Jember – Komunitas Seni Paijo Desa Ambulu bekerjasama dengan Keris-Dimas SASHUM FIB UNEJ usai gelar pertunjukan teater berjudul “Rengkah” pada Sabtu, (5/08/2023) bertempat di SMK 02 Islam 45 Ambulu.
Sutradara pertunjukan dari Komunitas Seni Paijo, Adam mengatakan bahwa judul pertunjukan merupakan bentuk representasi dari hasil olah data dalam FGD di acara penyuluhan manajemen seni pertunjukan seni (19/05/2023) tentang narasi lokal gunung Watu Pecah – Ambulu.
“Kata ‘rengkah’ berarti terbelah. Pertunjukan ini adalah bentuk interpretasi dari data yang berupa narasi-narasi tentang sebuah gunung bernama Watu Pecah,” jelasnya.
Adam juga menjelaskan bahwa pertunjukan teater berjudul “Rengkah” tersebut berupaya mempertemukan beragam narasi-narasi atau folklore tentang gunung Watu Pecah melalui pertunjukan teater.
“Karya ini murni fiksi, dan terinspirasi dari kisah Mbah Lepet, dari mulut ke mulut,” ujarnya.
Tidak hanya itu, beragam respon penonton cukup mewarnai dialog pasca pertunjukan. Gunawan dari Komunitas Srawung Sastra Jember memberikan apresiasi pada pertunjukan “Rengkah”. Menurutnya, pertunjukan tersebut cukup menyegarkan, khususnya di Ambulu.
“Saya awalnya menebak-nebak hubungan judul pertunjukan dan narasi tentang gunung watu pecah. Semoga masyarakat siap untuk menerima beragam eksplorasi dari gunung watu pecah melalui berbagai medium seni, sebagai contoh musik, teater, atau tulisan,” harapnya.
Sementara itu, Abi dari Studio Klampisan menyayangkan pertunjukan tidak digelar di situs (gunung Watu Pecah) sebagai site spesifik performance.
“Teater naratif dari temen-temen Paijo kurang dieksplor lagi,” pungkasnya.
(Pertunjukkan teater “Rengkah” merupakan bentuk keberhasilan kelompok seni Paijo dalam menerjemahkan narasi lokal yang memperkaya makna gunung Watu Pecah, sekaligus menerjemahkan hasil FGD pada program pengabdian Keris-Dimas SASHUM FIB UNEJ tahun 2023 tentang manajemen seni pertunjukan – Abu bakar RM ketua tim pengabdian. “Keberlanjutan program pengabdian kemungkinan akan kembali ditawarkan pada kelompok Paijo, terkait dengan pengabdian desa binaan”.)