Kolomdesa.com, Trenggalek – Desa Gemaharjo, Kecamatan Watulimo, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, telah menjadi sorotan berkat kesuksesannya dalam budidaya sayur hidroponik. Budidaya sayur Hidroponik di Desa Gemaharjo ini diprakarsai oleh Ibu Lin sehingga menghasilkan produk-produk UMKM organik yang juga memberdayakan warga sekitar.
Dengan menggunakan metode bertani modern ini, Ibu Lin mengajak para petani di Desa Gemaharjo untuk berhasil menghasilkan sayuran segar berkualitas tinggi tanpa menggunakan tanah. Seiring dengan perkembangan teknologi pertanian, mereka memutuskan untuk beralih ke budidaya hidroponik. Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa tanah, yang menggunakan media air yang kaya akan nutrisi untuk mempertumbuhkan tanaman. Hal ini mendapat sambutan baik dari Pemerintah Desa Gemaharjo.
“Usaha pertanian Hidroponik sangat membantu warga Desa Gemaharjo, Pemdes akan terus mendukung dengan menghadirkan pelatihan-pelatihan bagi pelaku usaha UMKM.” Ujar Mahmud Cholis selaku Kepala Desa Gemaharjo, Selasa (17/9/2024).
Ia mengatakan, pemilihan pola bertanam secara hidroponik memiliki banyak keunggulan, selain tidak membutuhkan lahan yang luas, pasokan air dan tenaga listrik pun relatif hemat.
“Untuk total listrik dan kebutuhan air sekali panen itu sekira Rp 4 ribu rupiah dari setiap panen 1 kg selada, dan kami beli Rp 10 ribu, ada margin keuntungan cukup besar,” ujarnya.
Proses Pembuatan Lahan Untuk Penanaman Sayur Hidroponik. Sumber: Dokumentasi Ibu Lin.
Awal Mula Usaha Sayur Hidroponik Desa Gemaharjo
Hasil dari budidaya hidroponik Desa Gemaharjo sangat baik, sayuran-sayuran yang dihasilkan memiliki kualitas yang unggul dan segar serta bebas dari pestisida dan residu kimia. Beberapa jenis sayuran yang berhasil mereka budidayakan antara lain selada, bayam, kangkung, dan sawi.
Keberhasilan budidaya hidroponik Bu Lin di Desa Gemaharjo juga memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal. Hasil panen yang melimpah memungkinkan para petani untuk memasok sayuran segar ke pasar lokal maupun di kota-kota terdekat. Selain itu, mereka juga mampu menjual produk-produk hidroponik mereka secara online, yang meningkatkan akses pasar dan meningkatkan pendapatan mereka.
Budidaya sayur hidroponik merupakan termasuk bisnis yang dijalankan oleh Bu Lin sejak 2017 menggeluti pertanian organik.
“Awalnya tahun 2017 saya bertekad untuk bisa membangun ketahanan pangan di pekarangan. Hal ini saya wujudkan dengan mulai menanam aneka sayur di halaman rumah dengan pola budidaya ramah lingkungan dan bebas pestisida. Berjalan satu tahun ternyata bertani organik itu tantangannya cukup besar. Terkait dengan pengendalian hama menyiasati curah hujan yang relatif tinggi di Gemaharjo ini,” ungkap Bu Lin, Rabu (18/9/2024)
Aneka Minuman Segar Infused Water Desa Gemaharjo. Sumber: Dokumentasi Ibu Lin.
Produk UMKM Hidroponik: Bubuk dan Minuman Segar Organik
Selain mudah tanpa harus berkotor – kotoran, bertani Hidroponik, juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Saat ini, Desa Gemaharjo , telah memberdayakan sekira 100 petani, dengan 150 ribu lubang tanaman hidroponik.
Sayuran jenis selada yang dipilih, berhasil dibudidayakan di 4 hektar lahan di desa ini, yang akhirnya menjadi mata pencaharian warga.
“Kenapa hidroponik, ini bisa dilakukan siapa saja termasuk anak – anak muda. Dan tentunya tidak perlu lahan luas, ini juga menjadi bagian mengoptimalkan produk pertanian di tengah terbatasnya lahan,” kata Ibu Lin.
Dari hasil panen sayuran hidroponik kami berinisiatif untuk membuat produk lain yang lebih bernilai, kami membuat sayuran bubuk dan minuman hidroponik segar seperti infused water.
“Produk Bubuk Sayur kami terdapat bermacam-macam jenis, seperti selada, bayam bahkan kunyit bubuk. Dan kami juga membuat minuman sehat infused water yang segar dan alami, kedua produk kami sangat terjangkau hanya belasan ribu saja,” ujar Bu Lin.
Pelanggan Produk Pertanian Hidroponik Desa Gemaharjo semakin meluas dan mendapat berbagai pesanan.
“Dan Alhamdulillah sampai tahun 2022 pemasaran produk Kebun Qta Hidroponik semakin meluas. Misal secara berkala mendapat orderan dari BNI Bandung, Ke kelas-kelas senam, Puskesmas-Puskesmas bahkan setiap ada kegiatan akreditasi PKM di Kabupaten Trenggalek kami mendapat pesanan khusus untuk menjamu tamu,” ungkap Bu Lin dengan sumringah.
Budidaya tanaman selada sendiri lanjut diharapkan mampu membuat warganya mandiri secara finansial sehingga dapat terbebas dari kemiskinan.
Warga desa yang telah bergabung dalam program ini, mampu menghasilkan pendapatan Rp 2 juta lebih untuk sekali panen per 20 hari sekali, dari sekitar 1.000 pohon selada yang ditanam.
“Panen pertama itu sekitar 40 hari, namun setelah regenerasi bisa dipanen sekitar 20-25 hari sekali,” pungkasnya.
Budidaya sayur hidroponik di Desa Gemaharjo telah menjadi contoh sukses bagi desa-desa lain dalam memanfaatkan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Diharapkan, dengan adanya perkembangan seperti ini, masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya pengembangan pertanian berkelanjutan dan penggunaan teknologi yang inovatif dalam memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu hidroponik juga membersihkan udara dari pencemaran serta polusi, budidaya tanaman hidroponik juga dapat difungsikan sebagai media untuk menambah kadar oksigen atau O2 di udara.
Editor: Rizal K