Suweg Lapis Genggong, Kuliner Khas Probolinggo yang Menggugah Selera

Suweg Lapis Genggong, Sumber: opop.jatimprov.go.id
Suweg Lapis Genggong, Sumber: opop.jatimprov.go.id

Share This Post

Kolomdesa.com, ProbolinggoKabupaten Probolinggo kini memiliki kuliner baru yang menjadi sorotan, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Salah satu kuliner yang wajib dicoba adalah Suweg Lapis Genggong, sebuah inovasi yang tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menawarkan kekayaan budaya lokal dalam bentuk makanan. Kuliner ini sangat cocok dijadikan buah tangan, karena rasanya yang khas dan keunikan bahan dasarnya yang tidak biasa.

Suweg Lapis Genggong adalah produk istimewa yang dihasilkan oleh Pesantren Zainul Hasan Genggong, sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya fokus pada pembelajaran agama, tetapi juga melibatkan santri dalam aktivitas kreatif dan produktif. Kuliner ini hadir sebagai bentuk pengembangan ekonomi lokal dengan mengedepankan kekayaan sumber daya alam Probolinggo, khususnya dalam pemanfaatan umbi-umbian. Produk ini tidak hanya menarik perhatian karena rasa dan teksturnya yang unik, tetapi juga karena bahan baku utamanya yang berbeda dari kue-kue pada umumnya.

“Suweg Lapis Genggong merupakan salah satu contoh inovasi kuliner yang sangat menarik. Menggunakan bahan umbi suweg sebagai bahan utama, produk ini tidak hanya menawarkan cita rasa yang unik dan manfaat kesehatan, seperti menurunkan kadar gula darah. Inisiatif pesantren untuk mengembangkan dan mempromosikan produk ini patut diapresiasi, karena dapat menjadi potensi ekonomi daerah dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat umbi suweg”, ungkap Faris salah satu alumni Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.

Jika mendengar kata “brownis”, kebanyakan orang akan langsung terbayang kue yang lembut dengan rasa coklat yang pekat, terbuat dari tepung terigu sebagai bahan dasar. Namun, Suweg Lapis Genggong menawarkan sesuatu yang berbeda. Kue ini dimodifikasi dengan menggunakan umbi suweg sebagai bahan utama. Umbi suweg sendiri merupakan bahan pangan lokal yang jarang digunakan dalam pembuatan kue modern, namun di tangan para inovator dari Pesantren Zainul Hasan, umbi ini diolah menjadi sesuatu yang istimewa.

Suweg, yang dikenal sebagai umbi kaya karbohidrat, memiliki tekstur yang mirip dengan talas atau singkong, tetapi dengan rasa yang lebih halus dan sedikit manis alami. Penggunaan umbi suweg dalam pembuatan kue brownis ini memberikan cita rasa yang berbeda, lebih ringan namun tetap lembut di lidah, serta memberikan aroma yang khas. Bahan dasar ini tidak hanya menambah keunikan pada rasa, tetapi juga meningkatkan nilai gizi dari kue tersebut, menjadikannya alternatif yang lebih sehat dibandingkan dengan brownis biasa yang menggunakan tepung terigu.

Suweg Lapis Genggong, Kuliner Khas Probolinggo yang Menggugah Selera
Suweg Lapis Genggong, Sumber: Shopee Suweg Lapis Genggong

Asal-usul Suweg Lapis Genggong

Suweg Lapis Genggong dapat dilacak kembali ke potensi alam Kabupaten Probolinggo, yang kaya akan hasil pertanian, salah satunya adalah umbi suweg. Umbi ini telah lama tumbuh subur di wilayah tersebut, namun belum banyak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat. Melihat melimpahnya potensi umbi suweg di daerah tersebut, Pesantren Zainul Hasan Genggong merasa terpanggil untuk mengolah bahan ini menjadi produk yang tidak hanya bernilai ekonomis tinggi, tetapi juga berpotensi memperkaya khasanah kuliner lokal.

Pada tahun 2018, pesantren memulai inisiatif untuk mengkaji lebih dalam tentang cara mengolah umbi suweg. Inisiatif ini bukanlah langkah yang instan, melainkan melalui proses riset yang mendalam dan penuh pertimbangan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menemukan cara mengolah umbi suweg yang melimpah agar bisa menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi sekaligus menarik minat pasar. Dalam riset ini, pesantren tidak hanya berfokus pada aspek pengolahan bahan, tetapi juga pada rasa, tekstur, dan kemasan produk yang bisa bersaing di dunia kuliner modern.

Pesantren Zainul Hasan Genggong, sebagai salah satu lembaga pendidikan agama yang aktif terlibat dalam pengembangan ekonomi lokal, mengedepankan pendekatan yang menyeluruh. Mereka menyadari bahwa agar produk berbahan dasar umbi suweg bisa diterima luas oleh masyarakat, diperlukan inovasi yang kreatif. Oleh karena itu, selama riset yang berlangsung, mereka terus melakukan percobaan untuk menemukan formula yang tepat. Ini termasuk bagaimana cara memadukan rasa alami umbi suweg yang khas dengan bahan-bahan lain, seperti coklat, untuk menghasilkan kue yang lezat namun tetap mempertahankan karakteristik lokal.

Pada akhirnya, setelah satu tahun riset intensif, tepatnya pada tahun 2019, Suweg Lapis Genggong berhasil diwujudkan dalam bentuk kue brownis. Produk ini merupakan hasil dari kombinasi cerdas antara pengetahuan tradisional dan teknologi modern dalam pengolahan makanan. Kue brownis yang dihasilkan tidak hanya memiliki rasa yang unik, tetapi juga tekstur yang lembut dengan cita rasa yang memanjakan lidah. Kue ini berbeda dari brownis biasa karena menggunakan **umbi suweg** sebagai bahan dasar pengganti tepung terigu, menjadikannya produk yang lebih sehat sekaligus menawarkan sentuhan lokal yang kuat.

Selama proses riset dan pengembangan ini, pesantren melibatkan santri sebagai bagian dari upaya untuk mendidik mereka tentang pentingnya inovasi dan keterampilan dalam menghadapi tantangan dunia modern. Para santri bukan hanya sekadar siswa yang mempelajari ilmu agama, tetapi juga diberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan produk Suweg Lapis Genggong. Melalui keterlibatan ini, para santri belajar tentang berbagai aspek, mulai dari riset dan pengembangan produk, hingga teknik produksi dan pemasaran. Dengan demikian, pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat inovasi yang memberdayakan para santrinya untuk menjadi agen perubahan di masyarakat.

Keterlibatan santri dalam riset ini mencerminkan visi pesantren untuk mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan praktis. Dalam prosesnya, santri belajar tentang pentingnya memanfaatkan potensi lokal, menjaga keberlanjutan alam, serta menciptakan produk yang bisa bersaing di pasar. Pesantren melihat bahwa umbi suweg, yang selama ini mungkin hanya dianggap sebagai tanaman biasa, memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih bernilai.

Sejak pertama kali diproduksi pada tahun 2019, Suweg Lapis Genggong telah berhasil menarik perhatian banyak pihak. Produk ini menjadi salah satu inovasi kuliner yang tidak hanya memperkenalkan rasa yang baru, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal. Dengan menggunakan bahan yang mudah ditemukan di Probolinggo, pesantren mampu menciptakan produk yang memiliki ciri khas daerah, sekaligus meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap potensi alam mereka sendiri.

Lebih dari sekadar kue brownis, Suweg Lapis Genggong adalah contoh nyata bagaimana riset dan inovasi yang dilakukan dengan tekad dan dedikasi tinggi dapat menghasilkan produk yang mengangkat potensi lokal. Melalui proses panjang dan penuh dedikasi, produk ini tidak hanya menjadi kuliner baru yang populer di Probolinggo, tetapi juga simbol dari keberhasilan kolaborasi antara pesantren, santri, dan sumber daya alam setempat.

Suweg Lapis Genggong, Kuliner Khas Probolinggo yang Menggugah Selera
Suweg Lapis Genggong, Sumber: Shopee Suweg Lapis Genggong

Proses Pembuatan dan Varian Rasa Suweg Lapis Genggong

Proses pembuatan Suweg Lapis Genggong tidak kalah menarik. Penggunaan umbi suweg membutuhkan keterampilan khusus, terutama dalam mengolahnya agar teksturnya tetap lembut dan tidak terasa kasar di lidah. Setelah umbi suweg diolah dengan hati-hati, barulah bahan-bahan lain seperti coklat, gula, dan telur ditambahkan, menciptakan kombinasi yang harmonis antara rasa tradisional dan modern. Kue ini kemudian disusun berlapis-lapis, dengan tekstur yang kontras antara lapisan suweg dan lapisan coklat yang manis. Inilah yang membuat kue ini diberi nama “lapis”, karena lapisan-lapisan tersebut memberikan pengalaman rasa yang beragam dalam satu gigitan.

Suweg Lapis Genggong, sebagai salah satu produk kuliner inovatif dari Kabupaten Probolinggo, terus melakukan berbagai inovasi untuk memperkaya pilihan rasa dan memberikan pengalaman kuliner yang lebih beragam bagi para penikmatnya. Setelah berhasil menciptakan varian Suweg Lapis original, yang menggunakan umbi suweg sebagai bahan utama dan menawarkan cita rasa khas lokal, pesantren Zainul Hasan Genggong tidak berhenti di sana. Mereka terus berkreasi dengan memperkenalkan beberapa varian rasa baru yang lebih modern dan menggugah selera.

“Kalou dari rasa mirip seperti tugu malang, sehingga hampir plagiasi namun berbeda brand. Komposisi dari bahan sya kurang tau di kukus dengan kukusan yang pas memberikan citra rasa yang khas apalagi dinikmati langsung suasana genggong”, jelas Ardiansyah alumni Pesantren Zainul Hasan.

Dalam upaya untuk menarik minat lebih banyak konsumen, terutama dari kalangan muda, inovasi rasa menjadi salah satu fokus utama pengembangan Suweg Lapis. Kini, selain varian original yang tetap menjadi favorit, Suweg Lapis hadir dengan beberapa varian rasa menarik, seperti Suweg Lapis Coco Cheese, Coco Meses, Coco Pandan, dan Pandan Coco Crunch. Setiap varian rasa ini menawarkan sensasi berbeda, dengan tetap mempertahankan keunikan tekstur dan cita rasa umbi suweg yang menjadi ciri khas produk ini.

Inovasi rasa yang dilakukan oleh pesantren Zainul Hasan Genggong tidak hanya memperkaya pilihan bagi konsumen, tetapi juga memperlihatkan komitmen pesantren dalam menghadirkan produk yang terus berkembang sesuai dengan selera pasar. Dengan menghadirkan beragam rasa yang modern dan menarik, Suweg Lapis Genggong berhasil memadukan tradisi lokal dengan tren kuliner masa kini, menciptakan produk yang tidak hanya enak, tetapi juga relevan dengan perkembangan zaman.

Suweg Lapis Genggong kini telah menjadi salah satu produk unggulan dari Probolinggo yang selalu dinantikan oleh wisatawan dan masyarakat lokal. Keberagaman rasa yang ditawarkan menjadikan kue ini lebih dari sekadar oleh-oleh biasa, tetapi juga sebagai lambang kreativitas dan inovasi yang terus berlanjut dari pesantren Zainul Hasan Genggong.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya