Sipit Kelawi, Varietas Alpukat Baru Desa Kelawi

Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung merupakan salah satu desa yang berhasil melakukan inovasi agrowisata alpukat Sipit Kelawi. Dengan ditemukan varietas baru ini, Desa Kelawi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal, serta mendapatkan penghargaan rekor MURI sebagai Desa Wisata Pertama yang memiliki Varietas Buah Alpukat Sipit Kelawi.  
Alpukat sipit kelawi, buah alpukat varietas asli Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Sumber foto: Istimewa

Kolomdesa.com, Lampung – Pemanfaatan potensi desa kini menjadi tren yang mulai dilirik oleh pemerintah desa di penjuru Indonesia. Selain dengan adanya pembinaan dari pemerintah, masyarakat juga sadar bahwa pemberdayaan potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dapat menjadi nilai ekonomis bagi pembangunan desa. 

Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung merupakan salah satu desa yang berhasil melakukan inovasi desa yang berkelanjutan. Desa ini juga telah diklaim sebagai desa maju dalam mengembangkan pariwisata lokal. 

Desa yang baru ikut program pemekaran pada tahun 2000 ini memiliki banyak potensi alam, ekonomi, dan wisata. Bahkan, kini, Desa Kelawi pun sudah cukup ramai dan dikenal oleh para pelancong karena keelokan salah satu pantainya, yakni Pantai Minang Rua. 

Desa Kelawi masuk dalam jajaran kategori Desa Maju. Desa ini juga telah memperoleh beberapa penghargaan diantaranya Juara 2 Desa Wisata Maju ADWI 2023, Penghargaan Rekor MURI sebagai Desa Wisata Pertama yang memiliki Varietas Buah Alpukat Sipit Kelawi dan Desa Hijau BRILiant. 

Sipit Kelawi, Varietas Alpukat Baru Desa Kelawi
Desa Kelawi saat menerima penghargaan Juara 2 ADWI 2023 Kategori Desa Wisata Maju dan Rekor MURI. Sumber foto: Istimewa.

Tak Hanya Desa Wisata, Desa Kelawi Inovasikan Budidaya Alpukat

Di samping suksesnya pariwisata, Desa Kelawi terkenal akan varietas alpukat dan pisang yang telah memiliki hak paten dan sertifikasi. Bahkan, varietas alpukat tengah difokuskan untuk menjadi produk andalan dari Desa Kelawi.

Alpukat sipit kelawi tersebut berhasil tumbuh dan dibudidayakan sejak tahun 2000-an oleh Sabana, ketua kelompok tani di desa tersebut. Alpukat sipit kelawi kini dikelola oleh pihak Bumdes Desa Kelawi bernama Bumdes Kelawi Mandiri.  

Rian Haikal, selaku Sekretaris BUMDes Kelawi Mandiri, alpukat sipit kelawi mulai dikenal oleh khalayak umum setelah menerima penghargaan juara kedua ADWI (Anugerah Desa Wisata) tahun 2023 dengan kategori desa maju. Menurutnya, penilaian alpukat sipit kelawi pada ajang ADWI tersebut adalah ikon unik.

Penemuan Alpukat Sipit Kelawi 

Sabana, warga Dusun Kayu Tabu, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan sukses berkebun buah alpukat. Pria berusia 45 tahun ini sudah 15 tahun terakhir berkebun alpukat. Ia memilih budidaya buah alpukat karena harganya cenderung meningkat.

Di lahan seluas 3 hektar, Sabana menanam 25 jenis buah alpukat. Satu musim panen, Sabana mampu memperoleh 40 sampai 60 ton buah alpukat. 

Sabana berhasil menciptakan varietas alpukat baru pada tahun 2000-an, yaitu alpukat sipit kelawi. Alpukat ini merupakan turunan dari jenis alpukat yang sudah berusia 300-an tahun menggunakan teknik silang. 

“Ketika di-treatment, alpukat sipit kelawi ini tidak terlalu tinggi pohonnya, jadi satu hingga satu setengah meter dia sudah bisa berbuah di kurun waktu satu atau satu tahun setengah,” jelas Rian kepada kolomdesa.com, (26/03).

Selain itu, keunggulan alpukat sipit kelawi antaranya daging buahnya tebal dan pulen, kulitnya dapat dikupas dengan mudah, dan rasanya lebih manis dan legit. Buah ini juga terkenal lebih tahan lama, sebab kadar airnya lebih sedikit daripada jenis alpukat yang lain. 

Permintaan Tinggi, Produksi Sempat Tak Siap

Tak disangka, pasca memperoleh penghargaan ADWI tahun lalu, permintaan pasar mulai membludak. Rian mengaku bahwa pihaknya sempat kelimpungan sebab permintaan pasar melebihi dari stok yang tersedia. 

“Ternyata kita gak siap untuk memenuhi pasar, jadi kami betul-betul menyiapkan bagaimana fokus pada produksi sipit kelawinya,” tukas Rian. 

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyiapkan greenhouse untuk lumbung pembibitan. Untuk saat ini, greenhouse ini dijalankan secara swadaya. 

“Kita membeli bibit sendiri, lalu kita semai. Poly bag juga kami menyediakan sendiri,” katanya.  

Selanjutnya, BUMDes Kelawi Mandiri pun melakukan pengembangan program sebelumnya yakni 1 Kartu Keluarga 2 pohon alpukat yang diprioritaskan kepada dusun-dusun yang dilewati jalan menuju desa wisata Pantai Minang Roa. Bumdes menyediakan bibit alpukat untuk ditanam oleh masing-masing kepala keluarga. 

“Untuk memenuhi itu masih membutuhkan pembibitan dengan skala lebih besar. Jadi kami selain menjual buah sipit kelawi kami juga jual bibitnya,” katanya. 

Hingga hari ini, mayoritas lahan di Desa Kelawi sudah ditanami oleh alpukat sipit kelawi yang bibitnya merupakan hasil dari greenhouse tersebut. 

Dorong Ekonomi Warga Desa

Dalam pengembangan alpukat sipit kelawi, BUMDes Kelawi Mandiri terintegrasi dengan beberapa kelompok tani dan desa wisata. Mayoritas anggota dari kelompok tani adalah masyarakat lokal. 

“Mayoritas kegiatan itu swadaya, dilakukan oleh inisiator-inisiator, lokal-lokal biro yang ada di desa,” katanya. 

Dalam satu kelompok tani, terdapat setidaknya 15-17 anggota. Sedangkan dari 9 dusun, terdapat setidaknya 1 atau 2 kelompok tani. 

“Rata-ratanya, kami punya 20 hingga 25 poktan di Desa Kelawi ini,” ungkapnya. 

Dengan memaksimalkan pemberdayaan sumber daya manusia yang ada di Desa Kelawi, Rian menilai bahwa adanya alpukat sipit kelawi ini berdampak besar bagi perekonomian masyarakat. 

Selain itu, ini juga menjadi harapan Pemerintah Desa Kelawi agar masyarakat lebih memilih bekerja di desa sendiri daripada merantau. 

“Sebab kami sadar kampung kami juga memiliki potensi yang besar,” tegasnya. 

Ingin Kembangkan Inovasi 

Saat ini, produk hasil panen buah alpukat sipit kelawi masih dijual dalam bentuk gelondongan. Sekalipun dinilai sukses dalam pemasaran, Rian berharap Desa Kelawi dapat mengembangkan lagi produk turunan dari alpukat sipit kelawi berupa olahan. 

“Ke depannya, diharapkan kami mampu menjual produk olahan buah alpukat berupa makanan yang memiliki nilai jual lebih tinggi,” kata Rian. 

Kendati demikian, Rian juga mengaku masih membutuhkan support materi dari pemerintah.

“Untuk memenuhi pasar saja sebetulnya kami masih kurang,” tukasnya. 

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya