Penantian Revitalisasi untuk Museum Tuanku Imam Bonjol

Bangunan Museum Tuanku Imam Bonjol nampak dari depan. Sumber Foto : Istimewa
Bangunan Museum Tuanku Imam Bonjol nampak dari depan.

Siang itu saya berkunjung ke Museum Imam Banjol. Destinasi ini berada di kawasan Jalan Lintas Tengah Sumatera, Desa Ganggo Hilia, Kecamatan Bonjol. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 40 menit dari Pusat Kota Pasaman.

 

Sesampainya disana, saya disuguhi pemandangan bangunan dengan atap menjulang khas bangunan adat Minang Kabau. Di depan bangunan itu, terdapat patung Imam Bonjol yang menunggagi Kuda. Patung itu merepresentasikan perjuangan tokoh nasional Tuanku Imam Bonjol dalam mengusir penjajah.

 

Bangunan museum ini memiliki dua lantai utama. Lantai pertama merupakan ruangan yang banyak mengeksplore nasab Tuanku Imam Bonjol, terdapat beberapa lukisan dan ruang rampat sederhana. Di ruangan ini pula informasi mengenai perang Padri tersajikan dalam bentuk bener yang berisikan narasi singkat sejarah adanya perang Padri, yaitu perang yang terjadi antara kaum Padri dan Adat. Kaum Padri sendiri merupakan umat muslim yang ingin menerapkan syariat Islam di Minangkabau. Sedangkan, kaum adat adalah para bangsawan yang berkelompok dengan Belanda. Perang Padri dianggap sebagai perang yang paling lama terjadi, yaki pada tahun 1830 hingga 1837.

 

Sayangnya, informasi yang disajikan tidaklah menarik. Untuk mengetahui sejarah dan perjalanan perang Padri, pengunjung hanya disuguhkan oleh informasi naratif yang dipsang di bener. Informasi demikian, Padahal, kisah sejarah perang Padri sangatlah penting untuk dituturkan kembali, dengan sajian yang lebih menarik.

 

Adapun ruangan lantai dua merupakan tempa penyimpanan benda- benda bersejarah yang lebih komplit. Diantaranya adalah alat music, senjata saat digunakan perang, pakaiaan zaman kerajaan hingga alat transaksi yang sempat berlaku pada zaman itu. Benda- benda sejarah itu bukan hanya milik Tuanku Imam Bonjol. Melainkan juga peninggalan tokoh daerah dimasa itu.

 

“Disini bukan cuman benda- benda peninggalan Tuanku Imam Bonjol. Tapi, juga ada busana raja dulu. Jadi disini banyak peninggalan,” jelas Petugas registrasi Museum Tuanku Imam Bonjol, Deny Yoshendri, Selasa (9/5/2023).

 

Sayangnya, semua barang yang display  tidak diklasifikasikan antara barang peninggalan Tuanku Imam Bonjol dan barang milik kerajaan setempat. Selain itu, tidak ada urutan yang berkesinambungan antar benda bersejarah yang didisplay.

 

Petugas register Museum Tuanku Imam Bonjol, Deny Yoshendri, mengatakan bahwa hingga saat ini pengunjung wisata masih didiominasi oleh kalangan anak sekolah, utamanya dari lembaga pendidikan taman kanak- kanak (TK). Dalam satu pekan, jumlah kunjungannya tak lebih dari 200 orang. Apalagi sejak pandemic melanda, kegiataan kunjungan mengalami penurunan drastic. Misalnya, sepanjang bulan Januari hingga Februari jumlah kunjungannya hanya mencapai 61 orang.

 

“Museum ini masih dikunjungi oleh kalangan pelajar saja. Kalo dari luar jarang,” kata Deny Yoshendri sembari berjalan memandu wisata ke area penyimpanan benda- benda bersejarah.

 

Laki- laki 52 tahun itu juga mengakui bahwa masih banyak benda- benda bersejarah yang belum terhimpun di Museum.Salah satunya adalah benda bersejarah berupa pistol yang digunakan Tuanku Imam Bonjol saat perang. Kini benda itu hilang tak tau dimana.

 

“Sempat ada. Tapi, dibawa ke Jakarta untuk keperluan administrasi. Lalu, benda itu ga balik. Sempat dicari sama keluarganya. Tapi, ga ada,” imbuhnya.

 

Museum Tuanku Imam Bonjol perlu mendapat polesan lagi, baik dari segi penataan ulang, denah dan juga optimalisasi tata letak benda- benda bersejarah yang dipajang.

 

Wakil Bupati Pasaman, Sabar, mengatakan bahwa pihaknya kini tengah berupaya untuk membangun semua destinasi wisata di Kabupaten Pasaman menjadi lebih baik, lebih terintegrasi pengelolahannya. Ia menargetkan bahwa Kecamatan Bonjol akan menjadi pusat wisata terpadu yang berkesinambungan dengan destinasi wisata lain di Kecamatan Bonjol.

 

“Nantinya, Kecamatan Bonjol akan menjadi daerah wisata terpadu. Karena disana juga banyak destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi,” Kata Politisi besutan partai Demokrat itu, Kamis (11/5/2023).

 

Ia juga menambahkan bahwa selama menjabat, ia telah berupaya untuk meningkatkan kwalitas wisata di Pasaman. Salah satunya adalah adanya QR Code untuk mengakses semua informasi sejarah dan riwayat pada setiap benda di Museum Tuanku Imam Bonjol. Melalui inovasi itu, Sabar mengklaim bahwa dapat memberikan akses kemudahan bagi para pengunjung untuk memberikan informasi.

 

Terpisah, Kepala Bidang Pariwisata Kabupaten Pasaman, Ahdi Susanto mengakui bahwa hingga saat ini pengelolaan museum Tuanku Imam Bonjol masih jauh dari kata ideal. Sebab, hingga saat ini pemahana pengelolaan wisata masih belum maksimal ditransformasikan pada SDM pengelola.

 

“QR Code adalah terobosan kami. Tapi, kami akan terus berbenah. Salah satunya menata kembali apa yang benda- benda sejarah di Museum dan bisa juga menambah,” jelasnya.

 

Penulis: Ani

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *