Inovasi Pemuda Desa Baru Olah Kotoran Sapi Jadi Pupuk Kompos

Pemuda Desa Baru, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai yang tergabung dalam Kelompok Tani Pemuda Sartani (KTPS) mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kompos, Sumber: Istimewa
Pemuda Desa Baru, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai yang tergabung dalam Kelompok Tani Pemuda Sartani (KTPS) mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kompos, Sumber: Istimewa

Kolomdesa.com, Sinjai – Pemuda Desa Baru, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, yang tergabung dalam Kelompok Tani Pemuda Sartani (KTPS), telah menciptakan inovasi baru dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kompos. Inovasi ini muncul karena mereka melihat potensi besar dari jumlah kotoran sapi yang tersedia di desa tersebut.

“Kotoran ternak sapi ini kita kumpul dan diolah oleh pemuda Desa Baru,” kata Kepala Desa Baru, Muhlis, Kamis (8/8/2024).

Ia menjelaskan, bahwa pengelolaan ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi kotoran ternak sapi dengan mengolahnya menjadi pupuk kompos granular organik dengan menggunakan teknologi yang tepat. Menurutnya, langkah ini diambil karena Desa Baru memiliki banyak kotoran ternak, mengingat hampir 99 persen masyarakat desa tersebut memiliki sapi.

Pemerintah Desa Baru mengadakan mesin pengelola dengan menggunakan Anggaran Dana Desa (DD). Mesin tersebut memiliki kapasitas produksi antara 1 hingga 2 ton per hari.

“Kita kucurkan ADD Rp48 juta untuk membeli mesin agar pengelolaan pupuk kompos lebih maksimal,” ujarnya.

Diketahui, produksi pupuk kompos ini sudah berjalan sekitar satu bulan. Untuk sementara ini, hasil dari pupuk tersebut masih digunakan oleh petani setempat.

“Untuk sementara hanya produksi dan dipakai oleh anggota kelompok tani,” katanya.

Ia mengaku, bahwa untuk saat ini produksi pupuk kompos belum sepenuhnya maksimal. Hal itu lantaran kurangnya bahan baku (kotoran ternak).

“Sementara belum dipasarkan terkendala di bahan baku, karena kotoran sapi ini harus kering baru bisa diolah,” ujarnya.

Meski begitu, pihaknya tetap sangat optimis dan berkomitmen untuk terus mengembangkan produksi pupuk kompos tersebut. Tujuannya adalah agar pupuk ini tidak hanya digunakan oleh petani lokal, tetapi juga bisa dipasarkan ke luar desa.

“Akan dikembangkan dan menjadi usaha untuk meningkatkan perekonomian masyakarat desa,” tutupnya.

Sekadar informasi,  saat ini KTPS membeli kotoran sapi basah dari warga seharga Rp100 rupiah. Sementara kotoran sapi kering senilai Rp200 rupiah, kemudian setelah kotoran tersebut sudah di produksi menjadi pupuk kompos maka di pasarkan dengan nilai Rp1.000 per kilogramnya.

Penulis: Hafidus Syamsi

Editor: Aziz

Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *