Bertamu ke Gampong Iboih: Pariwisata, GAM dan Hikayat 420

Kepala Gampong Iboih, Fazir dan Sekretarisnya, Husein berpose di monumen Titik Nol Kilometer.
Kepala Gampong Iboih, Fazir dan Sekretarisnya, Husein berpose di monumen Titik Nol Kilometer.
Sebagai upaya melakukan proses pemulihan masyarakat yang terjerat narkoba, Desa Iboih membentuk Agen Pemulihan (AP). Sebentuk rehabilitasi.

Kolomdesa.com, Sabang – Pulau Sabang kerap dianggap sebagai Bali-nya Aceh. Turis-turis mancanegara mudah ditemui dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh sampai Balohan (Pelabuhan) Sabang.

Sebagai pulau paling Barat di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Pulau Sabang memiliki salah satu desa yang menarik dikunjungi, dengan segudang potensi dan prestasi yang dimiliki.

Bertamu ke Gampong Iboih: Pariwisata, GAM dan Hikayat 420
Dermaga Pulau Sabang. Sumber: dokumentasi kolomdesa.com.

Desa tersebut bernama Desa Wisata Iboih, atau Gampong Iboih. Jika pulau Sabang adalah pulau yang terletak di ujung barat Indonesia, maka Gampong Iboih adalah wilayah paling terluar di sisi barat NKRI. Ia menghadap langsung Samudra Hindia

Pulau Sabang dapat ditempuh dengan perjalanan laut atau udara. Jika perjalanan laut, dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dengan kapal cepat, 2 jam dengan kapal Ferry, dan 1 jam dengan pesawat domestik antar pulau dari Banda Aceh.

Tim Kolomdesa.com menuju Pulau Sabang dengan memakai Speedboat kelas eksekutif, mengambil jadwal keberangkatan 15:30. Kami tiba sekitar pukul 16:30 waktu setempat.

Bertamu ke Gampong Iboih: Pariwisata, GAM dan Hikayat 420
Anak-anak Pulau Sabang menyambut tamu yang tiba dermaga dengan beranang di laut, berharap wisatawan melemparkan uang. Sumber: dokumentasi kolomdesa.com

Sesampainya di pelabuhan, kami disambut anak-anak yang berenang di sepanjang dermaga. Mengucapkan selamat datang, dan menadahkan tangan: sebuah isyarat mengundang kedermawanan.

Sebab sudah kelewat sore, kami langsung menuju di penginapan. Sebelum esok paginya menuju Gampong Iboih.

Bertamu ke Gampong Iboih: Pariwisata, GAM dan Hikayat 420
Pulau Sabang dalam denah. Sumber: dokumementasi kolomdesa.com

Lanskap Alam, Cerita Rakyat dan Prestasi Gampong Iboih

Sekitar pukul 8 pagi, kami menuju Gampong Iboih dari tempat penginapan. Dengan tujuan pertama, monumen Titik Nol Kilometer. Jarak dari tempat kami menginap menuju lokasi tujuan sekitar sejam perjalanan. Dengan medan jalan berkelok-kelok, naik turun perbukitan, dan pemandangan pesisir laut di sepanjang jalan.

Awalnya, selepas menengok tugu Titik Nol Kilometer, kami berniat melanjutkan perjalanan ke Pulau Rubiah. Salah satu pulau yang terletak di sisi timur laut Desa Iboih, secara administratif Pulau Rubiah masih menjadi bagian wilayah Gampong Iboih.

Namun, dikarenakan ada salah satu kabar duka, kami membatalkan perjalanan menuju Pulau Rubiah. Kabarnya, ada salah satu orang yang meninggal. Saya tidak tau persis, apakah korban tersebut adalah wisatawan atau warga lokal, dan seperti apa krononologis kematiannya. Saya tidak memverifikasinya.

Pulau Rubiah sering dijadikan tujuan para wisatawan, baik asing atau lokal sebagai tempat snorkeling dan diving. Alam bawah lautnya merupakan salah satu yang terbaik di tanah air.

Bertamu ke Gampong Iboih: Pariwisata, GAM dan Hikayat 420
Pantai Teupin Layeu. Sumber: dokumentasi kolomdesa.com

Selain pesona alamnya, Pulau Rubiah juga memiliki wisata religi berupa makam yang kerap dijadikan tempat ziarah. Makam tersebut adalah persemayaman Ummi Sarah Rubiah. Tokoh yang dianggap penting bagi masyarakat Pulau Sabang.

Konon, ketika haji hanya mungkin ditempuh dengan perjalanan laut menggunakan kapal, Pulau Rubiah adalah tempat transit para jamaah haji Indonesia.

Sebelum berbulan-bulan mengarungi samudera dan berbagai benua, Pulau Rubiah adalah tempat transit terakhir kali para jamaah haji Indonesia sebelum benar-benar meninggalkan negaranya. Semacam pos terakhir.

Terlepas dari kisah-kisah itu, Desa Iboih acapkali memperoleh penghargaan sebagai desa wisata terbaik. Tahun 2023 kemarin, Desa Wisata Iboih di Kota Sabang, Aceh dinobatkan sebagai juara satu kategori Kelembagaan dan CHSE (Kebersihan, Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan Berkelanjutan) di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023 (ADWI 2023). Event tersebut adalah agenda rutin yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Selain itu, di tahun yang sama, Gampong Iboih memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai Desa Wisata dengan Populasi Lumba-Lumba Terbanyak.

Bertamu ke Gampong Iboih: Pariwisata, GAM dan Hikayat 420
Potret Pulau Rubiah dari Gampong Iboih. Sumber: dokumentasi kolomdesa.com

Langkah Gampong Iboih dalam Menjaga Stabilitas Masyarakat: dari GAM hingga Ganja

Dalam tulisan ini, saya tak hendak membahas Gampong Iboih dalam perspektif pariwisata. Selain sudah banyak yang menulis hal tersebut, rasa-rasanya saya lebih tertarik menuliskan bagaimana Gampong Iboih, menjaga stabilitas desa dan warganya dari tantangan-tantangan yang dihadapi.

Secara garis besar, Provinsi Aceh selalu beririsan dengan dua hal besar. Dua isu yang masih disorot dan dijadikan atensi, yaitu: isu separatisme dan narkotika, atau lebih spesifik ganja.

Sebagai gerakan yang pernah bergejolak, Gerakan Aceh Merdeka atau yang akrab disingkat GAM adalah gerakan separatisme yang dianggap subversif oleh pemerintah, dinilai sebagai kelompok yang beresiko merongrong nilai-nilai Pancasila.

“Tapi itu dulu, pasca tsunami tahun 2006. GAM sudah tak bergerilya lagi, meski sampai hari ini masih ada bibit-bibitnya. Bencana tsunami, mendamaikan masyarakat dan mempersatukan Aceh,” ujar Kepala Gampong Iboih, Mohammad Fazir, saat diwawancarai Kolomdesa.com, (31/07/2024) di Titik Nol Kilometer.

Sebuah pernyataan yang membuat saya sedikit tersedak. Ketika hampir sebagian besar wilayah Aceh diporak-porandakan tsunami, di sisi lain, tragedi tersebut diamini masyarakatnya sebagai titik balik persatuan rakyat Aceh.

Tsunami 2006 menjadikan masyarakat Aceh makin guyub, harmonis dan gotong royong. Separatisme tidak lagi meluap-luap. Kemanusiaan dan hati nurani mengambil alih.

Begitupun di Gampong Iboih, pemerintah desa menanganinnya dengan hati-hati dan tetap tepa selira. Masyarakat sipil harus aman, dan di satu sisi, GAM tak boleh disisihkan. Tentu dengan pendekatan-pendekatan aturan adat.

“Mau bagaimanapun, GAM adalah basis massa dan entitas politik yang kuat dan berpengaruh.  Dalam setiap agenda politik semacam Pilkada, GAM adalah kelompok yang menjadi kunci kemenangan setiap kontestan politik,” tuturnya.

Bertamu ke Gampong Iboih: Pariwisata, GAM dan Hikayat 420
Kepala Gampong Iboih, Mohammaf Fazir seusai wawancara. Sumber: dokumentasi kolomdesa.com.

Beranjak ke isu peredaran narkotika. Sebagai wilayah dengan kondisi geografis yang subur untuk tanaman ganja, Aceh merupakan provinsi penghasil ganja terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara.

“Meski di pulau Sabang tidak ada tanaman ganja, namun peredaran ganja dan jenis narkotika lain masih sering. Dulu sebelum ada pelarangan, ganja dibuat sayur mayur sehari-hari, dan bijinya dibuat bumbu wajib untuk menyedapkan setiap masakan,” ujar Fazir.

Bagi Fazir, sebagai Kepala Gampong Iboih yang masih menjabat 8 bulan, sikapnya konsisten dan sama seperti para Kepala Gampong sebelumnya. Pihaknya menganggap bahwa narkoba dan penggunaan narkotika adalah ancaman terbesar bagi masyarakat, khususnya generasi muda, maka ia melanjutkan program Agen Pemulihan (AP).

“Kami akan berupaya melakukan inovasi di berbagai bidang. Seperti bidang pemulihan korban narkotika, kebersihan, ketertiban umum, aturan-aturan kelompok, Sudah kami tata, birokrasi, administrasi dan keuangan Gampong,” tegas Fazir.

Terkait AP, kami meminta keterangan lebih lanjut kepada Sekretaris Gampong Iboih, Husein. Ia mengungkapkan, dalam rangka memulihkan korban pemakai narkoba, pada tahun 2022 Pemerintah Gampong Iboih membentuk Agen Pemulihan (AP).

Husein mengatakan bahwa AP adalah komunitas yang difokuskan untuk melakukan proses pemulihan masyarakat Iboih yang terjerat narkoba. Sebentuk rehabilitasi. Saat ini, lanjut Husein, AP diketuai oleh Arifin–atas penunjukkan Pemerintah Gampong Iboih.

“Tiga tahun terakhir, Pemerintah Gampong Iboih rutin menyisihkan Dana Desa sebesar 10 juta untuk digunakan biaya operasional AP, dari total kurang lebih 800 juta jumlah Dana Desa yang didapatkan dari pemerintah. Ini sebagai bentuk komitmen kami,” tutur Sekretaris Gampong Iboih, Husein, di tempat yang sama.

Husein mengatakan bahwa, salah satu hal untuk menanggulangi penggunaan narkoba adalah menguatkan kegiatan-kegiatan kepemudaan. 

“Sampai hari ini, dibantu oleh ketua AP, kami masih melakukan sosialisasi tentang pemulihan narkoba,” jelas Husein.

Sementara itu, di sisi lain, kami juga berbicara dengan ketua AP, Arifin. Ia mengatakan bahwa proses dan upaya baik AP kerap mengalami kendala.

“Pemerintah desa ada anggaran berkisar 10 juta. Untuk tahun lalu 2023, anggaran tersebut terpaksa disilvakan, AP terpaksa tidak berkegiatan sebab anggaran telat cair. Jadi pada saat anggaran tersebut cair, maka tidak bisa terkejar lagi target untuk acara sosialisasi tersebut dalam jangka 2 bulan untuk 12 kali pertemuan,” terang Arifin.

Ketika berbicara data, Arifin mengatakan bahwa proses pendampingan dan pemulihan korban masih dalam taraf pencapaian 70%.

“Untuk data pribadi klien yang sudah kita coba rehabilitasi ada, namun kandas di tengah jalan, karena klien tersebut broken home, hingga mengulang lagi perbuatan kecanduannya tersebut. Sehingga dari pihak AP kami sudah mencoba semampu mungkin untuk membantu, namun dari pihak klien sendiri tidak ingin 100% bebas dari kecanduan zat tersebut. Oleh sebab itu terpaksa kita lepas tangan perihal rehabilitasi mereka,” tuturnya.

Pendapat Arifin, bagi kami merupakan argumen yang amat rasional dan sangat mudah diterima. Sebab, menurut beberapa riset, proses rehabilitasi atau pendampingan korban pengguna narkoba tidak akan berhasil jika tidak ada kesadaran dari korban.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *