BUM Desa Asha Wiyakta Kembangkan Agrowisata dan Pengolahan Biogas

Kehadiran Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) terus berupaya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satunya adalah BUM Desa Asha Wiyakta yang terdapat di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.
Agrowisata BUM Desa Desa Asha Wiyakta di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.
Agrowisata BUM Desa Desa Asha Wiyakta di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.

Kolomdesa.com, Malang – Kehadiran Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) terus berupaya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satunya adalah BUM Desa Asha Wiyakta yang terdapat di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.

BUM Desa Asha Wiyakta ini berdiri pada tahun 2019 dan berdiri di lahan sekitar 5 ha yang memiliki kawasan wahana agrowisata petik buah dengan beraneka ragam dan spot foto di ketinggian 300 mdpl yang menyajikan pemandangan luas nan menawan dari Desa Wonoagung. Selain itu, BUM Desa ini juga memiliki unit usaha industri pengolahan biogas.

Suwandi selaku Sekdes Wonoagung menunturkan sesuai dengan namanya Asha Wiyakta memiliki arti sebagai harapan yang nyata. Artinya kedepan BUM Desa ini menginginkan agar kehidupan di desa bisa terus jauh lebih baik lagi.

“Asha Wiyakta memiliki arti harapan yang nyata jadi desa ingin memberikan harapan yang nyata dan lebih baik lagi” ujarnya.

Selain itu BUM Desa Asha Wiyakta yang berada di ketinggian 670 meter di atas permukaan laut ini mampu menjelma menjadi BUM Desa yang dapat meningkatkan tradisi budaya serta mampu meningkatkan profesi masyarakat desa sebagai pegawai perkebunan dan peternakan sapi. 

Tampilkan Tumpeng Durian

BUM Desa Asha Wiyakta bersama masyarakat menggelar festival tumpeng durian yang dimaksudkan untuk  syukuran atas melimpahnya hasil bumi di Desa Wonoagung. Tumpeng durian yang dibuat merupakan swadaya masyarakat, mereka berkontribusi 2 buah durian yang digunakan sebagai sedekah.

Para pengunjung yang hadir cukup mengganti dnegan membeli kupan senilai Rp. 5000 untuk kemudian dituker dengan 1 buah durian dari tumpeng durian setingga 2 meter tersebut.  Tak heran jika pada saat acara banyak pengujuung yang datang dilauar desa untuk turut bereput tumpeng durian yang dirangkai sekitar 1.500 buah.

Festival ini diselenggarakn di area lapangan bukit Ganjaran dengan menampilkan berbagai rangkaian kegiatan tarian tradisional seperti Tari Gambyong, Campur Sari, Bantengan, Pencak silat, bazar produk olahan hingga dimeriahkan dengan lomba kualitas durian dengan juri dari pihak luar Desa Wonoagung.

Membangun Industri Pengolah Biogas

BUM Desa Asha Wiyakta turut membantu dalam membangun industri rumahan untuk mengolah biogas dari lembah ternak sapi milik waraga. Selain sebagai cara dalam mengolah lingkungan biogas tersebut digunakan sebagai pengganti elpiji untuk kebutuhan warga disetiap harinya.

Melalui BUM Desa Asha Wiyakta, Pemerintah Desa Wonoagung berkerjasama bersama warga setempat untuk melakukan hal pembiayaan dan perawatan dalam pengelolan biogas. Meski baru beridiri pada tahun 2019 hal ini telah memberikan bukti dan peran yang nyata dalam berperan besar untuk menopang perekonomian masyarakat desa Wonoagung.

Memiliki Wisata Petik Jeruk

Desa Wonoagung memiliki objek agrowisata petik jeruk di Bukit Ganjaran yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Asha Wiyakta. Warga desa memulai usaha agrowisata tersebut sejak 2019 di kebun seluas 5 hektare dengan modal awal sebesar Rp70 juta dari dana desa.

Dalam tiga tahun sejak ditanam, BUM Desa Asha Wiyakta telah memanen jeruk. Meski sudah mulai panen jeruk sejak tahun 2022, BUM Desa Asha Wiyakta baru membuka agrowisata bagi masyarakat umum mulai tahun 2023 ini. Berkat pembukaan ini masyarakat Desa Wonoagung mampu diberdayakan.

“Mengurangi tingkat pengangguran dan desa memiliki harapan kedepan untuk mendapatpak tambahan untuk kas desa karena tanah yang digunakan adalah tanah kas desa serta menjadikan tujuan wisata” ujar Suwandi.

Informasi Pengunjung

Suwandi mengatakan bahwa dalam satu kali musin pengunjung yang datang di wisata petik buah masih berkisaran ratusan orang karena tingkatnya lokal dan akan disosialisasikan secara masif untuk menikatkan pengunjung.

“Untuk pengunjung dalam satu kali musim kurang lebih 500 orang karena masih lingkup lokal dan masih membutuhkan sosialiasi lagi disetiap dan besaran masuknya hanya dikenakan biaya parkir tidak dikenakan baiaya tiket,” tandasnya.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya