Sinergitas Inovasi Desa Ambengan: Pertanian Organik, Pengelolaan Sampah, Hingga Digitalisasi Transaksi

Desa Ambengan menjadi salah satu desa dengan pengembangan inovasi terintegrasi dengan sistem digital. Pengolahan sampah dan penggunaan pupuk organik menjadikan desa ini lebih produktif.
Pengaplikasian GVe-Money oleh pelaku wisata di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Sumber: Dokumentasi Nyoman Seri.
Pengaplikasian GVe-Money oleh pelaku wisata di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Sumber: Dokumentasi Nyoman Seri.

Kolomdesa.com, BulelengDesa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng merupakan salah satu desa yang aktif dalam pengembangan inovasi. Berada di wilayah topografi yang kompleks, Desa Ambengan memiliki potensi alam yang cukup besar.

Letak desa ini cukup dekat dengan daerah pesisir sejajar dengan garis pantai terpanjang di Provinsi Bali, serta daerah perbukitan yang membentang pada wilayah bagian selatan Buleleng. 

Peluang potensi alam tersebut dimanfaatkan oleh Pemerintah Desa Ambengan. Mereka menginventarisasi potensi-potensi menjadi salah satu produk unggulan desa. Inovasi yang mereka jalankan hingga hari ini antara lain adalah pengelolaan sampah terpadu, pertanian organik dan digitalisasi transaksi. 

Menurut Kepala Desa Ambengan Nyoman Seri, pengembangan inovasi ditujukan untuk mendukung segala sektor yang masih berkaitan dengan hajat hidup masyarakat di Desa Ambengan. 

“Ketiga inovasi ini diharapkan dapat bersinergi agar praktik-praktik kemasyarakat jadi lebih mudah,” ungkap Nyoman Seri kepada Kolomdesa.com, Senin (7/10/2024). 

Gaungkan Pupuk Organik 

Perayaan panen padi menggunakan pupuk organik di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Sumber: Humas Pemerintah Desa Ambengan.
Perayaan panen padi menggunakan pupuk organik di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Sumber: Humas Pemerintah Desa Ambengan.

Desa Ambengan menerapkan pertanian menggunakan pupuk organik sejak tahun 2022. Program inovasi ini mulai dijalankan di beberapa kawasan persawahan di Desa Ambengan. 

Seluas 3 hektar lahan persawahan menggunakan sistem pemupukan organik berhasil dipanen pada bulan lalu. Menurut Nyoman, pihak pemerintah desa memprioritaskan lahan sawah dengan struktur tanah terburuk.  

“Kami sengaja pilih lahan yang paling jelek tanahnya sebagai percontohan biar masyarakat itu benar-benar percaya kalau sistem pemupukan organik ini benar-benar jitu,” katanya. 

Penggunaan pupuk organik pada area persawahan, lanjutnya, bukan hanya menghasilkan padi organik yang bebas bahan kimia, namun juga membantu mengatasi kerusakan tanah, yang selama ini menyebabkan menurunnya hasil dan memicu gagal panen.

Sebelumnya padi yang ditanam mengalami penurunan kualitas karena faktor cuaca. Letak geografis yang terhimpit perbukitan juga membuat padi kekurangan sinar matahari sehingga pertumbuhan menjadi sedikit terhambat.

“Ini yang masih menjadi tantangan kami,” tukas Nyoman. 

Penggunaan pupuk organik berhasil meningkatkan kualitas padi. Masyarakat desa juga dapat menekan jumlah pengeluaran biaya sejak 3 tahun terakhir. 

Untuk memaksimalkan mutu, Pemerintah Desa Ambengan menggandeng dua klaster antara lain peneliti akademisi, wirausahawan yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Pribumi Indonesia (HIPPI), BUM Desa dan Lembaga Keuangan Desa. 

Hasil produk kemitraan ini bernama Pornas atau Pupuk Organisasi. “Kedepannya program ini merupakan program unggulan yang telah dipadukan berbagai elemen atau sosok masyarakat yang ada,” terang Nyoman. 

Sebelum digunakan di Desa Ambengan, pupuk organik ini sudah berhasil diterapkan oleh petani di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, dan di Desa Poh Bergong, Kecamatan Buleleng. Tidak hanya untuk padi, namun pupuk ini juga bisa digunakan pada pohon coklat, durian, bahkan juga dapat dijadikan pakan ternak.

Olah Sampah Jadi Cuan

Selain menggunakan pupuk organik, Pemerintah Desa Ambengan pula memaksimalkan misinya dalam mengembalikan mikroorganisme alam yang tergerus akibat bahan kimia dan plastik dengan mencanangkan inovasi pengolahan sampah yang dikomandoi oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) Ambengan Mantap. 

Kegiatan Forum Group Discussion Pilah Sampah Berbasis Sumber yang diadakan di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Sumber: Humas Pemerintah Desa Ambengan.
Kegiatan Forum Group Discussion Pilah Sampah Berbasis Sumber yang diadakan di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Sumber: Humas Pemerintah Desa Ambengan.

Pokmas ini memiliki tugas dan fungsi di berbagai kebutuhan masyarakat desa dari sosialisasi kemasyarakatan, pengolahan sampah hingga penanggulangan bencana. 

Sistem yang digunakan di Desa Ambengan cukup unik. Sampah-sampah yang dikumpulkan dan disetorkan kepada Pokmas dapat ditabung dan ditukar dengan emas sewaktu-waktu. 

Konsep penukaran sampah dengan emas ini diprogram oleh BUMN Galleri 24 dan diproses oleh BUM Desa. Masyarakat dapat mengambil emas yang sudah ditakar sekitar 0,3 gram atau setara dengan harga 300 ribu. 

“Program ini baru kami jalankan dan saat ini masih diikuti oleh kerabat yang tergabung dalam Pokmas, namun saya optimis dengan inovasi ini,” tutur Nyoman.

Dampak dari pengolahan sampah sejauh ini cukup terasa, lanjut Nyoman, kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan semakin meningkat. Mereka juga dapat belajar mandiri dalam pemilahan sampah dari rumah mereka masing-masing. 

“Target kami adalah menjamin lingkungan hidup lebih bersih dan sehat,” katanya. 

Mengintegrasi Inovasi dengan Digitalisasi

Pendaftaran Merchant GVe-Money untuk masyarakat Desa Ambengan. Sumber: Dokumentasi Nyoman Seri.
Pendaftaran Merchant GVe-Money untuk masyarakat Desa Ambengan. Sumber: Dokumentasi Nyoman Seri.

Kedua inovasi Desa Ambengan di atas telah menerapkan sistem secara digital. Menurut Nyoman, digitalisasi di Desa Ambengan tak memiliki kendala berarti sebab  masyarakat pun familiar akan penggunaan gawai pintar. 

Sampah yang disetorkan kepada Pokmas akan langsung dibayar oleh pihak BUM Desa lewat aplikasi GVe-Money. Aplikasi dengan metode serba QRIS ini akan menyimpan saldo warga setelah menjual sampahnya. Saldo tersebut juga dapat ditukar dengan emas fisik jika telah mencapai target. 

Selain itu, masyarakat dapat membeli pupuk organik dengan transaksi digital melalui aplikasi ini. Menurut Nyoman, digitalisasi transaksional ini sangat mempermudah aktivitas warga. 

“Sekali pun desa kami cukup di pedalaman, inovasi ini sangat membantu masyarakat,” kata dia. 

Menurut Nyoman, saat ini pengembangan aplikasi masih terus dilakukan. Pengembangan inovasi ini juga dikelola oleh BUM Desa dengan menggandeng masyarakat lokal yang memiliki keahlian dalam bidang IT. 

“Hari ini ada 4 orang warga lokal yang mengurus aplikasi ini,” ungkapnya. 

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya