NGANJUK – Desa Senjayan Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk mencanangkan program inovasi desa untuk menuntaskan permasalahan stunting yang ada di Kecamatan Gondang. Inovasi tersebut disebut dengan Ceting E Abah Kolel.
Pada Juli 2022, tercatat sebanyak 19 kasus stunting pada balita di Desa Senjayan. Kasus tersebut didominasi oleh balita berjenis kelamin perempuan sebanyak 52% dan selebihnya adalah balita laki-laki.
Jumlah stunting pada balita perempuan yang menunjukkan angka lebih tinggi dibandingkan balita stunting laki-laki mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pemberian makanan yang kurang memenuhi asupan gizi atau faktor lingkungan yang tidak sehat sehingga terkena penyakit infeksi.
Menanggapi hal ini, Pemerintah Desa Senjayan membuat program Ceting E Abah Kolel (Cegah Stunting Dengan Memanfaatkan Bank Sampah, Pekarangan dan Kolam Lele). Ceting E Abah Kolel ini dianggap mamou menekan angka stunting di Desa Senjayan.
Manfaatkan Lahan Sebagai Mitigasi Stunting
Ceting E Abah Kolel diresmikan pada tanggal 26 Februari 2020. Program ini digagas oleh Kepala Desa Sanjayan, Sumarji dengan bersama dengan Kader Kesehatan, PKK Desa, Tokoh Masyarakat dan RT/RW, dengan didukung oleh Dinas terkait di Kabupaten Nganjuk.
Tingginya kasus stunting di Desa Senjayan Kecamatan Gondang pada tahun 2018 mencapai 24,13 persen, ini merupakan di atas standar WHO dengan batas maksimal 20%. hal ini yang melatarbelakanginya untuk membuat terobosan inovasi dalam penanganan dan pencegahan stunting di wilayahnya.
Teknis program Ceting E Abah Kolel yakni dengan memberikan edukasi dan sosialiasi pemanfaatan lahan kosong. “Caranya adalah dengan memanfaatkan tanah pekarangan milik warga,” tegas Sumarji.
Warga diarahkan untuk memanfaatkan lahan kosongnya agar ditanami dengan tumbuhan sayur, buah dan tanaman obat keluarga (toga). Selain itu, lahan kosong tersebut juga bisa digunakan sebagai tempat budidaya ikan lele.
Lebih lanjut, Sumarji menjelaskan, dengan Ceting E Abah Kolel, warga Desa Senjayan mampu menciptakan menu PMT (Pemberian Makanan Tambahan) secara mandiri.
Misalnya, warga dapat memanfaatkan bahan pangan dan produk unggulan lokal dari Desa Sanjayan berupa labu madu sebagai kudapan puding, dodol, kue lumpur, klepon, dumbleg, nagasari.
Sedangkan, lele bisa diolah menjadi nugget, abon juga sayur lodeh, sayur bobor yang bahannya tinggal petik di pekarangan rumah sendiri.
Berhasil Tekan Angka Stunting
Program ini dianggap berhasil dalam menekan angka stunting di Desa Senjayan. Sumarji mengungkapkan bahwa pada bulan Februari 2018 sebesar 24,13%, menjadi 13,54% pada bulan Agustus 2020 dan pada saat ini sudah tidak ditemukan kasus stunting baru di Desa Senjayan.
Sumarji juga mengungkapkan, pihaknya terus melakukan inovasi penyesuaian program dalam penurunan angka stunting di wilayahnya. Di masa pandemi covid-19 misalnya, Desa Senjayan mencegah stunting dengan istilah CETING E DEMINA (Cegah Stunting Era Pandemi Corona).
Antisipasi dilakukan khususnya terhadap balita stunting agar tidak jatuh sakit. Mengedukasi masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Ibu-ibu tidak perlu belanja sayur ke pasar atau tukang sayur keliling terkurangi karena tinggal memetik sayur dan memanfaatkan kolam lele di pekarangan, sehingga mengurangi kerumunan.
Sumarji menuturkan Inovasi Ceting E Abah Kolel mudah direplikasi karena semua desa memiliki Tim Penggerak PKK beserta Kader Kesehatan dan tidak membutuhkan anggaran besar. Sementara untuk tantangan atau tingkat kesulitan terkendala oleh kesadaran dan pengetahuan warga yang masih rendah dalam mengelola dan memanfaatkan tanah pekarangan.
Atas keberhasilannya, Sumarji juga sempat menjadi pemateri pada acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) untuk transformasi pengetahuan mengenai Ceting E Abah Kolel. Acara ini juga diikuti oleh Kepala Dinas Keluarga Berencana dari 34 Provinsi dan Kepala Bappeda serta 65 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia.