Ningsi Selan, Kartini Abad 20 dari Timur

A VPN is an essential component of IT security, whether you’re just starting a business or are already up and running. Most business interactions and transactions happen online and VPN
Ningsi Selan, Kartini Abad 20 dari Timur. Sumber: www.kompas.id
Ningsi Selan, Kartini Abad 20 dari Timur. Sumber: www.kompas.id

Timor Tengah SelatanNingsi Selan, perempuan muda inspiratif yang berbeda dari kebanyakan generasi Z hari ini. Jika sebagian besar anak muda hari ini kerap diasumsikan sebagai generasi yang apatis dan acuh tak acuh terhadap kondisi lingkungan terdekatnya, Ningsi Selan adalah pengecualian. 

Sedari umur belasan tahun, Ningsi Selan sudah mulai mempelajari dan berani menyuarakan isu perlindungan dan kesehatan pada anak di Desa Enonapi, Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Ninsgi Selan di Plan International
Ninsgi Selan di Plan International. Sumber: instagram @ningsi_selan

Ningsi merupakan seorang anak yang terlahir dari insiden kekerasan seksual, hal ini membuat ia teguh dan berkomitmen agar tidak ada korban-korban yang terus bertambah di luar sana. 

’’Yang membuat saya tergerak adalah pengalaman pribadi saya, yang terlahir dari sejarah kekerasan seksual. Saya telah merasakan suka dan dukanya, dan saya sangat memahami betapa beratnya beban tersebut. Pengalaman ini memberikan saya dorongan yang kuat untuk mencegah hal serupa terjadi pada perempuan lain. Saya tidak ingin sejarah pahit tersebut terulang dalam kehidupan perempuan lain, terutama anak-anak dan remaja yang rentan’’, tutur Ningsi kepada kolomdesa.com, dalam wawancara via telfon, Selasa (21/05/2024).

Saat ini, Ningsi dipercaya menjabat sebagai ketua Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD) dan Ketua Posyandu Remaja Enonapi. Ia menjelaskan Bahwa KPA dan Posyandu Remaja bertujuan untuk memberikan wadah perlindungan pada anak dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

’’Komite Perlindungan Anak (KPA) desa sendiri bertujuan untuk memastikan perlindungan hak anak, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan anak, mencegah kekerasan dan eksploitasi, serta mengembangkan program kesejahteraan anak,” tutur perempuan yang kini mengenyam pendidikan tinggi di IPMI International Business School tersebut.

Ningsi juga memaparkan bahwa KPAD berperan sebagai advokat dalam memperjuangkan kebijakan yang mendukung anak, menyediakan layanan pendukung seperti konseling dan bantuan hukum, serta mendorong partisipasi aktif anak dalam pengambilan keputusan. Selain itu, lanjut Ningsi, pihaknya telah bekerja sama dengan pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan komunitas lokal untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak, sehingga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Ninsgi Selan di Plan International. Sumber: instagram @ningsi_selan
Ninsgi Selan di Plan International. Sumber: instagram @ningsi_selan

Ningsi Selan dan Perjalanan Posyandu Remaja

Bagi Ningsi, semangat dibentuknya Posyandu Remaja adalah menjadi wadah bagi kepedulian terhadap generasi remaja untuk mendampingi para remaja menghadapi fase-fase krusial dalam hidupnya, termasuk masalah kesehatan reproduksi, kesehatan mental, risiko perkawinan anak, gender equality, dan juga stunting. 

Selain itu, Ningsi juga memaparkan bahwa Posyandu Remaja berkomitmen untuk memberikan edukasi tentang menyiapkan makan bergizi dari bahan-bahan lokal. Upaya tersebut dalam rangka menyelamatkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita, serta mencegah sedini mungkin kasus stunting.

Dengan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, pula mengadakan sosialisasi kepada remaja dan orang tua, Ningsi Selan dipilih sebagai ketua atas dasar pengalamannya dalam kegiatan sosial. Posyandu Remaja di desanya mulai melaksanakan kegiatan seperti pemeriksaan kesehatan rutin, edukasi kesehatan reproduksi, dan acara khusus untuk remaja, sembari terus melakukan evaluasi untuk pengembangan berkelanjutan.

Setiap proses dan perjuangan selalu menyisihkan halang dan rintang, begitu pula yang dialami oleh Ningsi Selan, ia kerap diremehkan karena umurnya yang relatif muda dan dianggap belum matang. Hal yang umum di masyarakat kita, senioritas menjadi sekat besar bagi anak-anak muda untuk melakukan inovasi. Begitu pula yang dialami Ningsi yang saat itu masih berusia 20 tahun. 

’’Saya menghadapi beberapa tantangan dan halangan dalam menyuarakan hak perempuan dan anak. Salah satu tantangan utama adalah stereotip dan prasangka negatif terhadap usia saya. Sering kali, orang menilai bahwa karena saya masih muda, saya tidak memiliki pengalaman atau pengetahuan yang cukup untuk berbicara tentang isu-isu yang kompleks seperti kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta perkawinan dini,” beber Ningsi, ia bercerita dengan nada geram.

Ningsi juga bercerita, komentar-komentar sinis yang sering terdengar seperti “ah, dia belum mengerti apa-apa” atau “dia terlalu muda untuk memahami hal ini” ia anggap sebagai halangan kecil belaka. Tak membuat nyalinya menciut.

Justru sebaliknya, Ningsi melihat bahwa usia muda adalah kekuatan. Ia membuktikan, meski umurnya masih muda namun ia memiliki pengetahuan, pengalaman, dan komitmen yang kuat terhadap isu-isu perempuan dan perlindungan anak.

Pentingnya Intervensi Pemerintah, dari Tingkat Desa Sampai Negara

Ningsi mengungkapkan bahwa ia akan terus belajar dan meningkatkan pemahaman tentang masalah-masalah yang ia tekuni, dan ia percaya bahwa dengan kerja keras dan ketekunan, ia dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam perlindungan hak perempuan dan anak.

Ia juga menjelaskan bahwa Ningsi memiliki mimpi-mipi besar di masa depan, menurutnya apa yang tengah ia perjuangkan saat ini harus mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak utamanya pemerintah, baik tingkat desa atau pun negara.

“Saya memiliki mimpi besar agar pelecehan seksual dan stunting anak menjadi perhatian utama di semua sektor, terutama oleh pemerintah. Bagi saya, isu-isu ini bukan hanya masalah individu atau keluarga, tetapi masalah sosial yang memerlukan intervensi serius dari berbagai pihak,” ujar Ningsi.

Dalam upaya mengatasi pelecehan seksual, Ningsi berharap adanya program edukasi seksual yang komprehensif di sekolah-sekolah, penguatan hukum untuk melindungi korban dan menghukum pelaku, serta kampanye publik yang masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. 

Sementara itu, untuk mengatasi stunting pada anak, Ningsi melanjutkan, ia bercita-cita ada program gizi yang lebih baik dan terjangkau bagi ibu hamil dan anak-anak, akses yang lebih baik ke layanan kesehatan dan sanitasi, serta edukasi bagi orang tua tentang pentingnya asupan gizi yang tepat.

Di akhir wawancara, Ningsi Selan berpesan pada khalayak bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang diambil oleh setiap individu. Ia mengamini bahwa semua elemen masyarakat, dari anak muda sampai gererasi tua memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, terutama bagi anak-anak dan mereka yang rentan terhadap pelecehan. 

“Bersama-sama, kita bisa menghargai dan melindungi hak-hak setiap individu, meningkatkan kepedulian dan aksi nyata dalam upaya pencegahan pelecehan seksual, serta mendorong dan mendukung program-program kesehatan dan gizi untuk anak-anak agar generasi masa depan kita bisa tumbuh dengan optimal dan sehat,” harap Ningsi.

Ningsi Selan juga mengajak semua pihak untuk bekerja sama dan berkomitmen dalam memerangi pelecehan seksual dan stunting anak. “Demi masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat di Indonesia,” pungkasnya.

Penulis: Kurnia

Editor : Rizal

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya