Tutut Berkah Waduk Darma: Transformasi Ekonomi Lokal BUM Desa Mekar Jaya

BUM Desa Mekar Jaya di Desa Jagara, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Kuningan berhasil mengembangkan olahan produk tutut atau keong sawah yang digemari oleh masyarakat. Tutut menjadi salah satu permasalahan lingkungan di Waduk Darma kini bertransformasi sebagai pengerek perekonomian desa. Berkat inovasi tersebut, BUM Desa meraup omzet hingga ratusan juta rupiah. 
Warga Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan sedang memanen tutut. Sumber foto: Kompas.com
Warga Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan sedang memanen tutut. Sumber foto: Kompas.com

Kolomdesa.com, Kuningan – Sejak dua tahun terakhir, Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Mekar Jaya milik Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan berhasil memanfaatkan potensi fauna Waduk Darma sebagai penggerak perekonomian desa. Tutut atau keong sawah yang populasinya seringkali menimbulkan masalah lingkungan berhasil ditransformasikan sebagai olahan yang banyak diminati oleh masyarakat. 

Waduk Darma merupakan kawasan obyek wisata di Desa Jagara. Destinasi wisata ini memiliki daya tarik sebagai tempat piknik hingga pertunjukan kesenian. Sehingga banyak wisatawan yang berkunjung di sana. 

Sejak kehadiran Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Darma, pertumbuhan tutut meningkat pesat. Namun pada saat air surut, tutut mengering dan menjadi limbah di sekitar waduk. Limbah tersebut dinilai berbahaya sebab cangkangnya dapat melukai wisatawan. Selain itu, limbah tutut menyebabkan bau tidak sedap yang mengganggu aktivitas berlibur wisatawan. 

Melihat permasalahan tersebut, Pemerintah Desa Jagara bersama BUM Desa Mekar Jaya membuat alternatif untuk mengolah tutut menjadi makanan siap saji dengan berbagai varian rasa. Sofian, Direktur BUM Desa Mekar Jaya mengungkapkan bisnis tutut yang dijalankan sejak tahun 2023 cukup memberi solusi ekonomi bagi masyarakat. 

Waduk Darma di Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan. Sumber foto: Istimewa.
Waduk Darma di Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan. Sumber foto: Istimewa.

Kata Sofian, bisnis tutut di Desa Jagara ini telah melalui beberapa tahap. Mulai dari menjadi supplier ke kota besar, mengolah menjadi pakan ternak, hingga menjadi olahan siap saji. Peralihan bisnis ini tentu melewati proses belajar dan beberapa fase percobaan. Tujuannya untuk meraup untung sebanyak-banyaknya dan meningkatkan Pendapatan Asli Desa atau PADes. 

“Kami sempat memiliki pasar di Bandung. Sehari membutuhkan hampir 3-4 ton tutut. Kami mengirimnya setiap hari ke sana. Berjalan sekitar 5 hingga 6 tahun kemudian, kami kehabisan bahan baku. Dari situlah kami berpikir bagaimana bisa kebutuhan tutut di Bandung sebanyak itu. Akhirnya kami berhenti kirim (suplai) dan belajar mengolahnya sendiri,” kata Sofian pada Kolom Desa, Selasa (18/2/2025). 

Pada 2023, pengelolaan tutut dilimpahkan ke BUM Desa Mekar Jaya. Tutut diolah menjadi berbagai varian rasa. Antaranya rasa original, sambal ijo, saos padang, rica-rica, asam manis dan asam garam. 

“Inovasi varian rasa ini booming. Banyak yang datang karena penasaran, mereka pengen nyoba tutut rica-rica seperti apa, tutut saus padang seperti apa,” katanya. 

Kebanyakan konsumen yang datang sambil mengambil dokumentasi untuk diposting ke sosial media. melihat peluang tersebut, BUM Desa Mekar Jaya juga membuat pasar kreatif. Konsep pasar kreatif tersebut adalah menyediakan dokumentasi bagi para pendatang terutama para influencer saat melihat produksi dan berbelanja produk olahan tutut. Nantinya, dokumentasi tersebut diberikan secara cuma-cuma untuk diposting ke media sosial. 

“Pasar kreatif ini mendorong untuk para teman-teman memasarkan produk tersebut,” kata Sofian. 

Pendapatan Warga Meningkat

Sekitar 137 petani tutut di Desa Jagara bergantung pada penghasilan penjualan tutut hasil tangkapan mereka. Mayoritas dari mereka menjadikan tutut sebagai usaha utama. 

Kata Sofian, petani tutut dapat menghasilkan 100 hingga 150 ribu rupiah perhari. Sejak adanya inovasi olahan tutut, mereka tidak hanya sekadar menjadi petani namun juga menjadi penjual. 

“Selain jadi petani mereka juga pengrajin. Jadi yang siap jualan itu menerima tutut yang sudah dipotong. Petani menyiapkan bahannya, sebagian petani ada yang memotong bahan baku untuk dikirim ke para masyarakat yang berjualan matengan itu,” katanya. 

Sistem yang telah terorganisir tersebut, menurut Sofian, roda perekonomian warga lebih inklusif. Inovasi pengolahan tutut ini berhasil meningkatkan pendapatan warga hingga 1.150 persen. 

“Kalau kemarin (ketika masih jadi supplier) kita ingin mendapat pendapatan 100 ribu itu minimal mereka harus dapat 50 kg. Tapi kalau sekarang mereka cukup menjual 4 hingga 3 kg sudah mendapatkan nilai 100 ribu,” terangnya. 

Untuk menjaga ritme, BUM Desa Mekar Jaya menerapkan beberapa aturan bagi seluruh elemen masyarakat yang tergabung dalam bisnis tutut ini. BUM Desa melarang warga untuk menjual tutut sebagai pakan ternak dan warga tidak diperbolehkan mengambil atau membawa tutut yang ukurannya kurang dari satu inci seperempat. Tujuan regulasi ini adalah untuk mengedukasi masyarakat untuk keberlanjutan ekosistem tutut. 

“Jadi yang dibawa itu adalah yang satu inci seperempat baru kita produksi. Yang kurang dari itu kita turunkan lagi ke waduknya,” katanya. 

Dalam sebulan, BUM Desa Mekar Jaya dapat memproduksi olahan tutut sekitar 9 ton atau dalam sehari mereka dapat mengumpulkan tutut dari para petani sekitar dua hingga tiga kwintal.

Waduk Darma Jadi Paket Edukasi Wisata

Waduk Darma sebagai obyek wisata dimanfaatkan untuk paket edukasi pengolahan tutut. BUM Desa Mekar Jaya menginisiasi untuk tour paket edukasi bagi anak sekolah dan para wisatawan umum. 

“Harga per pack-nya bisa 50 ribu. Jadi ketika hari ini kita kedatangan tamu 100 orang, kira dari prosesnya saja sudah bisa mendapatkan 5 juta. Sudah banyak yang datang ke sini untuk melakukan studi tiru,” jelas Sofian. 

Unit Usaha untuk Ketahanan Pangan

Selain berbisnis olahan tutut, BUM Desa Mekar Jaya juga memiliki beberapa unit usaha lain seperti unit usaha pariwisata, pengadaan jasa berupa Event Organizer (EO) dan Wedding Organizer (WO), paket wisata, perdagangan dan pemberdayaan masyarakat. 

Unit usaha tersebut terbentuk sejak kepemimpinan Sofian di tahun 2023. “Semuanya baru dan saya membuatkan regulasi sistem usahanya. Konsep-konsep usaha yang bakal kita kembangin dan strategi harus dikaji secara mendalam,” terang dia. 

Baru-baru ini, BUM Desa Mekar Jaya membuat bisnis pengelolaan eceng gondok, yang mana juga menjadi sumber permasalahan di waduk. Eceng gondok diolah menjadi pupuk dan campuran palet untuk kerajinan. 

Selain itu, BUM Desa Mekar Jaya sedang mempersiapkan produk baru berupa tepung kulit tutut. Pengolahan kembali kulit tutut tersebut dapat mengurangi sisa produksi dan sisa konsumsi. Menurutnya, kulit tutut mengandung kadar fosfor yang baik sebagai pupuk di sektor pertanian. 

“Bisa juga dijadikan sebagai bahan campuran untuk membuat pelet ikan, pelet untuk ayam, dan ternak yang lain. Saat ini kami masih mengumpulkan kulit tututnya, jika kapasitas sudah memenuhi baru akan kami produksi,” ungkap dia. 

Menurut Sofian, salah satu kendala yang biasa dihadapi oleh BUM Desa pada umumnya adalah keterbatasan modal berupa dana desa. Sehingga diperlukan inovasi kreatif dan kecermatan menggali potensi yang ada di desa. 

“Penyertaan modal desa itu sangat terbatas sebab harus dibagi ke beberapa sektor. Sehingga harus ada yang kita pikirkan bagaimana cara kita tidak ketergantungan pada dana desa,” ungkapnya. 

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah desa, lembaga desa dan masyarakat desa diperlukan untuk kemajuan perekonomian desa. Ketiga aspek ini menjadi pilar kemandirian desa. 

Kepala Desa Jagara Umar Hidayat mengungkapkan, BUM Desa Mekar Jaya melakukan perencanaan penataan UMKM melalui program Wisata Kuliner Kreatif yang berlokasi tidak jauh dari Kantor Desa Jagara. 

“Secara komplek terfokus pada satu titik lokasi, kami berharap bisa terjalin kerja sama antara BUM Desa dengan patner,” katanya dalam rilis yang dikirimkan pada Kolom Desa, Selasa (18/2/2025). 

Kata Umar, BUM Desa Mekar Jaya hingga hari ini masih mempertahankan performanya dalam melakukan inovasi-inovasi berbasis kemasyarakatan. Hingga hari ini, BUM Desa telah mendapatkan apresiasi baik dengan mendapatkan fasilitas infrastruktur untuk pariwisata berupa dermaga perahu wisata di sekitar Wisata Resto Jagara Eco Park. 

“Kami juga telah menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan swasta untuk menyokong pertumbuhan usaha BUM Desa,” katanya. 

“Harapan kami demi kemajuan BUM Desa serta untuk mendukung capaian program pemerintah pusat, stakeholder terkait di lingkungan Pemda Kuningan, untuk bisa dan mampu membina dan mendorong BUM Desa supaya selangkah lebih maju,” tutupnya. 

Omzet BUM Desa Mekar Jaya

Pada 2024, BUM Desa Mekar Jaya memperoleh omzet sekitar Rp868 juta untuk disalurkan ke PADes. Sementara pada bulan September hingga Desember kemarin, mereka meraup omzet hingga Rp586 juta. “Target kami tahun ini (red:2025) dapat mencapai Rp1 miliar,” tegasnya. 

Kata Sofian, strategi endorsement oleh para wisatawan sangat berpengaruh. Cara ini lebih efektif dibanding dengan menjual dengan nama BUMDes di online marketplace. Strategi penyediaan fasilitas dokumentasi dari BUMDes Mekar Jaya patut dinilai berhasil. 

“Selama ini yang menjadikan kendala adalah kita bisa memproduksi namun tidak dalam memasarkan. Begitulah konsep ini terbangun,” katanya. 

Sofian berharap, BUM Desa Mekar Jaya selalu dapat menggali potensi dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di desa dan menjadikan nilai ekonomi untuk mendorong perekonomian desa dan sumber pendapatan BUM Desa.

Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya