setiap bulan berkisar Rp50.000. Selain PLTA sederhana ini, terdapat rumah yang juga dialiri listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan besaran pengeluaran berkisar kurang lebih Rp100.000.

“Di desa ini sudah ada aliran PLN, belum lama, baru beberapa tahun ini saja. Biasa aku gunakan untuk memasak nasi,” katanya.

PLTA Dusun Tumba ini hidup tanpa henti selama 24 jam. Jadwal mati hanya saat saat pemeliharaan atau musim kemarau, karena mesin tak bisa beroperasional maksimal karena kekurangan debit air.

“Selama 24 jam PLTA tanpa dimatikan, kecuali saat-saat tertentu. Listrik PLN saat cuaca buruk (hujan lebat), listrik mati. Keduanya sangat membantu,” tambah Bukhari.

Ratusan Keluarga Teraliri Listrik

Kades Bukhari mengatakan bahwa hampir seluruh rumah warga Dusun Tumba sudah teraliri listrik berkat PLTA ini. Dan biaya pengelolaan alat bersumber dari swadaya masyarakat dan juga dari iuran wajib setiap bulan.

“Iuran bervariasi, sesuai daya listrik yang akan dikumpulkan petugas yang datang rumah-rumah warga. Dan iuran dibayarkan setiap bulan,” katanya.

Bukhari juga mengatakan, bahwa biaya operasional PLTA Dusun Tumba tak memakan biaya besar dan perawatannya juga tak sulit.

“Warga tambah banyak yang ingin teraliri listrik dari PLTA ini, hingga mesin turbin diperbesar, supaya daya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan listrik,” ungkap Bukhari.

Dusun Tumba, Desa Tamaila, sejak 2020 sudah ditetapkan sebagai pilot project program inovasi desa. Dan kelayakannya sudah sebagai desa inovasi sudah dimonitoring langsung oleh Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Dusun Tumba, dengan masyarakatnya yang adaptif teknologi, akan menjadi bagian penting bagi upaya membangkitkan semangat berinovasi.

Editor: Rizal K

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya