Kolomdesa.com, Temanggung – Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Tirta Sembada berhasil meningkatkan pendapatan perekonomian warga desa melalui unit usaha yang dikembangkan. Salah satu unit usaha yang berhasil adalah unit usaha pertanian dengan konsep smart farming, yang hingga saat ini omzetnya mencapai ratusan juta.
Direktur BUM Desa Tirta Sembada, Hendi Nurseto mengatakan BUM Desa Tirta Sembada berdiri pada tahun 2020, berdasarkan Peraturan Desa Bansari Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Tirta Sembada.
Hendi menjelaskan, tujuan dari pembentukan BUM Desa ini untuk meningkatkan ekonomi warga dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.
“Pendirian BUM Desa ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga dan membuka lapangan pekerjaan yang luas,” kata Hendi.
Tak hanya memiliki unit usaha pertanian, BUM Desa Tirta Sembada juga memiliki unit usaha wisata embun, unit usaha pengelolaan air bersih dan unit usaha toko sembako yang bekerjsama dengan Agen BRILink.
Perjalanan BUM Desa Tirta Sembada
Terletak di kaki Gunung Sindoro, Desa Bansari di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah memancarkan keindahan alam yang memukau pada ketinggian 1.000-1.500 mdpl. Desa ini, meskipun terpencil, telah mengukir prestasi luar biasa sebagai pemenang Juara 1 Nugraha Karya Desa BRILian 2023 yang diadakan oleh BRI.
Kepala Desa Bansari, Herlan menjelaskan bahwa desanya unggul dalam berbagai potensi, terutama di sektor pertanian yang menerapkan konsep smart farming atau pertanian modern. Dengan fokus pada tanaman melon menggunakan sistem hidroponik berkualitas premium, desa ini berhasil memasarkan produknya tidak hanya di Jawa Tengah, tetapi juga mencapai Jakarta dan Bandung.
“Inovasi smart farming ini melibatkan Internet of Things. Pengukuran tingkat keasaman, kelembapan udara, dan angin dapat diakses dan dikendalikan melalui smartphone. Kolaborasi dengan kementerian, akademisi, dan BRI menjadi kunci suksesnya,” ungkap Herlan.
Selain pertanian, Desa Bansari juga dikenal dengan perkebunan tembakau dan kopi sebagai sumber ekonomi alaminya. UMKM di desa ini mengolah produk kerajinan kulit, kayu, dan sablon konveksi. Daya tarik wisata seperti Embung Bansari dan Festival Lembutan Tembakau turut melengkapi potensi desa ini.
Manajemen potensi Desa Bansari dilakukan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Tirta Sembada. Meskipun baru berdiri selama tiga tahun, BUM Desa ini berhasil menjadi pendorong ekonomi masyarakat melalui empat unit usaha utama.
Embung Bansari, destinasi wisata yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, menjadi salah satu keberhasilan BUM Desa. Selain itu, unit usaha melibatkan pertanian melon hidroponik, Sistem Pengelola Air Baku untuk Air Minum Pedesaan (SPAMDES), dan Warung Sembako dengan AgenBRILink menggunakan mesin EDC dari Bank BRI.
Di desa wilayah paling barat Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah ini, terdapat tujuh kelompok tani yang bercocok tanam dengan memanfatkan internet agar lebih efisien. Penerapan teknologi membuka peluang petani untuk menambah variasi komoditas, mendapatkan kepastian harga pada masa panen, menghemat air, dan pupuk.
Para petani di Desa Bansari sudah menanam melon, cabai, dan tomat. Pada walnya ada petani yang menanam kedua komoditas ini secara konvensional, tetapi dengan penerapan sistem pertanian pintar petani bisa melipatgandakan panen. Selain itu, buah yang dihasilkannya pun berkualitas premium.
Melalui sistem itu, semua tahapan bercocok tanam tercatat dan teragenda sehingga petani bisa memulai proses penyiapan lahan, pemilihan bibit, penanaman, hingga masa memanen dengan lebih presisi. Pengaturan masa tanam, pemberian pupuk, serta perawatan semua terjadwal. Jika ditanam secara konvensional bisa hanya dua kali masa panen dalam satu musim tanam. Hal itu akan berbeda jika ditanam dengan sistem pertanian pintar. Petani memetik hasilnya secara terus menerus selama dua tahun.
Tak hanya sebagai area bertani, rumah Hendi selaku Direktur BUM Desa ini yang halamannya luas menjadi sarana wisata edukasi, serta wahana permagangan bagi siswa dan mahasiswa. Penerapan pertanian dengan green house membawa perubahan dari pertanian konvensional yang fluktuatif ke pertanian modern yang pasarnya pasti dan harganya stabil.
Hasil olah tanah tanah petani itu kemudian dikirim ke mal-mal di kota besar juga menyuplai pabrik di Jabodetabek, Bandung, dan Semarang. Pemasaran komoditas pertanian di desa ini kian luas seiring meningkatnya pemanfaatan Internet dengan beragam kemudahan yang ditawarkan aplikasinya. Melalui pasar digital yang didukung kemudahan transaksi, hasil jerih payah petani mampu menyasar konsumen dengan harga tinggi.
Sebagian besar petani di desa ini belum menerapkan sistem pertanian modern dengan green house. Hal itu karena biaya awalnya yang dinilai tinggi. Ada anggapan bahwa pertanian modern itu mahal. Hendi lalu mengibaratkan menyiapkan lahan pertanian modern plus perantinya seperti membeli tanah pada pertanian konvensional. Biaya pembuatan satu green house yang memadai sekitar Rp 125 juta.
”Investasi awalnya terbilang besar. Green house yang baik bisa bertahan 25 tahun,” kata dia.
Modal, Pendapatan, Serapan Tenaga Kerja
Penyertaan modal awal BUM Desa Tirta Sembada ini berasal dari dana desa (DD) yakni pada tahun 2020 sampai tahun 2023. Dana tersebut kemudian dikembangkan untuk unit usaha yang dikembangkannya.
Pendapatan BUM Desa Tirta Sembada mengalami kenaikan signifikan pertahunnya. Hal ini didukung oleh berbagai unit usaha yang dikelola. Profitnya diperkirakan sebesar Rp 800 juta pertahunnya. Selain itu, BUM Desa Tirta Sembada juga telah menyumbang PADes pertahunnya.
Selain itu, BUM Desa Tirta Sembada juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat melalui unit usaha yang dikembangkannya. Untuk saat ini terdapat 16 tenaga kerja lokal yang terserap, baik yang tetap maupun yang tidak tetap.