Nyepi, Jeda Sakral Bentuk Mediasi dan Refleksi Diri Umat Hindu

Suasana Nyepi di Bali. Sumber Foto: Twitter Jhon Sitorus
Suasana Nyepi di Bali. Sumber Foto: Twitter Jhon Sitorus

Share This Post

BALI Nyepi adalah hari raya penting bagi umat Hindu yang dirayakan setiap tahun dalam perayaan Tahun Baru Saka. Di Indonesia, salah satu tempat yang paling identik denganperayaan Nyepi adalah pulau Bali. Perayaan Nyepi di Bali dianggap sebagai momen terbaik untuk melihat sisi lain PulauDewata yang biasanya ramai dan sibuk menjadi sepenuhnya sepi.

 

Pada hari Nyepi, semua kegiatan publik di Bali dihentikansepenuhnya, termasuk kegiatan wisata, perdagangan, dan transportasi. Seluruh penduduk diharapkan untuk menjalani haridalam keheningan dan kontemplasi, tanpa cahaya atau suarayang mengganggu. Hal ini memungkinkan mereka untukmerenungkan nilai-nilai spiritual, membersihkan pikiran dan jiwa, serta memulai tahun baru dengan kesucian dan ketenangan batin.

 

Hari Raya Nyepi biasanya jatuh pada bulan Maret, tepatnyapada tanggal Apisan dalam kalender Hindu Sasih Kedasa. Pelaksanaan Nyepi melibatkan beberapa rangkaian upacara yang diataranya dimulai dengan rangkaian melasti, nyejer, Ngerupuk, Tawur, Sipeng, Ngembak Geni dan Terakhir, Dharma Santi.

 

“Dari sudut pandang agama dan filosofi, Nyepi dimaksudkansebagai hari introspeksi diri untuk merefleksikan nilai-nilaikemanusiaan, cinta kasih, kesabaran, dan kebaikan yang seharusnya ada di dalam diri kita sepanjang hidup kita,” ujarProfesor Wayan Ari, direktur akademis School for International Training yang juga seorang penduduk asli Bali.

 

Adapun pelaksanaan brata penyepian di Bali menjadi sangat istimewa karena melibatkan kerjasama yang baik antarapemerintah Bali dan seluruh komponen masyarakat Bali Dalam mendukung perayaan tersebut, Bandara Ngurah Rai ditutupselama satu hari, kegiatan di jalanan dilarang, dan laranganmenyalakan api diberlakukan, dengan harapan seluruhmasyarakat Bali dapat berkontemplasi di rumah atau tempatyang tenang selama 24 jam. Kerjasama ini mencerminkan nilai-nilai multikultural seperti toleransi, timbang rasa, kebersamaan, suka duka, atau dalam bahasa Bali dikenal dengan istilahsagilik saguluk salunglung sabayantaka”.

 

Dengan kata lain, pelaksanaan hari raya Nyepi tidak hanyamemperkuat nilai-nilai tradisional Bali, tetapi juga mengajarkannilai-nilai multikultural yang mencakup toleransi dan kebersamaan. Dalam konteks ini, perayaan Nyepi dapatdianggap memiliki aspek ideological standpoint yang mempromosikan harmoni dan persatuan di tengah masyarakatBali yang beragam.

 

Tahapan pelaksanaan hari raya Nyepi

 

Adapun tahapan dalam melaksanakan hari Nyepi sebagai berikut:

 

Melasti

 

Upacara Melasti atau Mekiis, yang juga dikenal sebagai upacaraMelis, biasanya dilaksanakan tiga atau dua hari sebelumpelaksanaan Nyepi. Fungsi utama dari upacara Melasti iniadalah untuk melakukan penyucian terhadap peralatan upacaradan para pesertanya yang akan melaksanakan ritual catur brata penyepian pada hari Nyepi.

 

Tradisi Melasti Sebelum Nyepi. Sumber Foto: Twitter Yogi Nala
Tradisi Melasti Sebelum Nyepi. Sumber Foto: Twitter Yogi Nala

 

Selama upacara Melasti, umat Hindu membersihkan dan membawa dewa-dewa dari kuil-kuil mereka ke laut atau sumberair yang suci. Air dari tempat suci ini kemudian digunakanuntuk membersihkan patung-patung dewa, prasasti-prasasti, dan peralatan upacara lainnya. Selain membersihkan benda-bendatersebut, upacara Melasti juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam, di mana umat Hindu melakukan ritual penyucian diridan batin untuk mempersiapkan diri menghadapi hari suciNyepi. Dengan demikian, upacara Melasti memiliki perankrusial dalam memastikan bahwa pelaksanaan Nyepi dilakukandengan kesucian dan spiritualitas yang tinggi.

 

Pengrupukan

 

Upacara Pengrupukan memiliki beberapa sebutan, di antaranyaadalah upacara Tawur Kesanga atau Tawur Agung. Ritual pengrupukan ini diselenggarakan satu hari sebelum merayakanNyepi, tepatnya pada bulan mati (tilem) Sasih Kasanga terakhiruntuk melaksanakan upacara Bhuta Yadnya.

 

Upacara ini diadakan pada waktu pergantian tahun menurutperhitungan Hindu Bali, dengan upacara yang disebut TawurAgung Kasanga, yaitu upacara yang dipersembahkan kepadaBhuta Kala. Selama upacara ini, umat Hindu Bali melakukanserangkaian aktivitas yang melibatkan pengusiran roh jahat ataubhuta kala dari lingkungan mereka. Hal ini dilakukan denganmembakar ogoh-ogoh, patung-patung raksasa yang melambangkan kejahatan, serta dengan menggunakan bunyipetasan dan alat musik keras lainnya untuk mengusir roh-rohjahat tersebut.

 

Tujuan dari upacara Pengrupukan adalah untuk membersihkanlingkungan dari kejahatan dan untuk mempersiapkan diri secaraspiritual menjelang hari suci Nyepi. Dengan mengusir kejahatandari lingkungan mereka, umat Hindu Bali berharap dapatmemulai tahun baru dengan kesucian dan keberkahan. Upacaraini juga merupakan bentuk penghormatan kepada roh-roh dan dewa-dewa, serta menjaga keseimbangan alam semesta menurutkeyakinan Hindu Bali.

 

Upacara pangrupukan disertai dengan aksi ogoh-ogoh yang diiringi oleh bunyi-bunyian seperti gong baleganjur, kentungan(kulkul), dan alat musik lainnya. Secara simbolis, ogoh-ogohtersebut merupakan manifestasi dari Bhuta Kala, yang dalamkepercayaan Hindu Bali adalah entitas roh jahat atau kegelapan. Ogoh-ogoh biasanya dibuat dengan wujud yang seram, sepertiraksasa dengan mata melotot dan mulut menganga, sehinggamenciptakan kesan menakutkan.

 

Tradisi Ogoh-ogoh Sebelum Nyepi. Sumber Foto: Twitter MAHESA
Tradisi Ogoh-ogoh Sebelum Nyepi. Sumber Foto: Twitter MAHESA

 

Pada malam pangrupukan, masyarakat berkumpul di sekitarogoh-ogoh yang telah dibuat dengan susah payah, dan kemudianmengaraknya keliling desa atau kota. Prosesi pengarakan ogoh-ogoh ini diiringi dengan nyanyian, musik, dan tarian, menciptakan suasana yang meriah dan penuh semangat baru kemudian ogoh-ogoh di bakar. Tujuan utama dari upacarapangrupukan ini adalah untuk mengusir kejahatan dan kegelapandari lingkungan mereka serta untuk menyambut tahun barudengan kesucian dan kebersihan.

 

Nyepi (Sipeng)

 

Hari Sipeng merupakan puncak pelaksanaan Nyepi dan jatuhpada sasih Apisan Kadasa. Pada hari ini, seluruh masyarakatBali diwajibkan untuk berada di dalam rumah dan dikenakanberbagai larangan, termasuk larangan menyalakan api, lampu, bekerja, menghibur diri, dan bahkan keluar rumah. Ini merupakan momen ketika masyarakat Bali melaksanakan brata atau pantang selama 24 jam, dimulai dari pukul 06.00 hinggapukul 06.00 keesokan paginya.

 

Hari Sipeng menciptakan suasana hening dan ketenangan yang sangat mendalam, di mana aktivitas sehari-hari dihentikansepenuhnya sebagai bentuk meditasi dan refleksi diri. Denganmematuhi aturan-aturan ini, umat Hindu Bali berusaha mencapaikesucian spiritual dan menciptakan keseimbangan alam semesta.

 

Pelaksanaan Sipeng atau catur brata penyepian berlangsung daripukul 06.00 hingga pukul 06.00 besok pagi, dan melibatkantindakan-tindakan sebagai berikut:

 

Amati Geni: Dalam bahasa Bali, geni berarti api. Amati Geni mengandung arti tidak menyalakan api atau lampu sertamenjauhi segala hawa nafsu yang dapat memicu hasrat negatif.

 

Amati Karya: Kata “karyaditerjemahkan sebagai kerja dalambahasa Indonesia. Amati Karya berarti tidak melakukan kegiatanfisik atau pekerjaan, melainkan tekun dalam melakukanpenyucian rohani sebagai bentuk pengendalian diri.

 

Amati Lelungan: Lelungan berasal dari bahasa Bali, yaitu dariakar kata “lunga” yang berarti pergi. Oleh karena itu, Amati Lelungan mengandung arti tidak berpergian kemana-mana, tetapi senantiasa mawas diri di rumah dan fokus pada pemusatanpikiran ke hadapan Tuhan.

 

Amati Lelanguan: Kata lelanguan juga berasal dari bahasaBali, dari kata “langu” yang berarti hiburan atau rekreasi. Amati Lelanguan berarti tidak mengambil bagian dalam hiburan ataurekreasi, tetapi lebih fokus pada pemusatan pikiran dan spiritualitas selama pelaksanaan catur brata penyepian.

 

Ngambek Geni

 

Hari Ngembak Geni dirayakan pada tanggal 2 bulan Sasih Kadasa dalam kalender Hindu, yang menandakan hari keduasetelah pelaksanaan catur brata penyepian. Hari ini mengandungmakna penting sebagai akhir dari masa penyepian yang ketat.

 

Pada Hari Ngembak Geni, umat Hindu melaksanakan tradisisaling mengunjungi keluarga, kerabat, teman dekat, dan rekankerja untuk saling memaafkan atas segala kesalahan dan kekhilafan yang mungkin terjadi sebelumnya. Ini merupakanmomen penting dalam upaya membersihkan hubungan sosialdan spiritual, serta memulai tahun baru dengan pikiran yang jernih dan hati yang lapang.

 

Selama Hari Ngembak Geni, suasana di Bali dan komunitasHindu lainnya biasanya penuh dengan kegembiraan dan kehangatan saat orang-orang saling bermaafan dan memperkuatikatan sosial mereka. Hal ini juga menunjukkan pentingnyanilai-nilai seperti toleransi, kerukunan, dan pengampunan dalambudaya Hindu Bali.

 

Editor: Mukhlis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya