Kolomdesa.com, Jakarta – Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) yang dijalankan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama International Fund Agriculture Development (IFAD) telah berhasil mengubah pola pikir masyarakat desa dalam pemanfaatan Dana Desa.
Jika sebelumnya Dana Desa lebih banyak digunakan untuk kebutuhan konsumtif seperti pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau pembangunan infrastruktur, kini masyarakat mulai memanfaatkannya untuk inisiatif ekonomi yang lebih produktif dan berkelanjutan.
“Kami juga sudah mengkonfirmasi dampak bahwa masyarakat atau pola pikir masyarakat dalam hal penggunaan Dana Desa ini sudah berubah dari sekedar menggunakan untuk biaya sehari-hari menjadi kegiatan yang bermanfaat secara ekonomi,” ujar Country Director IFAD Indonesia, Hani El Sadani, Selasa (01/10/2024).
Perubahan ini, lanjut Hani, menunjukkan bahwa Program Tekad tidak hanya memberikan intervensi pada aspek ekonomi, tetapi juga berhasil menanamkan mindset baru dalam tata kelola keuangan desa. Selain itu, Program Tekad juga membantu masyarakat desa untuk merencanakan masa depan ekonomi mereka dengan lebih baik.
Dengan demikian, Program Tekad mengajarkan desa-desa untuk memiliki visi ekonomi yang jelas, menetapkan tujuan jangka panjang, dan mencari peluang usaha yang bisa mendukung kesejahteraan desa secara berkelanjutan.
Hani pun mengungkapkan pengalamannya saat mengunjungi desa-desa sasaran. Ia menjumpai seorang ibu di Raja Ampat, Papua Barat, telah menggunakan hasil penjualan abon ikan dari lahan Demplot untuk membiayai pendidikan anaknya dan memberikan makanan bergizi bagi keluarganya.
“Mungkin tadi cerita saya hanya datang dari satu desa saja, tapi Tekad hadir unuk menghadirkan perubahan pola pikir agar masyarakat bisa memiliki goals dan rencana dan berpikir depan untuk mencari peluang ekonomi,” ujarnya.
Sebelumnya, pemanfaatan Dana Desa di wilayah tersebut kurang terarah pada kegiatan ekonomi produktif. Namun, kehadiran Tekad telah mendorong masyarakat untuk berpikir lebih strategis dalam memanfaatkan potensi ekonomi lokal yang dimiliki.
Kisah lain datang dari seorang Kepala Desa di Papua yang mengakui bahwa sebelum Tekad hadir, tidak ada aktivitas ekonomi yang signifikan di desanya. Namun setelah adanya Program Tekad, ada perubahan sosial dan ekonomi yang lebih positif dan terarah.
Untuk itu, IFAD sebagai mitra pendanaan internasional dari program Tekad, akan terus memberikan dukungan penuh untuk memastikan keberlanjutan program ini.
“IFAD akan terus menjadi memberikan komitmennya dalam menghadirkan keberlanjutan Tekad dan terus berusaha agar proyek ini bisa menghadirkan tujuan pengembangan sebelum projek ini selesai,” ujarnya.
Dengan berbagai capaian tersebut, Program Tekad bukan hanya sekadar program pembangunan ekonomi, tetapi juga menjadi model pemberdayaan yang bisa direplikasi di daerah lain. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa perubahan pola pikir masyarakat dan pendekatan yang tepat dalam pemanfaatan Dana Desa dapat menjadi kunci untuk menciptakan kemandirian ekonomi di desa-desa tertinggal dan sangat tertinggal di Indonesia.
Penulis: Habib
Editor: Rizal