Omah Kreatip Gandeng Anak Muda Bangkitkan Kreativitas Lewat Kerajinan

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tak menyurutkan semangat dari Fajar Andri Dwicahyono, perintis Omah Kreatip di Desa Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur untuk menggerakkan pemuda desa untuk berpartisipasi dalam komunitas kreatif.
Figur Raden Werkudara oleh Omah Kreatip. Sumber foto: Istimewa.

JEMBER – Desa Ledokombo berada di bagian timur Kabupaten Jember, wilayah ini termasuk wilayah dataran tinggi berupa perbukitan atau pegunungan. Dengan kondisi geografis ini, mayoritas warga Desa Ledokombo bermatapencaharian sebagai petani.

Desa Ledokombo juga terkenal sebagai kampung wisata belajar Tanoker. Banyak seniman-seniman yang lahir di desa ini. Namun, terdapat juga warga yang membuat komunitas kreatif lain yang tak kalah menarik, salah satunya adalah komunitas kerajinan tangan Omah Kreatip

Awal pandemi, Fajar Andri, pemilik Omah Kreatip memulai usaha keseniannya dan mengajak anak muda sekitarnya untuk bergabung dalam kerajinan tersebut. Kerajinan tangan berupa patung dan souvenir dari resin ini dinilai mampu gerakkan perekonomian di desa Ledokombo.

Sebelumnya, Fajar Andri merupakan perantau yang bernazar apabila memiliki anak laki-laki, dia akan pulang kampung dan memulai usaha pribadi. Setelah keinginannya terwujud, Andri sekeluarga pulang ke Ledokombo. 

Andri memulai usahanya dengan membuat gantangan burung, menyesuaikan hobinya. Berbekal pengalaman dari perantauan, muncullah ide kreatif untuk memproduksi tropi burung. 

“Dulu Omah Kreatip ini namanya Omah Kicau, karna suplai tropi dari lomba-lomba didatangkan dari luar kota, banyak kendala terkait dengan pengiriman, jadi saya pikir kenapa tidak memproduksi (tropi) sendiri?” ungkapnya saat diwawancarai via telepon, Senin (15/04/2024).

Selain itu, Andri tidak menemukan kompetitor pengrajin resin dari Kabupaten Jember dan sekitarnya. Tentu hal itu menjadi peluang bagus baginya untuk membuat keran cuan secara mandiri. 

Meski dihadapkan dengan tantangan baru, Andri optimis merekrut pengrajin muda berpengalaman dari berbagai daerah antaranya Ngawi, Madiun, Jepara dan Ubud. Untuk memupuk aset, Andri mengajak anak muda sekitar ikut berpartisipasi. 

“Kita juga membaca, siapa sih kompetitor yang garapannya bagus di seluruh Indonesia terutama di Jawa Timur, lalu SDMnya kita tawarkan untuk bekerja di sini.” terang Andri. 

Sebagian besar kru dari Omah Kreatip merupakan anak muda yang masih duduk di bangku sekolah. Tujuannya mengkualifikasi anak muda dari Desa Ledokombo tak lain untuk mempersiapkan jenjang karir dan keberlanjutan ekonomi desanya. 

Anak Muda Desa yang tergabung di Omah Kreatip ini ada yang dari Karang Taruna. Andri juga mendatangi anak muda yang suka nongkrong di cafe-cafe dan anak muda yang tergabung dalam perguruan silat.

Proses pembuatan produk kerajinan tangan berupa Omah Kreatip. Sumber foto: Istimewa.

Proses Pembuatan Hingga Pemasaran

Produk yang dihasilkan dari Omah Kreatip beragam, dari patung, plakat, cinderamata dan piala. Proses pembuatannya diawali dengan membuat desain lalu model atau masteran dengan semen atau gipsum. Pengerjaan masteran ini cukup lama sebab dibikin secara manual dan menyesuaikan permintaan konsumen.  

Selanjutnya membuat cetakan negatif atau molding dari silikon, yang terakhir mencetak bahan dari resin. Untuk mempercantik, produk diberi cat, manik-manik, kaca dan tempat dudukan dari kayu. 

Karakter yang dihasilkan beragam, sesuai dengan permintaan. Ada garuda, Gajah Mada, dan tokoh pewayangan. 

Proses pembuatan produk kerajinan tangan berupa Omah Kreatip. Sumber foto: Istimewa.

Untuk pemasarannya, hasil produksi dikirim ke sejumlah daerah seperti Bali, Bandung dan Jakarta. Andri mengatakan, sejak awal pasar produknya dari luar kota. Selain itu, Andri juga mengandalkan relasi untuk perluasan pasar. 

“Sebelumnya saya mempunyai EO (red; event organizer), jadi saya banyak link dari teman-teman saya, lewat link itu lah saya kasih tau garapan saya saat ini,” jelasnya. 

Andri menyebutkan, pemasaran awal hanya dikirim ke toko-toko offline di berbagai daerah, sebab memakai sistem agen. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pembeli atau pemesan terbanyak datang dari kalangan pejabat pemerintah dan perwira TNI/Polri. 

Dalam sebulan, mereka mampu menjual puluhan cinderamata dengan omset puluhan juta rupiah. Hasil produksi dibanderol mulai 200 ribu hingga 7 juta rupiah. 

Kolaborasi Dan Edukasi 

Tak hanya merekrut anak muda, Andri juga mengajak pengrajin dengan berbagai keterampilan dalam proses produksi. Antara lain yakni pengrajin manik-manik, tukang kayu dan kaca. Berharap hasil produksi jadi lebih maksimal. 

Proses pengecatan produk kerajinan tangan Omah Kreatip. Sumber foto: Istimewa.

“Jadi sebelumnya ada tukang kayu yang skillnya hanya menggarap meja, kursi dan lain-lain. Kita ajak, kita latih untuk bikin tatakan kayak gitu,” katanya. 

Andri juga mengungkapkan bahwa ia terbuka dengan hal yang berbau edukasi. Rumah produksinya pernah melakukan sosialisasi pembelajaran dan praktek dengan santri di beberapa pesantren desa. 

“Harapan kita, disaat anak-anak lulus sekolah dia sudah memiliki skill, untuk bekal dia bermasyarakat.” ungkapnya.

Rubah Desa Berkembang Jadi Desa Mandiri

Sejak 3 tahun terakhir, perekonomian di desa Ledokombo mulai meningkat. Anak-anak sekolah dan santri yang awalnya hanya menganggur dan mencari rumput pakan ternak kini mempunyai bekal skill berupa kerajinan tangan di Omah Kreatip. 

Kru yang masih berada di bangku sekolah, menurut Andri, sudah tidak meminta uang saku pada orang tuanya, bahkan ada yang sudah kredit motor. “Sudah belajar mandiri.”

Selain itu, Omah Kreatip juga berkolarasi dengan salah satu bank untuk menyediakan tabungan bagi krunya. Tabungan tersebut dapat diambil setelah mereka lulus sekolah. 

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya