Kolomdesa.com, OKU – Di tengah meningkatnya kesadaran akan perlunya solusi ramah lingkungan dan ekonomis, Pemerintah Desa Lubuk Leban, Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, meluncurkan penemuan kompor berbahan bakar oli jejak. Desa Lubuk Leban berhasil menciptakan solusi yang menjanjikan, yakni kompor alternatif berbahan bakar oli bekas.
“Salah satu warga kami telah berhasil membuat kompor ekonomis berbahan bakar oli bekas, hal ini sangat membantu di tengah kelangkaan Gas LPG,” jelas Kepala Desa Lubuk Leban, Edy Wilson kepada Kolomdesa.com, Selasa (2/7/24).
Kompor alternatif ini memanfaatkan oli bekas sebagai bahan bakar utamanya, menawarkan keuntungan ekonomis yang signifikan dibandingkan dengan kompor gas atau minyak tanah konvensional.
Perangkat Desa Lubuk Leban Saat Mengikuti Ajang Lomba Antar Desa Sekabupaten OKU. Sumber: ANTARA News
Inovasi Berawal dari Perlombaan Desa Tingkat Kabupaten
Kompor ini menjadi solusi yang sangat dibutuhkan bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan masyarakat. Edy Wilson mengatakan bahwa penemuan ini awalnya ditampilkan dalam penilaian lomba desa tingkat kabupaten, sebagai karya seni dari masyarakat di wilayah setempat.
Ia menjelaskan, hasil karya salah seorang penduduk Desa Lubuk Leban tersebut, berhasil menciptakan kompor berbahan dasar dari oli jejak pengganti LPG. Dengan harapan, membantu masyarakat menghemat biaya kebutuhan sehari-hari.
“Kompor ini tetap mengandalkan tenaga listrik. Kami tetap mencari langkah agar 100% bahan bakar menggunakan oli bekas,” tutur Edy.
Ia juga menyatakan, keunggulan dari kompor alternatif ini terletak pada biaya operasional yang rendah, pembakaran yang efisien, ramah lingkungan, dan kemudahan pembuatan sendiri.
Model Kompor Bahan Bakar Oli Bekas Desa Lubuk Leban. Sumber: Timenews
Inovasi Ekonomis dan Ramah Lingkungan
Dengan memanfaatkan oli bekas sebagai bahan bakar, kompor ini tidak hanya membantu mengatasi masalah kelangkaan gas elpiji di pasaran, tetapi juga membantu mengurangi volume limbah oli yang acapkali mencemari lingkungan.
Prinsip kerja kompor ini, lanjut Edy, didasarkan pada proses pemanasan oli bekas dalam tabung pembakaran, di mana uap yang dihasilkan mendorong api ke atas melalui pipa saluran uap.
“Kami melihat oli bekas ini lambat-laun menjadi masalah bagi lingkungan. Dengan inovasi ini, kami berharap potensi masalah lingkungan akibat oli bekas dapat teratasi,” ucapnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan melalui uji coba, kompor ini telah terbukti mampu menghasilkan nyala api yang besar dan panas. Menunjukkan keberhasilan secara teknis dan ekonomis.
Dengan manfaat ekonomi dan lingkungan yang signifikan, kompor alternatif ini memiliki potensi pengembangan yang luas, termasuk pengembangan desain untuk skala industri kecil dan menengah, serta peningkatan efisiensi dalam penggunaannya.
Inovasi ini menandai langkah positif dalam mengatasi masalah lingkungan sekaligus memberikan solusi ekonomis bagi masyarakat lokal.
“Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba lebih lanjut dan mempertimbangkan aspek ekonomis yang lebih mendalam, menuju penggunaan yang lebih luas dan berkelanjutan,” pungkas Edy.
Penulis: Kurnia
Editor: Rizal