Bisnis Bibit Tanaman di Desa Kebunrejo: Manfaatkan Lahan Sempit Dongkrak Ekonomi Lokal

Bisnis bibit tanaman BUM Desa Artha Manunggal di Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang melesat setelah sempat mati suri. Khoirul Saleh, Direktur BUM Desa Artha Manunggal memanfaatkan potensi SDM di sektor pertanian. Setidaknya, roda ekonomi di Desa Kebunrejo kembali berputar.
Khoirul Saleh, Direktur BUM Desa Artha Manunggal saat meninjau tanaman vanili. Sumber: Dokumentasi Khoirul Saleh.
Khoirul Saleh, Direktur BUM Desa Artha Manunggal saat meninjau tanaman vanili. Sumber: Dokumentasi Khoirul Saleh.

Kolomdesa.com, Magelang – Pondok Tani Kebonkliwon Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang dirimbuni dengan beberapa jenis tumbuhan beserta bibitnya. Mereka membudidayakan tumbuhan buah durian, kelengkeng, alpukat, jambu, vanili dan lainnya. 

Kebun tersebut menjadi bisnis yang dijalankan oleh BUM Desa Artha Manunggal. BUMDes tersebut berdiri sejak tahun 2018. Awalnya bergerak di bidang simpan pinjam dan sempat mati suri, lalu bangkit kembali dengan konsep yang baru, yaitu fokus pada sektor pertanian. 

Khoirul Saleh, Direktur BUM Desa Artha Manunggal bercerita bagaimana proses transisi fungsi BUM Desa. Pada saat itu, transaksi simpan pinjam di Desa Kebonrejo mengalami penurunan angka peminat. Namun, pemerintah desa melihat adanya peluang Sumber Daya Manusia di Kebunrejo. 

“Mayoritas penduduk desa itu kerjanya sebagai petani dan mereka punya keterampilan dalam pembibitan berbagai jenis buah-buahan. Peluang itu yang kami ambil,” ungkap Khoirul pada Kolomdesa.com, Senin (4/11/2024). 

Pria berusia 49 tahun itu menjelaskan, masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani juga dapat memperluas koneksi dalam pemasaran produk, serta saling menyebarkan pengetahuan. 

“Lumayan membantu masyarakat untuk menjual produk dan menambah kenalan bisnis,” katanya. 

Bisnis Bibit Tanaman, Vanili Jadi Produk Unggulan

Proses penjemuran vanili. Sumber: Dokumentasi Khoirul Saleh.
Proses penjemuran vanili. Sumber: Dokumentasi Khoirul Saleh.

BUM Desa Artha Manunggal kembali bergerak di tahun 2023. Khoirul Saleh ditunjuk sebagai Direktur BUM Desa. Usai peralihan jabatan, pengurus baru menerima dana Rp10 juta dari sebelumnya. Setelah itu pada 2023 lewat anggaran perubahan, pemerintah desa memberi bantuan modal sebesar Rp 40 juta.

Uang tersebut, jelas Khoirul, dialokasikan ke kebun kelengkeng seluas 5.000 meter persegi, vanili 5.000 meter persegi, durian dan buah lainnya sekitar 9.000 an meter persegi.

“Awal berjalan, karena anggarannya kurang, kita cari pendapatan dengan menjual bibit hingga 1.000 tanaman dan punya keuntungan Rp 14 juta, digunakan merawat kebun,” jelasnya.

Salah satu produk unggulannya adalah bibit vanili. Menurut Khairul, prospek tanaman vanili luar biasa. Karena kebutuhan vanili secara global setiap tahunnya bisa mencapai hampir 10 ribu ton.

“Sementara, saat ini Indonesia  baru bisa memberi sokongan kebutuhan vanili dunia baru sekitar 200 hingga 300 ton setiap tahunnya,” kata Khoirul.

Katanya, dengan memanfaatkan luas lahan pekarangan yang sempit sekitar 5 x 6 meter, petani bisa menanam beberapa pohon vanili. Saat berbuat, satu pohon dapat menghasilkan hingga dua kilogram vanili.

Masa panen vanili dari polinasi hingga sampai musim petik memerlukan waktu sekitar delapan hingga sembilan bulan dan tergantung ketinggian lokasi penanaman. 

“Untuk wilayah di Kecamatan Salaman dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut, musim petik memerlukan waktu sekitar delapan hingga sembilan bulan. Sedangkan, kalau ketinggiannya lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut, masa panen hampir satu tahun,” ujarnya.

Khoirul mengatakan, harga vanili basah di tingkat petani mencapai Rp 100 ribu per kilogramnya. Sementara  harga vanili kering tergantung kualitas kelas ekstraknya. 

”Untuk ekspor kualitas terbaik, harganya kisaran antara Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per kilogram. Tetapi di  tingkat petani, harga vanili kering sekitar Rp 750 ribu sampai Rp 1,5 juta per kilogram,” beber dia. 

Bisnis jual bibit masih berlanjut hingga sekarang. Rata-rata perbulan antara 500-1 juta tanaman, dan konsumennya tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

“Kami jual bibit untuk menaungi masyarakat supaya dapat bibit valid dan terjamin keasliannya,” katanya.

Strategi pemasarannya selain secara offline juga lewat penggunaan sosial media, market place dan bangun kemitraan dengan BUM Desa lain. salah satunya kawasan cagar budaya Borobudur, kampus dan pengusaha.

“Usaha ini cukup mendongkrak perekonomian warga, terutama yang tergabung dalam kelompok tani,” bebernya.

Membuka Peluang Investasi

Bisnis Bibit Tanaman di Desa Kebunrejo: Manfaatkan Lahan Sempit Dongkrak Ekonomi Lokal
Proses perawatan vanili oleh Khoirul Saleh. Sumber: Kanal Desa.

Selain merangkul kelompok tani, BUM Desa Artha Manunggal membuka keran investasi dengan sistem sharing profit di sektor pertanian buah.

“Sudah ada masuk investor tiga orang dengan target se hektar Rp100 juta untuk kebun pepaya. Dalam 3 tahun kita kembalikan modalnya, 1,5 tahun BEP dan di 3 tahun sharing profit 50:50,” jelas Khoirul.

Penjajakan terus dilakukan dengan berbagai pihak yang potensial, termasuk dengan penduduk lokal. Menurutnya, investor dari luar desa pun sudah terdaftar dan dilaporkan kepada warga desa untuk mendapatkan daya tarik.

“Masyarakat percaya dan akan menaruh uangnya ke BUM Desa untuk dikelola, kemudian kita garap menjadi suatu usaha dan pemasaran dilakukan seluruh masyarakat Kebunrejo, akan cepat terkenal, viral, laku,” katanya.

Menurutnya Khoirul, budidaya vanili ini tergolong mudah dan bisa ditanam pot. Sementara itu, vanili salah satu produk unggulan dari Indonesia dan memiliki permintaan besar di dunia.

“Indonesia baru bisa memberi sokongan kebutuhan vanili dunia baru sekitar 200 hingga 300 ton setiap tahunnya,” imbuh dia.

Vanili juga bisa dibudidaya dalam pekarangan terbatas. Satu pohon vanili juga tergolong produktif dan bisa menghasilkan dua kilogram per pohonnya dalam waktu delapan hingga sembilan pohon tergantung dari lokasi penanaman.

Harga vanili di tingkat petani mencapai Rp 100 ribu per kilogram tergantung dari kualitasnya. Bahkan, kualitas terbaik vanili bisa menembus harga Rp 3 juta per kilogram sesuai standar ekspor.

Potensi pasar lokal dan dunia akan vanili terbuka lebar dan berpotensi turut mendongkrak kesejahteraan warga desa. Budidaya ini pun bisa dilakukan oleh keluarga-keluarga di desa dengan bekal ketelatenan.

Ajak BUM Desa Lain Berkolaborasi

BUM Desa Artha Manunggal mengepakkan sayap pemasarannya hingga ke Kalimantan dengan menggandeng BUM Desa lain. Menurutnya, Kalimantan menjadi wilayah paling banyak peminat.

“Kita kolaborasi dengan BUMDes lain yang punya lahan sayur luas, karena kita punya permintaan sayur ke Kalimantan, seminggu itu paling tidak 2-3 truk dikirim secara berkesinambungan,” ucapnya.

Kata Khoirul, Desa Kebunrejo punya potensi yang besar. Kondisi wilayahnya yang dataran rendah, berkontur naik turun tapi bukan berbukit, cocok ditanami tumbuhan buah. Di samping itu, kondisi irigasi yang tidak pernah surut, bisa diandalkan menopang pengairan.

“Kebun buah yang saat ini ditanam, dalam dua tahun lagi akan menghasilkan. Ini investasi jangka panjang. Kedepan jika sudah menghasilkan, rencana akan disulap menjadi destinasi wisata petik buah,” ucapnya.

Pria kelahiran Magelang Jawa Tengah ini juga punya rencana untuk ajak masyarakat berkolaborasi. Penduduk desa yang memiliki lahan pekarangan walau terbatas akan diminta menanam.

Tujuannya mau menyulap Desa Kebunrejo menjadi sentral buah dan bibit. Prosesnya warga didampingi, tanamannya akan diberikan barcode untuk pemantauan jarak jauh kondisi kesehatannya.

Teknik ini juga sebagai cara untuk meyakinkan masyarakat tentang keberadaan BUMDes Artha Manunggal.

“Jika sudah jadi sentral, setiap ada permintaan kita tinggal ambil dari warga dan jadi tambahan pendapatan. Ini juga bisa jadi cara kemandirian pangan,” tutupnya.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya