Beda dengan Daerah Lain, Warga Desa di Jombang Punya Tradisi Grebeg Tahu

Tradisi Grebeg Tahu warga Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. Sumber: Facebook Roberto Olivero
Tradisi Grebeg Tahu warga Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. Sumber: Facebook Roberto Olivero

Share This Post

Kolomdesa.com, Jombang – Warga Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang memiliki tradisi yang berbeda dari biasanya, yaitu grebeg tahu. Jika pada umumnya tradisi seperti ini menggunakan buah-buahan, sayuran, dan hasil pertanian lainnya, warga desa Sumbermulyo secara khusus menggunakan tahu.

Festival Grebeg Tahu merupakan bagian dari rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan HUT Jam’iyah Mahabbaturrosul ke-60. Jam’iyah Mahabbaturrosul (JMR) adalah kegiatan keagamaan dengan puncak perayaannya bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Tradisi ini diselenggarakan sejak 2019 oleh panitia HUT JMR Dusun Sumbermulyo, kemudian tahun 2022 dilanjut di Dusun Kebon Melati dan 2023 di Dusun Subentoro. Sedangkan pada tahun ini bertepatan di Sumbermulyo lagi. Insyaallah pada tahun depan di Dusun Semanding,” kata Lukman Hakim Sekretaris Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang saat diwawancarai Kolom Desa.

Grebeg Tahu terakhir diadakan di Dusun Sumbermulyo pada Jumat, 20 September 2024 dan telah menjadi kegiatan rutin tahunan para warga. Tradisi ini telah menjadi bagian penting dari budaya warga Sumbermulyo sebagai bentuk ungkapan syukur atas rezeki yang mereka terima di desa tersebut.

“Mulai 2019 sampai 2023, peserta Grebek Tahu adalah pengusaha tahu dari 3 desa, yaitu Sumbermulyo, Mayangan dan Ngumpul, sedangkan untuk di 2024 ini hanya 1 desa yaitu Sumbermulyo yang diikuti sebanyak 25 pengrajin tahu,” ujarnya.

Hal yang melatarbelakangi munculnya tradisi Grebeg Tahu karena sebagian besar warga Desa Sumbermulyo mengandalkan penghasilan dari usaha pengolahan tahu. Sebagian besar penduduknya atau sekitar 80 persen menjalankan usaha rumahan tersebut.

Wajar jika daerah ini telah menjadi icon dan terkenal sebagai pusat produksi tahu di Kabupaten Jombang. Maka melalui tradisi ini, mereka berharap bisa mendapatkan berkah untuk diri mereka sendiri serta seluruh masyarakat desa Sumbermulyo.

“Tujuan kegiatan ini untuk sedekah para pengusaha tahu, khususnya warga Dusun Sumbermulyo yang mana sampai saat ini masih bisa memproduksi tahu dan diminati oleh warga jawa timur khususnya,” jelas Lukman yang juga merupakan penggagas tradisi Grebeg Tahu.

Acara tersebut menjadi kesempatan bagi para pengusaha tahu untuk memamerkan hasil produksinya yang kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Selain itu, kegiatan ini juga ditujukan sebagai sarana promosi desa yang telah dikenal sebagai ikon pusat produksi tahu.

Festival Grebeg Tahu telah menjadi tradisi kebanggaan Kabupaten Jombang secara umum. Tidak heran jika masyarakat dari desa sekitar maupun luar daerah menunjukkan antusiasme yang sangat besar dalam menghadiri kegiatan tersebut.

Mereka para pengunjung berangkat dengan membawa kantong kresek yang akan digunakan untuk menampung tahu saat prosesi rebutan. Melalui kegiatan ini, Grebeg Tahu mencerminkan semangat kepedulian sosial yaitu saling berbagi antar sesama.

Beda dengan Daerah Lain, Warga Desa di Jombang Punya Tradisi Grebeg Tahu
Pertunjukan Barongsai dalam Tradisi Grebeg Tahu. Sumber: Facebook Roberto Olivero

Prosesi Festival Grebek Tahu

Para pengusaha tahu biasanya mempersiapkan selama satu minggu sebelum mengikuti acara Grebek Tahu. Setiap perusahaan berusaha menghias tumpeng tahu mereka dengan cara yang paling kreatif dan unik guna menarik perhatian masyarakat.

Tahu yang dibentuk menyerupai gunungan kemudian diarak dari garis start menggunakan mobil bak terbuka. Mobil tersebut juga dihias dengan ornamen pelengkap yang memperindah tampilan tumpeng tahu.

“Biaya yang ditelan masing-masing rangkaian gunungan bisa menghabiskan anggaran kisaran 3 juta,” jelas Lukman.

Tahun ini, acara Grebeg Tahu dimulai dari Dusun Sumanding dan berakhir di Dusun Sumbermulyo. Selain itu, masyarakat yang hadir juga disuguhkan berbagai hiburan seperti parade sound system, serta penampilan tari Barongsai yang dibawakan oleh warga Desa Mojongapit.

“Para pengunjung juga disuguhkan hiburan berupa Barongsai/Leang-leong, Musik Patrol dan parade Sound Sistem. Hiburan tersebut dikawal oleh setiap gunugan dan karyawan pabrik tahu itu sendiri,” ujarnya Lukman.

Gunungan tahu yang diangkut dengan mobil pick-up disusun rapi dan jalan sesuai urutan nomornya. Begitu tiba di garis finish, puluhan gunungan tahu diizinkan untuk parkir di lokasi yang telah ditentukan.

Saat doa masih bergema, biasanya ribuan warga menyambut kedatangan tahu yang telah ditumpuk dan dihias. Tanpa menunggu lama, masyarakat yang mengelilingi tumpukan tahu langsung berlarian untuk berebut mengambilnya.

Beda dengan Daerah Lain, Warga Desa di Jombang Punya Tradisi Grebeg Tahu
Salah satu bentuk hiasan gunungan tahu. Sumber: Facebook Roberto Olivero

Sejarah Tradisi Grebek Tahu

Sumbermulyo, salah satu desa dengan sejarah yang sangat panjang, dikenal sebagai Sumbersapon pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942, dan ada pula yang menyebutnya sebagai desa Sumberpeking.

Usaha produksi tahu di Desa Sumbermulyo sendiri dimulai pada tahun 1955 dengan skala kecil dan metode pembuatan yang masih tradisional. Pada tahun 1980-an, desa ini mulai dikenal oleh masyarakat luas sebagai pusat penghasil tahu di Jombang.

Seiring dengan berjalannya waktu, produksi tahu telah meningkat, baik dari segi proses pengolahan, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, maupun pasar. Home industri memainkan peran yang sangat signifikan dalam industri tahu ini, mereka memberikan dampak besar terhadap perekonomian masyarakat setempat.

Jam’iyah Mahabbaturrosul pertama kali diselenggarakan pada tahun 1964 oleh KH Solihin Hamzah, pengasuh Pondok Pesantren Al Ghozaliyah, di Dusun Sidowaras. Sampai sekarang, tradisi peringatan Jam’iyah Mahabbaturrosul masih terus dilaksanakan setiap tahun.

Bersamaan dengan peringatan itu, para pengusaha tahu sejak 2019 memanfaatkan potensi desanya dan memperkenalkan produksi tahunya kepada masyarakat Jombang. Tiada lain diharapkan dapat meningkatkan usaha-usaha lokal sehingga lebih berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas.

“Ide awal adalah inisiatif panitia HUT ranting JMR sumbermulyo dan sampai saat ini sudah berjalan 4 tahun di mulai tahun 2019. Dalam kegiatan tersebut panitia bekerja sama dengan UMKM dan sukses digelar saat itu, sehingga sampai saat ini telah dikenal di mana-mana,” pungkas Lukman.

Editor: Mukhlis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya