Sejahterakan Ekonomi Warga, Pemdes Ngoro Sukses Budidayakan Ayam Petelur

Kandang ayam petelur di Desa Ngoro akan diperluas dengan penambahan kandang kambing etawa. Sumber : Farisma/jprm
Kandang ayam petelur di Desa Ngoro akan diperluas dengan penambahan kandang kambing etawa. Sumber : Farisma/jprm

Kolomdesa.com, Mojokerto – Pemerintah Desa Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, telah berhasil membudidayakan ayam petelur sebagai upaya untuk menyuplai kebutuhan pangan bagi warganya. Program ini tidak hanya memastikan asupan gizi masyarakat terpenuhi, tetapi juga memberikan harga jual telur yang lebih rendah dibandingkan harga pasar.

’’Kami memanfaatkan peluang di kawasan industri. Karena kalau daging ayam atau sapi, sudah banyak yang menyuplai. Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan warga baik saat hari raya kurban atau untuk aqiqah,’’ ungkap Kepala Desa Ngoro, Suryo Prihatono. Rabu (30/10/2024).

Suryo menyampaikan untuk selanjutnya, Pemdes Ngoro merencanakan pengembangan budidaya kambing etawa guna meningkatkan perekonomian desa dan menambah pendapatan warga. Sebagai langkah lanjutan, Tanah Kas Desa (TKD) seluas setengah hektare telah dialokasikan sebagai pusat peternakan terpadu untuk ayam petelur dan kambing etawa.

Suryo menjelaskan bahwa kambing etawa dipilih karena nilai jualnya yang tinggi, terutama menjelang hari raya Idul Adha, kebutuhan aqiqah, hingga konsumsi harian pekerja di kawasan industri sekitar.

Tahap awal, Pemdes Ngoro akan mencoba mengembangkan 10 indukan kambing etawa dengan modal sekitar Rp 120 juta. Budidaya ini akan bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan diproyeksikan berjalan selama dua tahun untuk mendapatkan hasil optimal. Nantinya, kambing etawa akan dijual sesuai harga pasar, yakni sekitar Rp 3,5 juta hingga Rp 4,5 juta per ekor pejantan dan Rp 3 juta hingga Rp 4 juta untuk betina siap kawin.

Dengan program tersebut, Suryo optimistis, pendapatan desa kian meningkat. Sehingga keuntungan yang didapat bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan yang berjalan di desa setiap tahunnya.

’’Kalau untuk warga sendiri, akan diberikan harga khusus yang lebih rendah. Kami ingin merealisasikan desa mandiri, sehingga tidak tergantung dengan bantuan dari pemerintah pusat,’’ imbuhnya.

Sebagai informasi, sejak Maret lalu, Pemdes Ngoro telah berhasil mengelola 400 ekor ayam petelur cokelat yang mampu menghasilkan telur dalam jumlah besar setiap harinya, mulai dari 10 hingga 20 kg per hari.

Harga telur dijual sebesar Rp 25 ribu per kg, lebih murah dibandingkan harga pasar, dengan batas maksimal pembelian 2 kg per warga untuk menjaga pemerataan.

’’Kami batasi setiap orang bisa membeli telur maksimal 2 kg,’’ pungkasnya.

Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *