Lansia di Desa Lesah Kecewa Namanya Hilang dari Daftar Penerima BLT

Warga Desa melapor ke perangkat desa lantaran namanya tidak disebut saat pembagian BLT DD. Sumber: Tribunnews.com.
Warga Desa melapor ke perangkat desa lantaran namanya tidak disebut saat pembagian BLT DD. Sumber: Tribunnews.com.

Kolomdesa.com, Siau – Lansia di Desa Lesah, Kecamatan Tagulandang Induk, Kabupaten Siau mengaku namanya terhapus sebagai penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Kondisi itu diketahuinya lantaran, hingga saat ini ia tidak menerima bantuan tersebut.

“Terakhir saya terima BLT pada tahun 2023,” ucap Warga Desa Kesah, Yucetin Makakombo, Rabu (23/10/2024).

Akibat namanya terhapus dari data penerima BLT, Yosetin mengaku bingung, kenapa kejadian itu bisa terjadi.

“Saya bingung dengan kondisi ini, tak tahu alasan apa sampai namanya sudah tidak ada dalam daftar penerima BLT” benernya.

Menurut Yosetin, saat terakhir kali memperoleh dana BLT, ia mengaku tidak mendapat informasi apa-apa, hingga ia mengetahui namanya terhapus dari daftar.

“Tidak ada informasi jelas dari pemerintah di Desa Lesah,” ungkap Yosetin.

Yosetin mengaku, dirinya baru mengetahui informasi namanya hilang dari daftar karena ada pembagian BLT. Ia mengaku, namanya tidak dipanggil oleh pendamping BLT.

“Waktu penyampaian lewat pengeras suara di Kampung (Desa) Lesah nama saya tidak ada dalam daftar penerima BLT,” ujar Yucetin.

Yosetin merasa kecewa atas penghapusan namanya dari penerima BLT. Sebab, saat ini ia tinggal sendirian, dan anak-anaknya sudah jauh darinya.

“Saat ini saya sendirian di rumah, anak-anak sudah tinggal di Kota Manado, sebut Yosetin.

Sementara itu, Kepala Desa Lesah Hendra Derak menjelaskan, BLT yang merupakan program Presiden Jokowi ini mulai disalurkan pada tahun 2020. Saat ini, penerima BLT lebih dikerucutkan ke warga miskin ekstrem.

“Saat ini penerimanya sudah sikerucutkan,” terang Hendra.

Menurut Hendra, akibat penyesuaian data sesuai dengan kriteria, penerima BLT di desanya yang semula ratusan kini tinggal puluhan penerima manfaat BLT.

“Saat ini, di tahun 2024 berkurang lagi menjadi 24 orang penerima,” sebut Hendra.

Hendra mengatakan terjadi pengurangan penerima karena menyesuaikan dengan anggaran yang ada. Bisa saja nantinya akan ditiadakan jika memang sudah tidak ada anggaran lagi untuk BLT.

“Untuk tahun 2024 ini memang torang (kami) memilih warga yang memang sudah sangat tua, yang kami anggap berhak menerima. Prosesnya dilakukan oleh Kapitalau dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa),” ujar Hendra.

Hendra menjelaskan, terkait warga atas nama Yucetin Makakombo. Saat verivikasi berkas, yang bersangkutan tidak berada di rumah.

“Ibunya saat itu, ada di Kota Manado,” terang Hendra.

“Karena yang bersangkutan tidak ada dirumah, BPD dan Perangkat Kampung Lesah tidak lagi memasukkan dalam daftar penerima bantuan tersebut,” jelas Hendra.
Bukan hanya itu, alasan lain saat musyawarah desa. Menurut Hendra, BPD menemukan pendapat Ibu Yusetin masih terbilang mampu.

“Apalagi ibu Yucetin itu masih boleh (bekerja) dan mendapatkan uang sendiri. Jadi kami juga melihat yang memang benar-benar sudah tidak bisa apa-apa,” papar Hendra.

Sekretastis Daerah (Sekda) Sitaro, Denny Kondoj menambahkan dalam hal penyaluran BLT semua yang berhak pasti akan menerima BLT. Termasuk Ibu Yusetin, jika memang kondisinya membutuhkan pada saat priode mendatang ada pendataan.

“Kita menjunjung asas keadilan yang penting semua memenuhi syarat,” pungkas Denny.

Penulis: Fuji
Editor: Azi

Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *