Revitalisasi ‘Kali Resik’ Kedungcangkring: Inovasi Wisata, Tingkatkan Ekonomi Desa

Program Sido Resik di Desa Kedungcangkring berhasil merevitalisasi kali menjadi destinasi wisata edukasi dan ekonomi yang ramah lingkungan. Inisiatif ini mendukung pemberdayaan masyarakat, meningkatkan ekonomi lokal, dan menjaga kelestarian alam melalui konsep wisata tanpa tiket masuk, hanya biaya parkir dan wahana.
Wisata Kali Resik saat Malam Hari. Sumber: Dokumentasi Pemdes Kedungcangkring
Wisata Kali Resik saat Malam Hari. Sumber: Dokumentasi Pemdes Kedungcangkring

Kolomdesa, Sidoarjo Banyaknya sungai atau kali yang tidak terawat menimbulkan berbagai masalah baru, mulai dari kali yang penuh sampah hingga yang memiliki bau menyengat. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Desa Kedungcangkring dibantu dengan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo meluncurkan program wisata bernama Sido Resik.

Sido Resik adalah sebuah program revitalisasi fungsi Kali yang dimulai pada tahun 2023. Tujuannya untuk meningkatkan kebersihan, keindahan, dan pemanfaatan sungai sebagai eduwisata yang bernilai ekonomi bagi masyarakat desa.

Kepala Desa Kedungcangkring, Yudianto, menyatakan program Kali Resik ini sangat berguna bagi masyarakat desa. “Selain bertujuan untuk pemberdayaan warga, program ini juga dapat menghidupkan ekonomi desa,” urainya saat diwawancarai Kolomdesa, pada Selasa, (19/112024).

Yudianto menambahkan bahwa saat ini, lokasi Wisata Kali Resik Desa Kedungcangkring berada di bawah pengelolaan Balai Besar Wilayah Sungai Provinsi Jawa Timur, dan sedang dalam proses pengurusan perizinannya.

Wisata Sido Resik ini dilengkapi dengan beberapa spot-spot foto kekinian dan sentra UMKM, serta wahana permainan air. Dengan demikian, warga Sidoarjo tidak perlu pergi jauh untuk menikmati wisata atau berlibur bersama keluarga.

Yang menarik, wisata Sido Resik juga menawarkan pengalaman yang menyenangkan dengan suasana pedesaan yang asri, ditemani angin sepoi-sepoi dan keindahan lampu warna-warni yang menyinari sepanjang malam. 

“Ikon wisata airnya adalah perahu kano, yang memungkinkan wisatawan menikmati keindahan alam sekitar di malam hari dengan pemandangan lampu warna-warni yang memukau,” ujar Yudianto.

Revitalisasi ‘Kali Resik’ Kedungcangkring: Inovasi Wisata, Tingkatkan Ekonomi Desa

Wahana Kano di Wisata Kali Resik saat Malam Hari. Sumber: Dokumentasi Pemdes Kedungcangkring

Mengusung Keunikan dan Kuliner Khas Budaya Setempat

Wisata Sido Resik Desa Kedungcangkring juga memungkinkan wisatawan merasakan keunikan budaya dan tradisi setempat, serta mencicipi kuliner khas yang disajikan di tepi kanal.

“Wisatawan bisa menikmati keindahan alam yang asri, berbelanja, atau memanjakan lidah dengan kuliner khas di Sido Resik Kanal Mobel Desa Kedungcangkring,” jelasnya.

Yudianto berharap inisiatif ini dapat menjadikan desa wisata Sido Resik sebagai destinasi unggulan yang menarik minat wisatawan, mendukung ekonomi lokal, dan memberikan dampak positif bagi pelestarian lingkungan. 

“Konsep desa wisata ini akan membawa Kabupaten Sidoarjo maju, baik dalam pembangunan maupun kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.

Ia juga menambahkan bahwa seluruh elemen masyarakat, termasuk anak-anak muda dan Karang Taruna Desa Kedungcangkring, berperan aktif dalam menghadirkan ikon Sido Resik Kanal Mobel Kedungcangkring

“Peran serta dan kolaborasi seluruh elemen masyarakat sangat tinggi dalam menciptakan wisata desa ini. InsyaAllah usaha bersama kita ini akan menghasilkan hal yang baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Kedungcangkring,” tuturnya.

Revitalisasi ‘Kali Resik’ Kedungcangkring: Inovasi Wisata, Tingkatkan Ekonomi Desa

Wisata Kali Resik saat Malam Hari. Sumber: Dokumentasi Pemdes Kedungcangkring

Wisata Desa Sido Resik yang Ekonomis Tanpa Tiket Masuk

Desa Kedungcangkring yang berfokus pada inovasi desa tidak mematok harga masuk untuk wisata ini. Pemasukan desa untuk pemeliharaan Sido Resik hanya berasal dari uang parkir, yakni Rp 2.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil, sementara mitra (tenant) UMKM yang berjualan di tempat wisata dikenakan biaya kebersihan sebesar Rp 10.000.

“Kami tidak mematok tiket masuk karena tujuan kami adalah menciptakan tempat wisata yang ramah bagi masyarakat, dengan pemberdayaan yang komprehensif di dalamnya. Pengunjung yang ingin naik wahana hanya dikenakan biaya tambahan yang relatif murah, sekitar Rp 5.000-10.000,” jelas Yudianto.

Selain wahana perahu dan kolam untuk anak-anak, juga terdapat spot wisata “Gembok Jodoh Si Baju Merah”. Nama ini diambil dari cerita seorang Noni Belanda yang mengenakan baju merah dan menunggu kekasihnya. Wahana ini memungkinkan pengunjung untuk membeli gembok dan menuliskan nama mereka bersama pasangan, sehingga UMKM tetap bisa diberdayakan.

“Ya, itu cerita lama, tapi kami namakan seperti itu. Pengunjung bisa membeli gembok di dalam tempat wisata dan menuliskan nama mereka dengan pasangan, sehingga UMKM tetap bisa diberdayakan,” tambahnya.

Yudianto berharap upaya ini dapat meningkatkan kesadaran lingkungan dan mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayahnya.

“Dengan adanya kesadaran dan cinta terhadap lingkungan, warga dapat mendukung pembangunan berkelanjutan di Jabon,” harapnya.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya